Amerika Akan Menerima Serangan Jihad Tawon Timur Tengah
18 July 2016 | 5:31 pm | Dilihat : 1171
Ilustrasi Gambar tentang Hornet's Nest (Foto ; pluginu)
Nampaknya pada masa mendatang, kita bisa tidak tenang apabila hidup di beberapa negara di dunia, selalu diliputi rasa takut. Terlebih di negara yang terur berkonflik seperti Suriah, Irak, Afghanistan, Yaman dan bahkan Arab Saudi yang mulai merasakan serangan bom. Demikian juga, hidup di negara yang modern dan majupun, kita tidak akan merasa nyaman dan aman.
Sebagai contoh, di Perancis terjadi dua penyerangan teror penembakan dan pemboman bunuh diri di Paris (stadion, restoran dan gedung konser di Bataclan). Selain itu kumpulan manusia yang sedang menikmati perayaan hari kemerdekaan di Nice dihantam truk, korban yang jatuh tidak main-main mencapai ratusan. Demikian juga kenyamanan hilang di Belgia dimana Bandara Brussel pernah dihantam bom dan juga stasiun kereta api di bom. Selain itu di Turki terjadi pemboman di Bandara Ataturk Istanbul dan beberapa tempat lainnya, kemudian terjadi coup d'etat dengan tembak menembak, timbul korban jiwa 84 orang.
'Loner' Mohamed Lahouaiej Bouhlel dibunuh oleh polisi setelah melakukan pembantaian menabrak kerumunan 30.000 orang di Nice (Foto: telegraph)
Nah, selain negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Eropa, Amerika Serikat kini juga lebih merasakan tekanan ketidak nyamanan disebabkan terjadinya aksi penembakan brutal. Amerika Serikat kini sedang menjumpai konflik serius yang dikenal sebagai konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Penembakan demi penembakan terjadi, terlebih setelah adanya polisi berkulit putih menembak mati dua warga kulit hitam, Alton Streling di Baton Rouge pada Selasa (5/7/2016) dan Philando Castile di Minneapolis pada Rabu (6/7/2016).
Patrick Zammaripa, polisi Dallas yang mantan US Navy tewas di tembak sniper saat bertugas (Foto: edition.cnn)
Konflik kemudian terjadi antara warga pemrotes (umumnya berkulit hitam) yang menyerang polisi dengan senjata api. Kamis (7/7/2016) mantan anggota AD Amerika melakukan penembakan sebagai sniper, lima polisi tewas di Dallas. Kemudian Minggu (17/7/2016) terjadi penembakan terhadap polisi di Baton Rouge, tiga polisi tewas. Belum lagi beberapa kasus penembakan yang motifnya belum jelas menimbulkan rasa khawatir siapapun bila berada di AS.
Penembakan yang sangat perlu diperhatikan adalah terjadinya serangan di Orlando, yang dilakukan oleh Omar Mateen, keluarga imigran asal Afghanistan. Korban yang tewas mencapai 50 dan luka-luka 53 orang, Mateen menyatakan kesetiaan kepada pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Pemerintah AS menyatakan bahwa itu adalah serangan teror paling mematikan dalam sejarah AS sejak peristiwa 9/11 pada 11 September 2001. Penulis mencoba mengulas dengan beberapa fakta dan data yang ada.
Senapan serbu AR-15 Seperti yang digunakan oleh Omar Mateen, serta foto Omar Mateen pelaku penembakan di Orlando (Foto : telegraph)
Kasus-Kasus Penembakan di AS Tahun 2015-Juli 2016
Minggu (17/7/2016), pagi terjadi penembakan di Baton Rouge, Louisiana, AS. Setidaknya tiga anggota polisi dikhawatirkan tewas dalam insiden penembakan di Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat. Media menyebut tersangka adalah Gavin Long (29), yang kebetulan warga berkulit hitam,."Hingga saat ini, kami belum tahu motif pembunuhan tersebut. Kami belum tahu apakah tersangka memang mengincar para polisi atau dia menembak polisi yang datang karena menerima panggilan," kata Presiden Obama dalam jumpa pers menanggapi penembakan ini.
