Intelijen AS Tidak Mampu Membaca Serangan Lone Wolf, Teror Bernardino Bukti Nyata
8 December 2015 | 10:28 pm | Dilihat : 855
Syed Rizwan Farook dan Tashfeen Malik, pelaku penembakan di San Bernardino terekam di Bandara Internasional O'Hare Chicago pada bulan Juli 2014. (Sumber Foto :ABC News / ABC News)
Setelah peristiwa pembantaian pada Jumat (13/11/2015) malam di Paris, berupa serangan teror penembakan jaringan ISIS (Islamic State) terhadap beberapa target terpilih, tercatat korban yang tewas mencapai 89 orang sementara 352 warga lainnyamenderita luka tembak. Sesuai dengan ancaman dari kelompok ISIS, kini giliran rakyat Amerika Serikat juga menjadi korban penembakan masal, yang dikatakan kekerasan kedua terbesar setelah peristiwa 911.
Pada hari Rabu (2/12/2015), pada pukul 10:59 (waktu setempat), terjadi penembakan massal dengan senjata otomatis dan pistol serta bom pipa di kota San Bernardino, California, AS. Para pelaku yang pada awalnya diperkirakan tiga orang melakukan penyerangan di kompleks Inland Regional Center yang biasanya dipergunakan untuk kegiatan konferensi dan juga fasilitas untuk melayani mereka yang mengalami keterbelakangan mental.
Beberapa saksi mengatakan bahwa dua penyerang menggunakan pakaian hitam dengan menggunakan masker penutup muka, membawa beberapa senjata api langsung melakukan penyerangan saat di kompleks tersebut saat berlangsungnya pesta liburan untuk pegawai. Penembakan membabi buta yang dilakukan kedua orang itu mengakibatkan jatuhnya korban 14 orang tewas ditempat dan 21 orang lainnya mengalami luka-luka.
Mobil SUV Hitam yang dipergunakan kedua pelaku, dikepung mobil lapis baja tim SWAT Polisi dan Dihujani peluru, kedua pelaku Tewas ditempat (Foto: femwoc.com)
Setelah melakukan penembakan kedua pelaku kemudian melarikan diri dengan menaiki mobil jenis SUV warna hitam kembali ke rumahnya di Redland. Tim Swat Kepolisian kemudian mengepung mobil kedua tersangka yang kembali ke Bernardino, dan terjadi tembak menembak dengan 20 petugas polisi berkendaraan lapis baja, SUV dihujani peluru hingga keduanya tewas. Seorang anggota polisi mengalami luka tembak ringan. Kedua pelaku tidak memakai rompi antipeluru.
Pelaku diketahui menggunakan dua senapan serbu AR-15 dan M-16 versi militer, dua pistol buatan Llama dan Smith and Wesson. Pihak berwenang memperkirakan kedua pelaku melepaskan sekitar 65-75 tembakan di Inland Regional Center. Pihak berwenang juga menemukan tiga bom pipa yang terpasang bersama-sama dan dilengkapi dengan remote control tetapi gagal meledak.
Senapan AR-15 Yang dimodifikasi serta M-16 Versi Militer serta dua Pistol yang dipergunakan dalam aksi teros (Foto : waer.org)
Sementara dari hasil penggeledahan di rumah sewaan mereka di Redland, petugas menemukan dua belas buah bom pipa, 2.000 peluuru keliber 9 mm dan 2.500 peluru keliber 0,223. Juga ditemukan ratusan alat, yang dapat digunakan untuk membuat IED atau bom pipa. Pejabat federal mengumumkan bahwa senapan itu telah dibeli secara legal oleh tetangga Farook, bernama Enrique Marquez, dan kemudian memberikan kepadanya. Pada saat serangan, senapan AR-15 yang diproduksi oleh DPMS dan Smith & Wesson telah dimodifikasi agar dapat lebih mematikan.
Kepala Polisi San Bernardino, Jarrod Burguan mengumumkan bahwa tersangka penembakan diketahui bernama Syed Rizwan Farook (28) dan Tashfeen Malik (29), tidak ada orang ketiga yang terlibat. The Associated Press melaporkan keduanya adalah pasangan menikah dan memiliki seorang putri berusia 6-bulan. Farook adalah WN Amerika, karyawan San Bernardino County yang telah bekerja selama lima tahun sebagai spesialis kesehatan lingkungan di departemen kesehatan masyarakat, yang menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan pesta liburan di mana penembakan terjadi.
