Pembunuhan Kim Jong-Nam Berlatar Belakang Geopolitik dan Geostrategi?
21 February 2017 | 12:29 am | Dilihat : 1533
Posting foto Kim Jong Nam di Face book (Foto : TheTelegraph)
Berita pembunuhan terhadap Kim Jong-Nam, pangeran Korea Utara pada hari Senin (13/2/2017) di Bandara Internasional Kuala Lumpur telah mengejutkan dunia dan diberitakan media internasional. Pria berusia 45 tahun ini merupakan putra tertua mantan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Il dan memilih mengasingkan diri di luar negeri setelah terlibat sengketa dengan sang ayah. Jong-Nam, adalah saudara tiri satu ayah tetapi lain ibu dengan Kim Jong-Un, Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Korea, yang lebih dikenal sebagai Korea Utara.
Polisi Malaysia dengan memanfaatkan CCTV dan informasi dari Jong-Nam sebelum meninggal serta seorang saksi mata kemudian berhasil melakukan penangkapan tiga orang yang berbeda-beda kewarganegaraannya. Salah satunya adalah seorang perempuan Indonesia, bernama Siti Aisyah. Tersangka lainnya, seorang perempuan warga Vietnam bernama Doan Thi Huong, dan seorang lelaki warga Malaysia, atas nama Muhammad Farid bin Jalaluddin, yang disebut-sebut sebagai pacar Siti Aisyah.. Pada hari Jumat (17/2/2017), kembali Polisi berhasil menangkap seorang pria WN Korea Utara di Selangor, atas nama Ri Jong Chol (lahir pada 6 Mei 1970). Polisi menyampaikan masih mengejar tiga pria tersangka lainnya yang diidentifikasi sebagai WN Korea Utara.
Kronologi Pembunuhan Pangeran Jong-Nam
Kim Jong-Nam, yang disebut sebagai pangeran dari dinasti penguasa Korea Utara, adalah saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un dikenal sebagai anak ketiga sekaligus anak bungsu Kim Jong-Il dengan istrinya, Ko Young-hee. Jong-Nam pernah menduduki jabatan tinggi sebagai Ketua Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara. Banyak pihak meyakini ia telah dibunuh di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, hari Senin (13/02) saat akan bepergian menuju Makau.
Kim Jong-Nam setelah diracun, tergeletak di kursi (Foto :StraitsTimes)
Sejumlah kesaksian menyebutkan ia diracun dengan menggunakan jarum suntik, beberapa lainnya mengatakan ia disemprot. Jong-Nam meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. Sumber di pemerintah Amerika Serikat mengatakan dengan yakin bahwa Kim Jong-Nam dibunuh oleh agen-agen rahasia Korea Utara, sementara Intelijen Korea Selatan mengatakan Jong-Nam hampir pasti diracun oleh agen mata-mata, tetapi tidak jelas apakah dengan ditusuk jarum atau semprotan.
Pria berusia 45 tahun ini merupakan putra tertua mantan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Il dari hubungan tidak resminya dengan Sung Hae-Rim, seorang bintang kelahiran Korea Selatan yang meninggal dunia di Moskow. Jong-Nam, dikenal sebagai penggemar komputer, dia mahir berbahasa Jepang dan pernah bersekolah di Rusia dan Swiss. Setelah menyelesaikan sekolah di luar negeri, Nam tinggal di ibu kota Korea Utara Pyongyang, diberi jabatan yang bertanggung jawab atas kebijakan teknologi informasi Korea Utara.