Situasi dan kondisi saat terjadi tembak menambak di Baton Rouge (Foto :abcnews)
"Apapun motifnya, kematian tiga petugas polisi ini menegaskan bahaya yang dihadapi polisi setiap hari di negeri ini” tambah Obama.Wali Kota Baton Rouge Kip Holden mengatakan bahwa aparat keamanan masih berusaha mengendalikan keadaan. Baton Rouge menjadi perhatian publik setelah penembakan oleh polisi yang menewaskan Alton Sterling, seorang warga kulit hitam.Tewasnya Sterling pun memicu demonstrasi menentang aksi brutal polisi AS, yang dianggap melakukan diskriminasi rasial.
Kamis (8/7/2016), terjadi penembakan terhadap polisi saat sedang mengamankan demonstrasi anti kekerasan di Kota Dallas. Tujuh polisi tertembak dan lima diantaranya tewas. Satu 'sniper' tewas tertembak di sebuah garasi oleh polisi, sementara tiga lainnya ditangkap. Demo anti-kekerasan digelar di beberapa kota AS setelah polisi menembak brutal dua pria kulit hitam hingga tewas. Mereka adalah Alton Streling di Baton Rouge pada Selasa 5 Juli dan Philando Castile di Minneapolis pada Rabu 6 Juli. Sebelumnya, lima anggota polisi AS tewas dan tujuh lainnya mengalami cedera di Kota Dallas, AS akibat aksi penembakan oleh Micah Johnson, veteran tentara berusia 25 tahun. Micah Johnson akhirnya tewas bunuh diri ketika aparat mengepungnya di gedung parkir dekat kampus El Centro
Polisi memperlakukan penembakan di Orlando ini sebagai aksi terorisme (Foto :bbc)
Minggu (12/6/2016), pukul 02.00, terjadi penembakan brutal dan penyanderaan di klub malam LGBT Pulse, Orlando dimana terdapat 320 orang di dalamnya. Pelaku adalah Omar Mateen, yang lahir di AS dari orangtua yang berasal dari Afghanistan, saat menembak, dia menelepon 911 untuk menyatakan kesetiaannya pada ISIS. Pada pukul 05.00, SWAT memutuskan untuk membebaskan para sandera. Polisi menggunakan bahan peledak di dalam klub saat melakukan serangan. Pada pukul 05.53, Kepolisian Orlando mengumumkan dalam Twitter, "Penembak di dalam klub sudah tewas." Penembakan di Orlando yang dilakukan Omar Mateen adalah serangan teror paling mematikan dalam sejarah Negeri Paman Sam sejak peristiwa 9/11 pada 11 September 2001.
Minggu (29/5/2016), terjadi penembakan di Houston. Dua orang tewas dan enam lainnya terluka dalam insiden itu. Kedua korban meninggal diduga kuat tersangka penembakan dan seorang saksi mata Peristiwa penembakan itu bermula di sebuah toko diWest Houston. Salah satu yang diduga tersangka dilaporkan terluka saat penembakanSementara seorang lainnya tewas di tempat kejadian.Menurut Juru Bicara Kepolisian Houston, John Cannon tersangka kedua adalah penembak utama yang mempersenjatai diri dengan senjata jenis pistol dan senapan AR-15.
Senin,(20/2/2016), malam, terjadi penembakan di 3 lokasi berbeda di Kalamazoo, Michigan, Amerika Serikat. Pelaku diidentifikasi sebagai Jason Brian Dalton, pria 45 tahun itu ditangkap . Sudah dikonfirmasi bahwa ia adalah sopir taksi Uber, Kami telah melakukan pemeriksaan latar belakang pada Dalton, dan polisi telah mengkonfirmasi bahwa ia tidak memiliki catatan kriminal," jelas Uber. Polisi menyebut, setidaknya 7 orang tewas dalam serangan tersebut. Lima di antaranya ditembak mati di sebuah restoran dan 2 orang terbunuh di sebuah dealer mobil.. Dalton ditangkap pada Minggu 21 Februari dini hari, setelah diburu polisi. Tersangka tidak melawan ketika dibekuk petugas "Ditemukan senjata di mobilnya. Belum diketahui motif penembakan tersebut," kata polisi.