Hussam Ayloush, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam di Los Angeles, mengatakan Farook benar lahir di AS, sementara asal-usul Malik masih belum diketahui dengan pasti. Farook lahir di Illinois setelah kedua orang tuanya berimigrasi ke AS dari Asia Tenggara. Ayloush mengatakan bahwa Farook anak muda pendiam kurus, tinggi dan berjenggot, termasuk orang yang disukai lingkungan. Orang-orang yang mengenalnya mengatakan, ia adalah seorang Muslim yang taat, tenang.
Para pelaku Penyerangan bersenjata dan Suicide Bombing di Paris Jumat (13/11/2015) dari Jaringan Islamic State, Warga Negara Perancis dan Belgia (Foto: telegraph)
David Bowdich, asisten direktur FBI di Los Angeles mengatakan penyidik belum menemukan bukti apakah Rizwan Farook, dan Tashfeen Malik telah dipengaruhi seseorang untuk melakukan kekerasan ekstremisme atau keduanya telah mengembangkan keyakinannya sendiri.
FBI Senin (7/12) mengonfirmasi laporan bahwa Tashfeen Malik, yang lahir di Pakistan, tercatat memiliki hubungan dengan Masjid Merah di Islamabad, yang terkenal karena terkoneksi ke jaringan fundamentalisme Islam, walau oleh pengurus masjid telah dibantah.
Menurut FBI, penembakan massal tanggal 2 Desember itu adalah tindakan terorisme paling mematikan di AS setelah peristiwa 11 September 2001. Pasangan itu telah mempersiapkan perencanaan serangan itu, kata Bowdich. Keduanya telah mengunjungi tempat latihan menembak untuk berlatih beberapa hari sebelum pembantaian.
Presiden Barack Obama Menanggapi penembakan di Bernardino adalah kasus terorisme (foto : tvline)
Presiden AS, Barack Obama pada hari Minggu (6/12/2015) menyatakan bahwa penembakan massal San Bernardino, California, adalah aksi terorisme. Menurutnya AS tidak akan menyerah dan akan melawan ISIS dengan kekuatan dan kampanye yang cerdas. "Insiden itu adalah aksi terorisme yang diciptakan untuk membunuh orang tak bersalah," katanya seperti dilansir oleh CNN.
Saat berbicara di Gedung Putih Washington DC, Obama mengatakan bahwa pasangan San Bernardino adalah bukti nyata jejak gelap radikalisme. Pernyataan itu ia sampaikan bahwa ada peningkatan serangan terorisme di seantero AS. "Ancaman teroris itu nyata, namun kita akan menghadapinya. Kita akan hancurkan ISIS dan organisasi sejenis yang dapat menyakiti. Kita akan menang dengan cara yang kuat dan cerdas, tangguh, dan tak kenal lelah untuk melawan ISIS," tegasnya.
Para pejabat belum dapat secara pasti menemukan adanya indikasi bahwa serangan itu dilakukan dengan bantuan dari luar negeri. Mereka juga menyatakan belum tahu apakah ada orang di AS selain Farook dan Malik yang terlibat dalam perencanaan.
Bowdich mengatakan Farook telah melakukan perjalanan ke luar negeri dan bahwa pasangan datang ke Amerika Serikat pada Juli 2014 ketika mereka belum menikah. Tashfeen tiba di AS dengan paspor Pakistan dan diijinkan tinggal dengan Visa jaminan. Bowdich mengatakan dia tidak tahu semua negara yang keduanya kunjungi tapi Farook memang pergi ke Pakistan untuk suatu tujuan. Mereka mengatakan Farook baru saja bepergian ke Arab Saudi, datang kembali dengan istrinya yang dikenalnya secara online. Menurut FBI, dia adalah seorang Muslim yang taat, tapi tidak membahas agama di tempat kerja.
Sementara ini pejabat keamanan tidak dapat menentukan motif sejauh ini, tetapi pihak polisi mengatakan mereka tidak mengesampingkan terorisme. Aparat penegak hukum mengatakan F.B.I. memiliki bukti ditemukan bahwa Farook telah melakukan kontak selama beberapa tahun dengan ekstrimis di dalam dan luar negeri, termasuk setidaknya satu orang di Amerika Serikat yang diselidiki karena dugaan terorisme oleh pemerintah federal dalam beberapa tahun terakhir.
Para pejabat menyebutkan bahwa kasus ini membingungkan, mengatakan bahwa tidak ada bukti yang jelas tentang keterkaitan terorisme, tetapi mereka mengatakan penembakan itu jelas direncanakan, dan tidak hanya karena disebabkan sebagai insiden kekerasan pertentangan di tempat kerja.
