Antara Dubes Christopher Stevens dan Cagub Joko Widodo

16 September 2012 | 10:32 am | Dilihat : 2046

Amerika Serikat kini mengalami masalah SARA di dunia, khususnya di negara-negara Arab, dimana gelombang anti AS dan Barat semakin meluas, tidak hanya kedutaan saja yang diserang, termasuk simbol-simbol keberadaan AS seperti hotel dan restoran mulai di geruduk massa.

Penyebabnya  adalah pemutaran video berjudul "Innocence of Muslims," sebuah trailer 14 menit  yang di unggah ke You Tube yang pada awalnya ditayangkan pada bulan Juli 2012.  Video yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab diposting pada situs kelompok Kristen Koptik (the National American Coptic Assembly) berpusat di Chantilly. Kelompok ini dipimpin  oleh Sadek Morris, seorang aktivis Hak Azasi Manusia, Amerika-Mesir,  tinggal di Virginia Utara. Otobiografi Sadek di situs Web menggambarkan dia sebagai seorang pengacara dan aktivis hak asasi manusia yang lahir di Mesir pada tahun 1942 dan sekarang tinggal di Amerika Serikat. Situs menggambarkan dirinya sebagai pembela hukum tentang kebebasan beragama di Mesir dengan kantor di Fairfax County. Pada tanggal 8 September 2012, potongan video berdurasi dua menit dari film ini kemudian disiarkan oleh  Al-Nas TV , sebuah stasiun TV di Mesir.

Protes kekerasan terhadap film pecah pada tanggal 11 September, setelah konsulat AS di Benghazi diserang hingga mengakibatkan Dubes AS di Libya tersebut beserta dua pengawal dan seorang stafnya tewas. Serangan ke konsulat AS di Benghazi merupakan detonator pemicu yang menjadi berita utama media dunia. Gelombang perseteruan AS dengan muslim kemudian merebak ke seantero negara. Protes dan demo kekerasan dengan cepat menyebar selain di Libya, Yaman dan negara-negara Arab dan Muslim lainnya selama hari-hari berikutnya.

Ada apa sebenarnya dibelakang perseteruan ini? Beberapa analis politik dan intelijen dunia menyampaikan adanya sebuah konspirasi dibalik penayangan video, kita kenal dalam kategori SARA yang kini sangat menyulitkan posisi AS di mata masyarakat muslim dunia. Dugaan serta ulasan konspirasi berbau politik ini akan penulis bahas tersendiri pada ulasan berikutnya. Kini penulis melihat ada sebuah titik rawan ditanah air, khususnya dalam Pemilukada DKI Jakarta setelah mempelajari dan meneliti  kasus SARA dunia serta dugaan adanya konspirasi yang melatar belakangi kekisruhan kasus tersebut. Nah, mari kita ulas bersama kaitan serta referensi baik dari sisi  keilmuwan maupun instink security.

 

Sam Bacile, Nakoula Bassely dan Innocence of Muslims

 

Pada awalnya banyak yang tidak mengetahui siapa sutradara dibalik video "jahat" (penulis mengatakan demikian), yang bernama Sam Bacile.  Aktivis anti Islam Steve Klein , yang terlibat dalam memromosikan film tersebut , mengatakan pada awalnya menyatakan di media bahwa Bacile adalah seorang Yahudi Israel dan film dibuat dengan dukungan biaya dari  100 pendonor warga Yahudi. Sementara Terry Jones, pendeta yang pernah terlibat dalam kasus pembakaran Al Quran mengatakan ia hanya berbicara kepada Bacile di telepon, tapi ia tahu bahwa itu bukan nama aslinya. Morris Sadek aktivis anti Islam, yang memosting video  kedalam situs Kristen Koptik dalam bahasa Arab, belum membuat pernyataan.

