Reshuffle Jilid Tiga, Siapa Targetnya?
24 April 2017 | 11:30 am | Dilihat : 2041
CIA ("basic descriptive element, current reporting dan estimates of the speculative evaluative element.") foto : natural.news
Seorang penulis mendasarkan coretannya dari penelitian. CIA sebagai badan intelijen tersohor di dunia membuat perkiraan intelijen dengan mengutamakan basic intelligence yang terdiri dari the "basic descriptive element, current reporting dan estimates of the speculative evaluative element." Presiden AS George Bush pernah keliru saat memutuskan menginvasi Irak, karena perkiraan CIA tentang laporan SPM (Senjata Pemusnah Massal) dimiliki oleh Sadam Husein.
Bisnis analisis intelijen adalah sesuatu yang sulit dan akan berakhir menjadi sebuah prediksi, tetapi jelas prediksi yang telah melalui analisis informasi intelijen. Director of National Intelligence, James Clapper yang purnawirawan AU Amerika sukses memberikan analisis bahwa tentara Irak akan mampu menyelesaikan masalah ISIS. AS tidak perlu mengirimkan pasukan dalam jumlah besar, cukup melalui Serangan Udara dan BTU (Bantuan Tembakan Udara).
Kesetiaan Dalam Berpolitik
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto, akan bersaing lagi? (foto: aktual)
Adakah kesetiaan dalam berpolitik? Jawabannya lebih besar tidak. Karena orang berpolitik lebih melihat dari sisi kepentingan, baik kepentingan perorangan maupun kelompok. Saat mengikuti kuliah politik, penulis mendapat pencerahan dosen, bahwa "pengertian politik adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan." Oleh karena itu bagi Presiden Jokowi, hingar bingar pilkada DKI Jakarta 2017 sangat bermanfaat untuk membuat peta politik bagaimana mempertahankan kekuasaannya, bahkan pada pilpres 2019. Karena itu penulis mendukung presiden agar dilakukan reshuffle jilid-III agar pemerintah lebih sukses lagi.
Dalam Pilkada DKI, terdapat tiga kubu, kubu parpol pemerintah dengan tokoh utama Megawati, yang terdiri dari PDIP, Golkar, NasDem, Hanura, mendukung Ahok-Djarot. Sementara kubu Cikeas dengan tokoh Mantan Presiden SBY terdiri dari Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN mendukung AHY-Sylvi. Kubu Anies-Sandi yang kini menang didukung Partai Gerindra dan PKS dengan tokoh utama Prabowo.
SBY, Prabowo dan Megawati tiga Tokoh yang masih mewarnai pergelutan politik di Indonesia bahkan akan terus ke 2019 (foto : NusantaraNews)
Pada putaran pertama terlihat bahwa Koalisi Cikeas mampu menarik PPP, PKB dan PAN yang awalnya bergabung dengan koalisi merah putihnya Prabowo, kemudian bergeser ke koalisi Indonesia Hebatnya Jokowi yang berganti nama menjadi Koalisi Kerjasama Partai Pendukung Pemerintah (KP3). Ibu Megawati pernah menyatakan kekecewaannya kepada ketiga parpol berbasis Islam tersebut.
Pada putaran kedua, Parpol pendukung paslon-2 tetap terdiri dari PDIP, Golkar, NasDem, Hanura dan ditambah PPP (dua kubu). Sementara parpol KP3 eks koalisi Cikeas PAN dan PKB bergabung ke Koalisi Kertanegara (Prabowo) mendukung paslon-3. Sementara Demokrat menjadi parpol netral tidak jelas, karena ternyata tidak netral (agak aneh dalam pesta demokrasi politik ada parpol yang netral?)
Dari survei Litbang Kompas, terlihat bagaimana dukungan konstituen, terlihat peta yang jelas yang setia kepada pemerintah dari KP3. Inilah prosentase dukungan. Pertama,pendukung Paslon-2, jago Megawati (PDIP-93 %, Golkar-60 %, NasDem-62 %, Hanura-38 %, PPP-11%). Kedua pendukung Paslon-3, jago Prabowo (Gerindra-93%, PKS-99%, PAN-95%, PKB-71%, Partai lain-73%). Sementara konstituen Demokrat mendukung paslon-3 dengan 85%.