Rabu, (2/12/2015) sore, terjadi penembakan di pusat kesehatan difabel di San Bernardino, California. Kepolisian Jarrod Burguan menegaskan, jumlah korban meninggal kini menjadi 14 orang, dan 14 lainnya terluka dalam penembakan itu. Tim SWAT dan penjinak bom bekerja membersihkan bangunan di lokasi penembakan.Beberapa petugas khusus menangani senjata api dan FBI juga tampak di lokasi kejadian.
Sabtu 28/11/2015, penembakan terjadi di Colorado Spring, seorang pria berkaus putih melepaskan tembakan di sebuah klinik keluarga berencana, Planned Parenthood di Colorado Springs, Amerika Serikat. Sejumlah orang terjebak dalam gedung saat baku tembak terjadi. Akibatnya, 2 warga sipil dan seorang polisi meninggal dunia. Sementara 11 orang lainnya mengalami luka-luka. Motif pelaku, belum jelas. Hanya diketahui, The Planned Parenthood pada masa lalu pernah menjadi sasaran protes anti-aborsi. "Saya ingin menyampaikan pada keluarga para korban yang kehilangan orang-orang terkasih, ini adalah tragedi yang sangat mengerikan yang terjadi di Colorado Springs," kata Wali Kota John Suthers.
Steven Jones, pemuda berusia 18 tahun, pelaku penembakan di NAU, memasang foto di Instagram (Foto : heavy)
Jumat (9/10/2015), pukul 01.20 dini hari. Penembakan terjadi di Northern Arizona University (NAU), Kepala Polisi NAU Gregory Fowler mengatakan pelaku adalah laki-laki 18 tahun itu diidentifikasi sebagai Steven Jones, mahasiswa NAU. Ketiga korban penembakan diidentifikasi sebagai Nicholas Prato, Kyle Zientek, dan Nicholas Plate. Sementara itu, mahasiswa yang tewas adalah Colin Brough.
Jumat, (2/10/2015), terjadi penembakan di kampus Umpqua Community College, negara bagian Oregon Amerika Serikat. Sepuluh orang termasuk si penembak, Chris Harper-Mercer (usia 26 tahun), diketemukan tewas dan 7 orang lain mengalami luka-luka akibat penembakan itu. Sejumlah saksi mengatakan bahwa Harper-Mercer menanyai beberapa mahasiswa apa agama mereka sebelum menembakDikatakan bahwa jika dijawab beragama Kristen, ia menembak mati, sedangkan yang menjawab bukan beragama Kristen, dilukai. Sejumlah mahasiswa ditembak berulang kali; seorang perempuan ditembak berkali-kali di bagian perutnya ketika berusaha menutup pintu ruangan kelas.Pada pukul 10:46 pagi, dilaporkan bahwa Harper-Mercer beradu tembak dengan para polisi selama dua menit, sebelum menembak dirinya sendiri sampai mati.
Tawon Islamic State Akan Menyerang Amerika Serikat dan Sekutunya
Apa yang dimaksud dengan tawon Islamic State? Istilah tawon (hornet) dalam dunia intelijen menjadi popular setelah di beritakan oleh Edward Snowden yang mantan pegawai badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), serta juga sebagai mantan agen CIA. Edward Snowden, pembocor rahasia intelijen AS yang kini bermukim di Rusia mengungkapkan bahwa Islamic State of Irak and Syria (ISIS) bukan murni organisasi militan Islam. Organisasi ini merupakan bentukan kerjasama dari badan intelijen Israel (Mossad), Inggris (MI6) dan Amerika (CIA).
Logo CIA, MI6 dan Mossad (sumber : english.farsnews.com)
Snowden mengatakan badan intelijen ketiga negara itu secara khusus menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstremis dunia untuk bergabung di suatu tempat, dengan menggunakan strategi yang disebut "the hornet's nest" atau sarang lebah. Menurut Snowden, dokumen NSA itu terlihat mengimplementasikan strategi sarang lebah untuk melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan keagamaan dan Islam.