Dia sekitar 15 tahun yang lalu meninggalkan Korea Utara karena ayahnya memutuskan dia sebaiknya tidak memimpin negara itu. Jong-Nam kemudian tinggal di China (Beijing dan Makau), mempunyai dua istri dan anak. Nam diketahui gemar berjudi dan dianggap terlalu kebarat-baratan
Foto Kim Jong-Nam duduk) beserta ayahnya KimJong-Il, 1941/2011, (Foto: cbsnews)
Analis menyatakan, salah satu kemungkinan racun yang digunakan adalah neostigmin bromide. Para pejabat Korea Selatan mengatakan itu terkandung dalam senjata pena-seperti yang digunakan dalam upaya Korea Utara yang gagal saat akan membunuh seorang aktivis anti-Pyongyang pada tahun 2011. Menurut Mirror, rekaman CCTV menunjukkan cara pembunuhan dilakukan dimana Jong-Nam disergap sebelum ia disemprot dengan racun ikan puffer risin yang kekuatannya 1.200 kali lebih mematikan dibandingkan sianida. Selama otopsi tidak ditemukan luka ditubuhnya.
Rasa pusing dan sakit, keluhan itu yang disampaikan oleh Jong-nam kepada petugas medis di bandara Kuala Lumpur dan sempat menjelaskan bahwa ia telah disemprot dengan bahan kimia. Dia meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit pada hari Senin (13/2/2017). Para ahli percaya bahwa sangat mungkin pergerakan Jong-Mam di Bandara tersebut berhasil dilacak melalui akun Facebook-nya, dimana pada statusnya sering memosting pergerakan dan lokasinya.
Ketika dikonfirmasi media pada hari Kamis (16/2/2017) kemungkinan keterlibatan Korea Utara di balik pembunuhan itu, Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Zahid Hamidi mengatakan, "Itu adalah spekulasi." Akan tetapi aparat keamanan berargumentasi memungkinkan kospirasi keterlibatan Korea Utara dalam pembunuhan tersebut.
Tim pengeksekusi Jong-Nam
Setelah menangkap empat orang yang patut diduga terlibat dalam pembunuhan tersebut, polisi Malaysia masih mengejar tiga warga Negara Korea Utara yang diperkirakan menjadi tim pendukung (support agent) dari eksekutor. Dari dua wanita yang ditangkap, salah satu diidentifikasi bernama Doan Thi Huong, 28, WN Vietnam, dalam pemeriksaan mengatakan kepada polisi ia sedang berlibur di Malaysia dengan sekelompok teman-temannya. Sumber polisi mengatakan Doan mengatakan kepada petugas bahwa dia telah ditipu seseorang bahwa tindakan penyemprotan Jong-nam "dengan cairan" untuk acara komedi, Teman-temannya menyebut sebagai "lelucon berbahaya".
Siti Aisyah WN Indonesia diduga terlibat pembunuhan Kim Jong Nam (Foto :liputan6)
Terkait keterlibatan Siti Aisyah WN Indonesia dalam kasus tersebut, Kantor Imigrasi Indonesian Agung Sampurno mengatakan kepada AP bahwa ID paspor halaman yang diterbitkan oleh media Indonesia "sama dengan paspor yang dipegang oleh Aisyah". Informasi polisi Malaysia menyebutkan bahwa Aisyah serta Huong didekati beberapa orang di sebuah klub malam tempat Aisyah bekerja di Kuala Lumpur, dia ditawarkan uang US $ 100 untuk ikut dalam acara komedi lelucon. Sebelum pelaksanaan penyemprotan terhadap Jong-Nam, kedua wanita tersebut telah dilatih beberapa kali dalam kegiatan serupa.
Keterlibatan dalam aksi kedua wanita tersebut terekam CCTV di Bandara hingga menunggu taksi dengan mengenakan kaos putih bertuliskan "LOL." Siti Aisyah kemudian ditangkap disebuah hotel berbintang tiga di Selangor, sementara Doan Thi Huong ditangkap di Bandara dua hari setelah peristiwa pembunuhan, saat akan terbang menuju Vietnam. Khusus WN Malaysia yang diduga terlibat yang bernama Muhammad Farid bin Jalaluddin, kemudian diketahui sebagai pacar Aisyah, dimana ia ditangkap di kediamannya. Orang keempat yang ditangkap di Selangor adalah WN Korea Utara atas nama Ri Jong Chol (lahir pada 6 Mei 1970) yang dalam pemeriksaan diketahui seorang sarjana ahli kimia..