Dalam kasus Farook khususnya peralatan penyerang yang dia miliki menunjukkan kesiapan yang matang untuk melakukan kekerasan dalam skala besar. Hal ini telah mendorong peneliti untuk melihat lebih dalam apakah ia memiliki koneksi ke militan atau ideologi ekstremis.
Dari beberapa fakta tersebut diatas, nampak dengan jelas bahwa kemungkinan benar kedua orang tersebut adalah simpatisan dari Islamic State, dan Farook kemungkinan telah di baiat saat mengunjungi Arab Saudi oleh jaringan IS.
Analisis Intelijen
Yang terpenting dicermati dalam kasus ini, kini terlepas dari ungkapan wistle blower mantan agen CIA/NSA, Edward Snowden bahwa AS (CIA) juga terlibat dalam pembentukan awal ISIS bersama Inggris (MI6) serta Israel (Mossad), kini terorisme Islamic State telah menjadi duri bagi AS dan sekutunya. Kasus Islamic State nampaknya akan menjadi pengulangan kasus Al-Qaeda yang dahulu dibantu AS di Afghanistan, tetapi kemudian menjadi momok menakutkan warga AS.
Tiga Badan Pengamanan dan Keamanan AS, teror di San Bernardino membuktikan Teknologi secanggih apapun belum mampu membaca hati manusia (Foto : xpnexpres)
Sehebat apapun dan secanggih apapun pemerintah AS dengan teknologi intelijen dan penyadapan, tetapi ada yang tidak mampu mereka deteksi, yaitu membaca hati orang. Kasus penyerangan dari Farook dan Tashfeen merupakan bukti nyata kegagalan sistem keamanan intelijen AS, dan bukan tidak mungkin akan kembali muncul kegagalan demi kegagalan aparat keamanan dalam mengamankan keamanan nasional serta keamanan warganya terhadap serigala-serigala tunggal lainnya yang siap menyalak dan menggigit. Gigitan yang tidak mematikan tetapi jelas akan membuat meriang dan infeksi, disamping menimbulkan rasa takut berkelanjutan.
Bukan hanya AS, tetapi beberapa negara lain harusnya juga mewaspadai bahwa ada homegrown terrorism yang terbentuk di banyak negara termasuk juga di Indonesia. Menurut penulis kini beberapa negara yang sudah berlampu kuning kearah merah adalah Rusia (pesawat sudah di bom), Perancis (penembakan massal), AS (penembakan massal), Qatar (kemungkinan sabotase terhadap pesawat), Arab Saudi (kemungkinan sabotase pesawat dan penyerangan penembakan), Yordania (kemungkinan penembakan), Turki (kemungkinan sabotase penerbangan), Inggris (kemungkinan sabotase pesawat).
DPO Polri terkait aksi teror Kelompok Santoso (foto : voaindonesia)
Untuk Indonesia kemungkinan dengan keterbatasan ruang gerak, kapabilitas mereka dinilai baru mampu aksi penyerangan bersenjata. Akan tetapi juga aparat keamanan Bandara perlu mewaspadai apabila ada perusahaan penerbangan dari beberapa negara yang penulis sebutkan diatas yang beroperasi ke Indonesia. Harus diakui sistem keamanan bandara masih ada titik rawannya.
Semua tersebut diatas adalah merupakan pengamatan penulis antara kaitan kasus di Suriah serta kasus-kasus tindaka terkait teror Islamic State, walaupun perang proxy dibelakang kemelut Suriah jauh lebih besar dan berbahaya, sehingga tidak memedulikan kawan maupun lawan. Analisis ini merupakan sumbang saran keamanan intelijen agar kita tidak menyepelekan ancaman teror yang dinilai hanya sebagai sebuah kasus belaka. Sedmoga bermanfaat.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Anggota Raider TNI AD Tewas Ditembak Kelompok Santoso di Poso, http://ramalanintelijen.net/?p=10204
-Latar Belakang Serangan Teror di Paris dan Prinsip Desentralisasi, http://ramalanintelijen.net/?p=10138
-Suksesnya Serangan Teror Mematikan di Paris Karena Perancis Teledor, http://ramalanintelijen.net/?p=10123
-Indikasi Kuat Sabotase Bom Pada Kecelakaan Metrojet Airbus A-321-200 Kogalymavia Rusia, http://ramalanintelijen.net/?p=10095
-Rusia Harus Mewaspadai Serangan Teror Lanjutan Terhadap Pesawat Komersialnya, http://ramalanintelijen.net/?p=10112
-Penyerang Charlie Hebdo Terkait Jaringan Al-Qaeda, http://ramalanintelijen.net/?p=9435
-Antara Warning AS dan Australia di Indonesia Dengan Serangan Teror di Paris, http://ramalanintelijen.net/?p=9428