Menurut media-media di Iran, sepeti dikutip Moroccantimes, pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi dilatih secara khusus oleh badan intelijen Israel, Mossad. Badan intelijen tiga negara tersebut sengaja membentuk kelompok teroris untuk menarik kelompok-kelompok garis keras di seluruh dunia dalam satu tempat. Dengan strategi ini, kelompok-kelompok yang merupakan musuh Israel dan sekutunya itu jadi lebih mudah terdeteksi. Tujuan lainnya, untuk merawat instabilitas di negara-negara Arab.
Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, disebutkan juga, "Satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi adalah dengan menciptakan musuh di dekat perbatasannya ". Dokumen yang dibocorkan itu mengungkapkan bahwa pimpinan tertinggi ISIS yang juga seorang ulama, Abu Bakr al-Baghdadi telah dilatih secara militer yang intensif selama satu tahun di bawah kendali Mossad. Selain latihan militer dan pengorganisasiannya, dia juga dilatih dalam masalah teologi dan seni berbicara.
Pimpinan Islamic State, Abu Bakr al-Baghdadi dalam satu performance (Foto :patehinos)
Abu Bakr al-Baghdadi yang merubah nama ISIS menjadi Islamic State pada 28 Juni 2014 kemudian menjadikan kelompok teror binaannya sukses dalam melebarkan sayap baik di Suriah maupun Irak. Dalam rangka upaya klaim sebagai keturunan Nabi Muhammad, melengkapi namanya menjadi Abu Bakr Al-Baghdadi Al-Hussein Al-Qurashi.
Dalam perkembangannya, Islamic State yang dipimpin Al-Baghdadi semakin kuat, mempunyai ribuan pasukan bersenjata, memiliki peralatan perang hasil rampasan dari pasukan Irak di Mosul. Dengan idenya membentuk negara Islam yang menerapkan syariat Islam dengan keras, disatu pihak dia tidak disukai, tetapi dilain pihak dia dipuja. Sebagai contoh, di Indonesia ada kelompok yang melakukan ba'iat kepada al-Baghdadi tidak peduli apa yang dilakukannya dan dimanapun dia berada, yang penting kata mereka, ada tokoh yang menyuarakan negara Islam dan telah membuktikan keberhasilan langkah militernya untuk menguasai sebuah negara.
Jadi memang benar, ISIS atau kini Islamic State (IS) bukanlah aliran agama yang berisi ajaran teologi dan ritual keagamaan. ISIS atau faham Islamic State Baghdadi adalah gerakan politik yang bisa mengancam kedaulatan dan konstitusi. ISIS termasuk dalam kategori gerakan transnasional politik agama. Itulah sebabnya organisasi ini dinilai sangat berbahaya apabila terbentuk dan kemudian membesar.
Walau target ISIS pada awalnya hanya untuk menimbulkan gelombang kejut serta penciptaan instabilitas di kawasan Timur Tengah, penulis agak khawatir al-Baghdadi kemudian akan menjadi bola liar yang memantul ke pejuru dunia.
Setelah bertahun-tahun membual tak terkalahkan, pemimpin seperti Abu Muhammad al-Adnani (juru bicara Islamic State) mulai mengakui kerugiannya di medan perang. Para pemimpin IS mengakui adanya kesalahan strategis dan taktis terhadap kondisi Negara Islam saat ini. Mereka hanya berjuang sendiri dan hanya didukung jihadis manca negara, yang harus melawan array yang luas dari kekuatan besar dari koalisi Barat, Arab Sunni, Muslim Syiah, Rusia dan Kurdi.
Abu Muhammad al-Adnani Juru Bicara Islamic State (Foto :acenewservices)
Al-Adnani, pada bulan Mei 2016 menyerukan kepada simpatisan dan sel Islamic State di mancanegara untuk melakukan serangan kampanye terorisme global pada bulan Ramadhan. Dikatakan oleh Adnani, "Apakah kami dikalahkan ketika kehilangan kota di Irak dan di padang pasir tanpa kota atau tanah? Dan akankah kami dikalahkan dan Anda menang jika Anda mengambil Mosul, Sirte atau Raqqa, atau bahkan mengambil semua kota?” "Tentu tidak!"tegasnya. Dilain sisi para analis intelijen menilai, Adnani terlihat menyiapkan kondisi apabila mengalami kekalahan dalam perang.