Kecurigaan Konspirasi Pembunuhan dilakukan oleh Korea Utara
Media Barat memberitakan bahwa Badan intelijen Korea Selatan menganggap Korea Utara mirip dengan hantu pembunuh, dalam briefing mereka kepada anggota parlemen di Seoul, badan ini menuding agen Korea Utara bertanggung jawab atas kematian dan mengatakan bahwa Kim Jong-Nam telah ditargetkan selama lima tahun karena Kim Jong-Un menurut mereka "paranoia. " Sangat takut direbut kekuasaannya.
Kim Jong-Nam diketahui telah lama dilindungi oleh pemerintah China, dia mempunyai dua isteri yang tinggal masing-masing di Beijing dan Makau. Pejabat Korea Selatan mengatakan ia meninggalkan dua putra dan seorang putri dari dua isterinya tersebut. Ha Taekeung, seorang anggota parlemen Korea Selatan dan aktivis hak asasi manusia Korea Utara, mengatakan dalam sebuah wawancara radio hari Kamis bahwa anak Kim Jong-Nam, Kim Han-Sol, bisa berada dalam bahaya karena dia tahu rahasia sensitif tentang kehidupan pribadi Kim Jong-Un ini. Han-Sol, yang tinggal bersama ayahnya di Makau, pernah menyebut dalam sebuah wawancaranya pada tahun 2012 bahwa Kim Jong Un sebagai "diktator."
Kronologi pembunuhan Kim Jong-Nam di Bandara Kuala Lumpur (Foto : Tribun Medan)
Jika ini adalah pembunuhan yang direncanakan dengan hati-hati, klaim dari intelijen Korea Selatan, kasus menimbulkan pertanyaan yaitu; Apakah agen Korea Utara begitu mudah ditangkap, dimana salah satu wanita kembali ditangkap di bandara, dua hari setelah kematian Kim ? Apakah mereka benar-benar naik taksi dari TKP? Kecurigaan terhadap kelemahan sistem pengamanan operasi, pengamanan kegiatan dalam operasi intelijen tim eksekutor mengherankan intelijen Korea Selatan. Hal ini termasuk yang penulis amati dan pelajari lebih jauh. Secara umum memang jawaban yang termudah perencana pembunuhan adalah pemerintah Korea Utara. Tetapi bukan tidak mungkin ada teori lain seperti proksi dan tindak kriminalitas.
Potensi Pembunuhan Terkait dengan Geostrategi
Sebagaimana diketahui, Korea Utara dibawah kepemimpinan Kim Jong-Un kini menjadi Negara yang terisolir, hanya berhubungan erat dengan China (RRC). Akhir pekan lalu, uji Korea Utara meluncurkan rudal (peluru kendali) dari wilayah dekat perbatasan dengan China disebut Panghyon. Reuters melaporkan, mengutip Kantor Pemerintahan Korea Selatan (Kepala Staf Gabungan), rudal berhasil terbang sekitar 500 km (300 mil) ke Laut Jepang, kata laporan itu.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Geng Shuang mengatakan dalam oernyataannya pekan ini bahwa China menentang uji coba rudal Korea Utara yang dianggap melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan memonitor lebih serius perkembangan setelah kematian Kim Jong-Nam di Malaysia. Sementara Hong Kong Oriental Daily News dan Pusat Informasi non-pemerintah untuk Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, pada hari Rabu (15/2) menginformasikan bahwa Beijing telah mengerahkan 1.000 tentara tambahan ke perbatasan Korea Utara.