Para peserta Pemilu 2014 akan kembali maju pada 2019, ditambah beberapa parpol baru seperti Perindo yang memiliki jaringan media MNC (Foto : PKSNongsa)
Nah, dari data tersebut terlihat bahwa koalisi parpol pendukung pemerintah gagal dalam memobilisasi para konstituennya. Lebih tepatnya ada yang kurang serius dan tidak ada kesetiaan terhadap komitment. Dari sinilah penulis mengulas bahwa memang betul main mata sudah biasa di parpol tersebut. Yang terlihat militan dan benar-benar setia adalah PDIP (93%), Gerindra (93%) dan PKS (99%). Parpol yang perlu diwaspadai Jokowi adalah PAN, Demokrat, PKB.
Siapa Menjadi Target Reshuffle?
Dalam berpolitik biasa diterapkan reward and punishment. Baik terhadap perpol pendukung maupun para pembantu presiden, termasuk profesional. Dalam mempertahankan kekuasaannya, dibutuhkan ketegasan presiden dalam sisa waktu dua tahun lebih agar pemerintahan lebih tertata, serta DPR lebih mendukung pemerintah. Apabila masih terjadi ketidak sinkronan antara eksekutif dan legislatif, maka citra Presiden Jokowi akan sulit dipertahankan. Prabowo sebagai salah satu calon rival utamanya mulai muncul dengan memanfaatkan momentum Pilkada DKI 2017.
Kabinet Kerja di bawah Pemerintahan Presiden Jokowi pertama kali dilantik pada tanggal 27 Oktober 2014, kemudian Reshuffle Jilid satu dilakukan pada tanggal 12 Agustus 2015, Reshuffle kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2016. Jarak sejak dilantik sejak awal hingga reshuffle pertama adalah 9 bulan 16 hari, jarak waktu reshuffle pertama dan kedua adalah 11 bulan 15 hari. Yang menarik pemilihan tanggal yang nampaknya favorit yaitu tanggal 27 dan 12.
Proporsi Menteri Asal Partai Politik
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
-Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, sejak 27 Oktober 2014–Petahana. -Tjahjo Kumolo,Menteri Dalam Negeri , sejak 27 Oktober 2014–Petahana. -Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, sejak 27 Oktober 2014– Petahana -Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah , sejak 27 Oktober 2014-Petahana. -Pramono Anung, Sekretaris Kabinet, sejak 12 Agustus 2015–Petahana.
Partai Kebangkitan Bangsa
-Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan sejak 27 Oktober 2014–Petahana. - Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, sejak 27 Juli 2016–Petahana. -Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga, sejak 27 Oktober 2014-Petahana.
Luhut sudah menduduki tiga jabatan di Kabinet, dikenal powerfull. Akan tetap bertahan atau terpental di Reshuffle-3 ? Hak prerogatif ditangan presiden, itu. (foto: kontroversi)
Partai Golongan Karya
-Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya (KSP 31 Desember 2014- 2 September 2015, Menkopolhukam 12 Agustus 2015-Menko Maritim 27 Juli 2016-Petahana) -Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian, (27 Juli 2016–Petahana)
Partai NasDem
-Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak 27 Oktober 2014-Petahana. -Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan, sejak 27 Juli 2016–Petahana.
Partai Hati Nurani Rakyat
-Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Sejak 27 Juli 2016–Petahana.
Partai Persatuan Pembangunan
-Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama, sejak 27 Oktober 2014–Petahana.
Partai Amanat Nasional
-Asman Abnur, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, sejak 27 Juli 2016.
Target Terpilih dan Peluang Politik PDIP
Pilkada DKI selain menjengkelkan Megawati, dilain sisi memberikan peta menjelang Pilpres 2019. Kecerdikan memanfaatkan peluang dari kekalahan dalam Pilkada diperlukan pastinya. Dari peta keberpihakan politik, nampak calon lawan politik Jokowi semakin menunjukkan militansi serta kesetiaan kepada Prabowo. Oleh karena itu memang perlu dilakukan reshuffle untuk menata kesinambungan kerja kabinet. Bagaimana kabinet akan bekerja maksimal selama pembantu presiden memiliki end user lain di luar pemerintahan? Wajar apabila kemudian akan dilakukan penataan dan penggantian pejabat. Akan lebih baik apabila presiden memilih para profesional menggantikan menteri asal parpol yang tidak setia, sehingga output kementerian akan lebih mantap.