Ditegaskan oleh al-Adnani, "Sementara struktur inti kami di Irak dan Suriah diserang, kami telah mampu memperluas dan telah menggeser beberapa perintah melalui media dan struktur kekayaan ke negara-negara yang berbeda. Dari sanalah akan dilakukan serangan".
Adnani nampaknya mempersiapkan bahwa kemunduran militer IS telah memaksa IS melakukan perubahan strategi. Mereka benar-benar mencoba untuk mempersiapkan pengikut mereka untuk mengatasi kelemahan dan kegagalan dengan 'khalifah' yang tidak lagi merupakan sebuah kekhalifahan. Yang dikatakan al-Adnani mulai dibuktikan pada beberapa serangan bulan Ramadhan pada beberapa negara ; "Berupa pesan ke semua anggota koalisi yang melawan kami. Kami tidak akan lupa, dan kami akan datang ke negara Anda dan memukul Anda, dengan satu cara atau cara lain yang menakutkan.”
Jajak pendapat CNN, Amerika semakin khawatir bahwa ISIS merupakan ancaman teror langsung, rakyat takut bahwa agen ISIS hidup di Amerika Serikat, menurut jajak pendapat CNN / ORC International baru. Kebanyakan sekarang mendukung aksi militer terhadap kelompok teroris. Tujuh dari 10 orang Amerika percaya ISIS memiliki sumber daya untuk melancarkan serangan terhadap Amerika Serikat (Sumber : edition.cnn)
Kini, para analis intelijen, para kepala-kepala badan intelijen negara-negara besar memang sudah mulai menghitung, bahwa akan terjadi perubahan strategi dari kelompok Islamic State pada masa mendatang. Sel-sel yang sudah ada pada masing-masing negara akan mereka lebih aktifkan untuk melakukan serangan teror yang mengejutkan. Yang perlu difahami adalah para handler masing-masing negara yang berada di Suriah dan Irak itu adalah warga mereka sendiri. Densus, BIN serta Kapolri penulis yakin faham siapa yang harus terus secara intens di monitor.
Direktur CIA, John Brennan dalam wawancara dengan media al-Arabiya beberapa hari sebelum penembakan di Orlando menyatakan, "Negara-negara di seluruh dunia harus khawatir tentang potensi individu atau kelompok individu untuk bertindak sendiri, tanpa kontak langsung dengan teroris terorganisir atau kelompok." Kekhawatiran Brennan jelas sangat beralasan, dia faham dengan ancaman serupa di Perancis bisa juga terjadi di AS. Negeri paman Sam dan negara-negara koalisi akan menjadi target utamanya.
John Brennan, CIA Director, "Countries around the world should be concerned about the potential for an individual or group of individuals to act on their own, without direct contact with organized terrorist groups." (Foto : brookings)
Tawon-tawon itu juga bisa menyusup ke main land AS, mungkin tidak berupa infiltrasi fisik, tetapi pengaruh media dan para motivator di sosial media sudah cukup dan akan membuat aparat keamanan AS kalang kabut. Gabungan masalah SARA dan ancaman terorisme di AS bisa terbentuk menjadi home grown terrorism ataupun terciptanya Lone Wolf dengan senapan serbu AR-15.
Yang masih tersenyum adalah Israel, tidak ada teror berbahaya di sana, lawannya bukan bom Islamic State, hanya lemparan batu dari warga Palestina. Demikian juga Inggris, terlihat aman-aman dengan menjauhi Uni Eropa, warga imigran akan dipaksa keluar Inggris dengan kebijakan Brexit. Kita lihat perkembangannya nanti, apabila Islamic State lebur dengan jatuhnya Mosul, tawon-tawon itu akan menyebar. Menakutkan memang dan sulit di antisipasi oleh badan intelijen AS yang canggih-canggih itu. Mungkin begitu?
Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net