Jaringan Islamic State di Indonesia Mulai memberdayakan Narcoterrorism

30 June 2016 | 10:16 pm | Dilihat : 1225

isis remaja

Demo mendukung ISIS terjadi di Indonesia khususnya terbentuknya Khilafah (Foto:piyunganonline)

Pemerintahan dibawah Presiden Jokowi telah memutuskan Komjen Pol Tito Karnavian, Kepala BNPT yang diajukan ke DPR untuk menjadi Kapolri yang baru menggantikan Jenderal Pol Badrodin Haiti. Tito yang alumnus Akpol tahun 1987 dikenal sebagai sosok perwira yang piawai baik di lapangan maupun cerdas sebagai staf.

Jenderal pintar, kira-kira begiatu julukan baginya saat bertugas di Polri dan BNPT. Oleh karena itu Tito dikenal sebagai tokoh anti teror yang demikian banyak menuai prestasi hingga memperoleh kenaikan pangkat luar biasa sebanyak tiga kali. Di pundaknya terletak harapan penyelesaian jaringan teroris di Indonesia, karena dia sangat faham.

Tito-Karnavian-JT-2

Komjen Pol Tito Karnavian yang sudah lolos Fit and Propper Test di DPR akan dilantik Menjadi Kapolri (Foto ; liputan6)

Sebagai mantan anggota kelompok ahli di BNPT dan kini menjadi salah satu narasumber team Direktur Binpuan BNPT, penulis telah terlibat dalam kegiatan pembinaan kemampuan aparat intelijen  bersama-sama BNPT, BIN, Baintelkam dan Densus 88 di tujuh Kominda.

Dalam kunjungan di wilayah, tercatat perkembangan informasi dimana sel teror yang sementara mengendap mulai melakukan kegiatan dalam rangka persiapan serangan. Yang menjadi lebih menarik, mereka mulai memberdayakan narcoterrorism. Oleh karena itu mari kita bahas perkembangannya.

Penangkapan Tersangka  Teror Terkait Narkoba

Pada hari Rabu (8/6), Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri berhasil menangkap tiga orang terduga teroris di Surabaya, Jawa Timur. Pada penggerebekan tersebut, Densus menangkap Priyo Hadi Purnomo (PHP), BRN alias ustad Jeffry (JF) alias F, dan Ferry Novendi (FN). Sementara dari pengembangan Densus  berhasil ditangkap SL alias AB.

boy rafly dan barang bukti

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar (kiri) dan Kabag Penerangan Masyarakat Brigjen Pol Agus Rianto merilis penangkapan teroris di Surabaya, Kamis (9/6/2016)  Foto : kompas)

Tiga terduga teroris yang ditangkap dalam penggerebekan seluruhnya merupakan residivis. PHP pernah dipenjara karena terlibat kasus narkoba. FN pernah karena kasus kriminal, sedangkan JF dipenjara karena kasus terorisme. FN dan PHP mengenal gerakan radikalisme dan direkrut masuk dalam jaringan teroris saat dipenjara.

Dari lokasi penggerebekan, Tim Densus berhasil  menyita tiga bom rakitan, dua unit senapan laras panjang, senjata api rakitan lengkap dengan peluru tajam, sangkur, ponsel sebagai alat pemicu, serta bahan-bahan pembuat bom.

Kapolri Badrodin Haiti menjelaskan (8/6/2016), bahwa  jaringan teroris Surabaya tersebut  merencanakan  menebar bom berdaya ledak tinggi (high explosives) di lima titik terpisah di Surabaya pada tanggal 17 Ramadhan atau 22 Juni 2016. Sasaran mereka adalah anggota Kepolisian.

Badrodin menjelaskan kepada media  bahwa sebenarnya keberadaan mereka sudah terdeteksi sejak sebulan sebelum penangkapan. "Kita sudah monitor keberadaan mereka. Sebelum saya berangkat ke Australia (tugas negara), saya kumpulkan Kadensus dan pasukan, saya sampaikan, bahwa di bulan Ramadhan ini kita jangan sampai kecolongan. Kalau sudah ada bukti, ya harus segera ditangkap" tegasnya.

densus dan angkut barang

Densus dalam Penggerebekan di Surabaya, mengangkut barang bukti (Foto: suarasurabaya)

Badrodin menjelaskan,  PHP (Prio) itu adalah warga Surabaya (34), pernah dua kali masuk penjara di LP Porong karena kasus penggelapan dan narkoba. Di dalam LP Porong tersebut dia direkrut oleh terpidana teroris Sibgotulloh dan Muhammad Sholeh. Sibgotulloh adalah pelaku peledakan bom di Cimanggis, ditangkap di Malaysia saat akan ke Syria.