Para calon Ketua Umum Golkar 2016, yang menang Setya Novanto, apakah calon lainnya kembali akan maju apabila SN lengser ? (foto : Lensa Indonesia)
Dari sisi pembantu presiden yang berasal dari parpol, kemungkinan yang akan terkena Menteri yang berasal dari PKB dan PAN. PDIP sebaiknya lebih diperkuat di jajaran kabinet, termasuk juga sebagai pejabat di DPR. Posisi Ketua MPR mungkin akan terancam, dan bisa direbut oleh kader PDIP. Posisi Ketua DPR Setya Novanto yang kini dicekal imigrasi dalam kasus e-KTP, bisa sewaktu-waktu menjadi tersangka, sehingga apabila akan terjadi pergantian Ketua DPR, lebih baik tetap diisi oleh Ketua Umum Golkar.
Presiden jelas diharapkan mendukung calon yang dekat dengan Ketua Umum PDIP. Demikian juga para DPP, DPD dan DPC Golkar sebaiknya mendukung siapa calon Ketua Umum Golkar baru, sangat baik apabila yang bersangkutan mempunyai hubungan erat dengan Ketua Umum PDIP. Koalisi permanen PDIP-Golkar sebagai anker (jangkar) bangsa akan sulit tertandingi apabila dibina dengan benar. Itulah masa depan andalan Jokowi pada 2019. Penulis perkirakan Golkar suatu saat bisa berada di bawah Gerindra apabila kurang tertata. PDIP harus waspada karena Gerindra nampak semakin kuat dan kini membuktikan mampu berkolaborasi dengan ormas Islam. Militansi PKS harus dilihat sebagai aliran kelompok Islam yang mengutamakan kesetiaan dan solidaritas. Bisa diperkirakan koalisi Gerindra-PKS akan menjadi lawan utama PDIP-Golkar.
Para tokoh senior yang silih berganti menjabat, selama dibutuhkan Presiden Jokowi (foto : kbrikualalumpur)
Bagaimana dengan target perorangan? Kekalahan jago Ibu Mega di Pilkada DKI jelas membuat kecewa terutama kepada para jenderal penyusun strategi dan pelaksana utama. Presiden menurut penulis pasti kecewa sebagai bagian dari PDIP yang bersama Golkar sebagai parpol utama akhirnya tumbang. Menurut penulis posisi Luhut bisa terancam lengser, karena terindikasi jelas dalam mendukung Ahok dinilai para pengamat berseberangan dengan konstituen Muslim.
Presiden dalam hal ini pasti melihat bahwa kekalahan jago PDIP karena pengaruh solidaritas muslim keras dan muslim moderat yang tidak mampu diantisipasi oleh sang jenderal. Dalam hal apapun pimpinan nasional hanya ingin mission accomplished. Itu saja. Selain itu mungkin juga reshuffle akan menyentuh pejabat yang tidak terkait dengan Pilkada, seperti yang pernah disebut Presiden, kecewa dengan Menteri Agraria.
Demikian sedikit ulasan tentang kemungkinan reshuffle pemerintah, tanpa bermaksud menggurui atau mendahului, melihat patern sejak 27 Oktober 2014, prediksi penulis reshuffle akan dilakukan sebelum puasa Ramadhan, pada bulan Mei 2017 (mungkin tanggal cantiknya 12 Mei 2017 di hari keramat Jumat). Urutan patern yang terjadi ; 27 Oktober 2014, 12 Agustus 2015, 27 Juli 2016, dan mungkin 12 Mei 2017. Apabila tidak, kemungkinan pola lain akan terjadi setelah hari Raya Idul Fitri, 12 Juli 2017.
Penampilan Presiden Jokowi saat pidato pelantikan sebagai Presiden RI Oktober 2014, Merdeka! Ayo Pak, berani, tegas, rakyat dibelakangmu! (foto ; inspirator Freak)
Apakah demikian? Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang tahu, dan jelas Presiden Jokowi tahu, ini hak prerogatifnya. Maaf kalau ada yang tidak pas, prediksi Old Soldier bisa saja salah. Ini hanya sebuah sumbang pikiran, tetapi jelas tidak mengenakkan bagi yang akan terkena resiko jabatan.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net