PM Jepang Shinzo Abe dan Presiden AS Donald Trump (foto : Time)
Dari perspektif China, menurut pengamat geostrategi, Korea Utara telah lama dinilainya sebagai penyangga antara China dan AS yang merupakan sekutu dari Korea Selatan, di mana hampir 30.000 tentara Amerika ditempatkan, selain itu terdapat sekitar 49.000 tentara AS lain di Jepang. Alasan China jelas mempunyai kekhawatiran lebih besar dan takut apabila Korea Utara runtuh. Penyangganya akan hilang. Karena itu China belum banyak berkomentar, mengingat pembunuhan Jong-Nam yang dilindungi China dapat dinilai merupakan pesan mereka tidak menghargai China."Lingkaran dalam pemerintahan Cina sangat terkejut tentang ini," kata Profesor Wang Weimin, dari School of International Relations dan Public Affairs di Fudan University di Shanghai
"Pembunuhan Kim Jong Nam membuat China lebih sadar tentang bagaimana tak terduga dan kejam rezim Korea Utara saat ini, serta kemauan Kim Jong-Un berpisah dengan China demi untuk keuntungan sendiri di setiap saat," katanya. China menanggapi bahwa uji coba rudal dengan meminta Amerika Serikat untuk tidak meningkatkan tensi melainkan untuk memulai dialog dengan Pyongyang Dilain sisi Jong-Nam diketahui tidak memiliki ambisi untuk merebut kekuasaan, tetapi dia dipelihara China, sebagai tokoh yang mungkin bisa kembali ke Korea Utara apabila terjadi perubahan politik, dibawah kontrolnya. Kesimpulannya, pembunuhan Jong-Nam menurunkan hubungan mesra kedua Negara, sementara mitra dagang utama Korea Utara adalah China.
Bagaimana melihat sisi lainnya dari geostrategi kawasan Laut China Selatan? Secara teori, Geostrategi, turunan dari geopolitik, adalah jenis kebijakan luar negeri yang dipandu oleh faktor geografi. Faktor-faktor ini melengkapi, menghambat, atau memengaruhi perencanaan politik dan militer. Strategi berkaitan dengan geografi sebagaimana geografi berkaitan dengan kebangsaan. Geostrategi dapat berfungsi secara normatif (mendukung kebijakan luar negeri berdasarkan faktor geografi), analitis (menjelaskan bagaimana kebijakan luar negeri dibentuk oleh geografi), atau prediktif (memperkirakan keputusan kebijakan luar negeri suatu negara selanjutnya atas dasar geografi).
Gambaran Situasi Peta dislokasi Rudal dan jarak jangkau (Foto : Mirror)
Nah, dalam kasus pembunuhan Jong-Nam, Negara-negara yang terkait adalah Korea Utara, China, Malaysia, AS, Jepang, Vietnam dan Indonesia. Jong-Nam WN Korea Utara, lebih satu decade tinggal dan dilindungi di China, di bunuh di Malaysia, tersangka pembunuhnya WN Korea Utara, Malaysia, Vietnam dan Indonesia. Sebelum bukti-bukti lerngkap, pejabat AS mengatakan pembunuhan dilakukan oleh agen intelijen Korea Utara, sementara Intelijen Korea Selatan hanya menyebutkan Nam dibunuh oleh agen mata-mata dan meragukan pelakunya dari Korea Utara.
Global Times, koran berbahasa Inggris Partai Komunis, mengatakan hari Kamis bahwa China akan mengecam jika Jong-Nam dibunuh. "Terlepas dari bagaimana perjuangan politik yang intens suatu negara mungkin, tidak ada keraguan bahwa hal itu tidak boleh bergantung pada metode pembunuhan sebagai sarana untuk kemajuan, " kata editorial GT. "Meskipun kesimpulan akhir belum muncul mengenai kematian mendadak Kim Jong Nam, spekulasi tetap tajam menunjuk Pyongyang."
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengadakan konferensi pers bersama di Gedung Putih, Washington (10/2/2017). Trump bersumpah akan mengambil tindakan keras terhadap Korea Utara, atas peluncuran rudal balistik pertamanya setelah dia menjadi presiden. “Saya hanya ingin semua orang untuk memahami, dan sepenuhnya tahu, bahwa Amerika Serikat adalah di belakang Jepang, sekutu besar kita, 100 persen," kata Trump di Palm Beach, Florida. Trump telah mengatakan mereka akan mengambil pendekatan yang lebih tegas.