PHP adalah salah satu anggota  jaringan teroris di Kalimantan bersama Maman Abdurrahman. Dia terlibat dalam kegiatan terorisme antara tahun  2011-2012. PHP sendiri sebelumnya juga sudah pernah dipindahkan ke LP Madiun dan diisolasi, secara terpisah.

Sementara, Ustad Jeffry (BRN) adalah warga Malang (27). BRN ini adalah pemain lama yang dipercaya sebagai penjaga rumah milik dari Salim Mubarok alias Abu Jandal. BRN adalah tercatat sebagai  residivis. Dia ini pernah masuk daftar DPO dari Polres Malang atas KDRT , perampokan dan penganiayaan. Setelah bebas, dia sering berkomunikasi dengan Abu Jandal yang berada di Suriah, lewat media jejaring sosial.

Dalam jaringan teror di Surabaya tersebut, PHP  telah merekrut  dua tersangka lainnya yakni; JF (Jeffry)  dan FN (Ferry). Ketiga tersangka tadi juga berperan sebagai ahli pembuat bom, penyedia bahan sekaligus sebagai calon eksekutor nantinya. Sementara SL alias AB menyediakan tempat untuk pembuatan bom. SL ini sebelumnya diketahui  pada April 2016 lalu pernah memasang  bom di bawah mobil anggota polisi di Polsek Genteng, Surabaya  tetapi gagal meledak karena masalah tehnis.

PHP dalam pemeriksaan diketahui aktif berhubungan dengan Bahrun Naim yang diyakini menjadi otak serangan bom Thamrin pada Januari 2016. Bahrun kini berada di Suriah, menjadi salah satu petinggi IS/ ISIS. Mereka berkomunikasi lewat media jejaring sosial  FaceBook. PHP ini diajari Bahrun Naim cara-cara merakit dan membuat bom. Juga mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukanuntuk  membuat bom diajari Bahrun Naim lewat jejaring sosial itu.

bahrun-naim-bahrumsyah-dan-abu-jandal

Tiga WNI yang dikenal bergabung dengan Islamic State di Suriah, dari kiri Bahrun Naim, Bahrumsyah dan Abu Jandal (Foto : ramalanintelijen)

Menurut Kapolri, setelah para Napiter (Napi terorisme) tersebut  keluar dari penjara, mereka diperintahkan tetap menjalin komunikasi dengan para petinggi atau jaringannya di Suriah. Mereka diajari cara membuat bom, diajari cara mempergunakan senjata api dalam melakukan penyerangan. Mereka juga diarahkan  titik-titik serangan mana saja yang akan dan harus diserbu. Selain itu mereka juga terinspirasi dari seruan yang disampaikan juru bicara ISIS, Syaikh Abu Muhammad Al Adnani yang isinya mengajak jaringan teror di mana pun berada agar melakukan aksi teror di negaranya masing-masing. Inilah kemampuan motivator yang didukung dengan media sosial.

Analisis

Penangkapan terhadap jaringan teror di Surabaya merupakan hasil mapping yang semakin matang dari Densus 88, dimana sisi terpentingnya adalah terbongkarnya rencana dari PHP, JF dan FN yang telah berhasil membuat bom jenis high explosives atau bom dengan daya ledak tinggi. Tidak terbayangkan apabila mereka sempat meledakkan bom  ke kantor polisi di Surabaya, dipastikan efek beritanya akan sangat besar.