Peluncuran Rudal Balistik Korea Utara (Foto : Sindonews)
Trump juga menyatakan China belum berbuat cukup banyak menggunakan pengaruhnya dalam mengendalikan program nuklir dan balistik Korea Utara. Pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Trump sekarang akan meningkatkan tekanan pada Beijing, tetapi mengakui bahwa ada batas untuk seberapa jauh China akan tunduk, terutama dalam menegakkan sanksi, karena kepentingan China sendiri dalam menghindari destabilisasi Korea Utara. Riki Ellison, yang mengepalai Aliansi Advokasi pertahanan Rudal , menyatakan dalam menghadapi ancaman Korea Utara, agar Washington dan Seoul setuju untuk menggunakan system hanud Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) baterai anti-rudal di Korea Selatan akhir tahun ini, sistem sangat ditentang oleh Beijing, yang khawatir bahwa radar kuat merongrong keamanan mereka.
Dalam sebuah pernyataan kepada wartawan Jumat malam, Kang Chol, duta besar Korea Utara ke Malaysia, mengatakan: "Sisi Malaysia memaksa post-mortem tanpa izin dan kesaksian kita, kita akan menolak hasil post-mortem yang dilakukan secara sepihak tanpa kehadiran kami. Dtambahkannya, “Malaysia mencoba untuk menyembunyikan sesuatu" dan "berkolusi dengan kekuatan musuh."
Kesimpulan
Dari analitis terhadap pembunuhan Kom Jong-Nam, nampaknya tidak dapat dilihat sebagai sebuah kasus sederhana atau operasi intelijen taktis dihilangkannya nyawa Jong-Nam belaka. Dia adalah salah satu diantara tiga anak darah dinasti Korea Utara Kim Il-Sung.
Penulis melihat pembunuhan dilakukan di Malaysia yang pengamanan Bandaranya bisa ditembus oleh aksi intelijen taktis sederhana. Dalam kasus MH370, Bandara pernah kecolongan penumpang dengan paspor palsu. Kini Malaysia terlibat perseteruan dengan Korea Utara dalam penyelidikan kematian itu.
China menjadi Negara yang paling terkejut, karena pembunuhan orang yang mereka lindungi. Kepercayaan China terhadap Korea Utara turun karena peluncuran rudal dekat dengan perbatasan negaranya, sehingga mereka menambah 1.000 orang pasukan ke perbatasan. Nampaknya Korea Utara masih berdiam diri dan mereka sedang melakukan investigasi dalam kasus ini. Kim Jong-Un walaupun nekat dalam menentang musuh, dia akan berfikir 1.000 kali untuk memusuhi China.
Negara yang paling terganggu dengan ulah Korea Utara dengan peluncuran rudal serta program nuklirnya adalah AS dengan Jepang dan Korea Selatan sebagai sekutunya. Vietnam dan Indonesia sempat terserempet karena dapat ditipunya dua wanita WN-nya dalam eksekusi itu. Sebuah pertanyaan intelijen, apakah pembunuhan Kim Jong-Nam terkait dengan situasi dan kondisi kawasan Laut China Selatan? Target utama membenturkan China dengan Korea Utara. Dari pertimbangan Geostrategi dan Geopolitik kawasan, apakah ini conditioning dari AS? Sulit menjawab, tetapi yang agak pasti ini sebuah proxy war. Analisa intelijen adalah sangat sulit dan akan berakhir menjadi sebuah prediksi.
Aparat intelijen Indonesia serta Kementerian Luar Negeri sebaiknya lebih waspada, apabila analisis ini valid, maka bukan tidak mungkin ada operasi lanjutan untuk mempertajam perseteruan, target yang akan dirusak adalah Korea Utara. Target lainnya bisa WN Malaysia, Vietnam, Indonesia dimana yang akan menjadi tersangka Korea Utara. Itulah kejamnya operasi proksi. Waktu yang akan membuktikan, atau tidak akan terbukti sama sekali. Operasi profil tingkat tinggi bisa dikerjakan dengan sederhana tetapi daya rusaknya amit-amit.
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net