Hal lain yang sangat perlu diperhatikan adalah ke tiga tersangka yang ditangkap adalah residivis dan sangat patut diduga termasuk dalam jaringan narkoba. Menurut penulis, aparat keamanan sebaiknya memotong mata rantai jaringan teroris dengan jaringan narkoba, karena itulah sumber dana yang sangat besar. Islamic State di Suriah mampu mengorganisir kekuatan hingga puluhan ribu karena keuangannya sangat kuat hasil merampok bank dan penjualan minyak rampasan.

fadli-sadama-teroris-kakap-yang-kabur-dari-lp-tanjung-gusta-rev-1

Fadli Sadama (berkacamata), ditangkap di Malaysia setelah melarikan diri dari LP Tanjung Gusta (Foto:Tempo)

Sebetulnya narcoterrorism di Indonesia sudah dimulai dengan tertangkapnya tokoh  teroris Fadli Sadama yang terlibat dalam  kasus perampokan Bank CIMB Medan dan penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, Medan pada bulan Agustus 2010. Fadli Sadama, salah seorang  teroris relatif muda (29) yang berhasil melarikan diri saat kerusuhan di LP Tanjung Gusta Medan pada tanggal 8 Juli 2013, berhasil ditangkap oleh Kepolisian Diraja Malaysia pada tanggal 20 November 2013 saat akan menyelundupkan senjata ke Indonesia.

Fadli terpidana 11 tahun dalam kasus terorisme CIMB Niaga berhasil melarikan diri saat kerusuhan pecah di Lapas Tanjung Gusta, Medan, dimana 200 narapidana berhasil melarikan diri termasuk diantaranya empat orang tercatat sebagai narapidana teroris.

Dalam pelariannya, Fadli yang mempunyai jaringan luas hingga ke luar negeri, membiayai pelariannya dengan menjual narkoba, oleh karena itu dia dikenal sebagai salah satu tokoh "narcoterrorism." Karo Penmas Polri Birgjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2013) mengatakan, "Biaya yang digunakannya selama pelarian diduga dari hasil penjualan narkoba," ungkapnya. Boy mendasari ini dari rekam jejak Fadli yang juga sebagai bandar narkotika sabu dan ganja diluar dan di dalam lapas. "Di dalam (lapas) yang bersangkutan punya peran juga," kata Boy.

sebelum-dieksekusi-mati-freddy-budiman-ajukan-surat-tobat-nasuha-CsM8gP67ot (1)

Gembong Narkoba Freddy Budiman kini berpakaian bak orang Arab setelah di rekrut kelompok teroris di LP Nusakambangan (Foto : okezone)

Dengan demikian, timbul pertanyaan, ataukah mungkin sel-sel aktif sedang ditidurkan dan akan beraksi pada saat waktu dan momentum yang tepat?. Jaringan Surabaya ini sebelum tertangkap sudah menyiapkan tiga bom dan dua senjata api dan sebenarnya akan menyerang polisi pada bulan suci Ramadhan pada tanggal 22 Juni 2016 (17 Ramadhan).  Yang jelas secara tertutup bukan tidak mungkin telah terjadi kolaborasi antara keduanya. Indikasi yang sangat jelas dan perlu di dalami adalah bergabungnya tokoh narkoba terpidana mati Freddy Budiman dengan kelompok teroris di Lapas Nusakambangan. Dia kini berpakaian bak tokoh muslim.

Fakta penyebaran faham radikal yang menarik dalam kasus Freddy tersebut secara detail penulis diskusikan dengan Deputy Penindakan BNPT Irjen Pol Arief Dharmawan saat program Binpuan Apkam di Kalimantan Barat Minggu lalu. Dimana ketika Lapas Pasir putih di Nusakambangan sedang di renovasi, ada beberapa napi teroris yang dipindahkan dan digabungkan dengan para napi narkoba  di lapas narkoba.

Hanya dalam waktu tiga bulan saja mereka sudah berhasil menyebarkan faham radikal terorisme sehingga 21 napi narkoba tertular dan menjadi radikal, termasuk Freddy Budiman. Bertapa berbahaya dan mudahnya virus  tersebut menyebar dikalangan narapidana. Mereka yang tertular kemudian memisahkan diri dari kegiatan napi lainnya. Dan ternyata tersangka yang ditangkap di Surabaya tersebut adalah salah satu yang tertular tersebut.

Sebagai kesimpulan, penulis melihat ada sebuah sisi gelap yang walau tidak nyata tetapi sudah menggeliat, terjadinya  kolaborasi kejahatan sindikat narkoba dengan kelompok terorisme. Aliran narkoba dari luar maupun yang diproduksi di dalam negeri kini bagaikan air bah yang sangat sulit dibendung. Terorisme butuh dana narkoba, karena itu ruang gerak harus dipersempit agar mereka tidak menjadi kaya. Ini yang berbahaya. Memang Narcoterrorism itu sangat berbahaya dan harus dicegah sebelum membesar.

Penulis : Marsda Pur Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.