Pemerintah federal pada hari Kamis (13/9) setelah melakukan pemeriksaan, mengatakan bahwa seorang pria Kristen Koptik di selatan California, saat ini dalam masa percobaan atas kejahatan keuangan, adalah sosok kunci di balik video tersebut. Menurut AP, sumber-sumber pemerintah mengatakan bahwa Nakoula Bassely  (55), adalah orang yang menulis dan menyutradarai film. Nakoula selama ini mengaku (menggunakan nama samaran)  Sam Bacile. Dari penelusuran otobiografinya, Nakoula  lahir di Mesir dan kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat. Nakoula saat ini tinggal di Cerritos, California di Los Angeles area.

The Daily Beast melaporkan bahwa Nakoula ditangkap oleh Los Angeles County Sheriff's Department pada tahun 1997 setelah ketahuan  memiliki efedrin , asam hydroiodic. Dia didakwa dengan maksud untuk memproduksi metamfetamin . Dia mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman setahun penjara pada tahun 1997  di Los Angeles County Jail dan tiga tahun masa percobaan. Nakoula menyatakan bangkrut pada tahun 2000.  Menurut Jaksa di Los Angeles County District ia melanggar hukuman percobaan pada tahun 2002, dan kembali dijatuhi hukuman satu tahun penjara.

Pada tahun 2010, Nakoula dihukum harus membayar  US$ 794.701 karena kasus penipuan bank. Dia membuka rekening bank dengan menggunakan  identitas dan nomor jaminan sosial orang lain, termasuk satu milik seorang anakberusia  6 tahun. Dia juga dijatuhi hukuman 21 bulan di penjara federal . Nakoula dibebaskan dari penjara pada Juni 2011. Ia diperintahkan untuk tidak menggunakan komputer atau internet selama lima tahun tanpa persetujuan dari petugas pengawas percobaan nya. Itulah back ground sutradara video jahat "innocence of Muslims" yang sangat menghebohkan, yang ternyata seorang kriminal.

 

Dubes J. Christopher Stevens (Krees)

 

Christopher Stevens  tewas dibunuh pada  tanggal 11 September 2012 malam, ketika massa bersenjata menyerang dan membakar Konsulat Amerika di kota Benghazi. Saat itu Chris (Presiden Obama memanggilnya demikian), saat sedang berada di kantor Konsulat AS di kota Benghazi bersama dua pengawal dan seorang stafnya meninggal karena sesak nafas akibat terbakarnya kantor  karena serangan RPG yang dilakukan kelompok khusus bersenjata. Diketahui sekitar limabelas orangt yang berada di kantor konsulat terluka.

Dubes Stevens (Alm) adalah  seorang diplomat karir,  sebelumnya pernah bertugas di Irak, Kanada dan Belanda. Dia seorang veteran dari misi diplomatik Amerika di Libya, pernah bertugas di Benghazi selama pemberontakan terhadap Kolonel Khadafi. Secara luas Dubes Stevens (52) yang fasih berbahasa Arab itu dikagumi oleh para pemberontak Libya atas dukungan terhadap perjuangan mereka saat upaya penggulingan pemerintahan Presiden Khadafi.

Chris yang lebih menyukai apabila dirinya dipanggil Krees (orang Arab memanggilnya demikian), menempati nominasi utama menjadi Duta Besar Libya setelah pemerintahan Khadafi runtuh. Dia menjabat sejak bulan Mei 2012 dengan semangatnya yang tinggi untuk mewujudkan Libya menjadi negara sahabat dan mau menerapkan sistem demokrasi ala Barat. Mereka yang mengenalnya mengatakan dia adalah seorang murni diplomat, santai, sopan, mudah ditemui, jujur , memiliki pemahaman yang mendalam tentang budaya dan politik dunia Arab. Dia adalah seorang relawan Korps Perdamaian, mengajar bahasa Inggris di Pegunungan Atlas di Marok0. Sebelum meninggal Chris mengatakan,  "Orang-orang tersenyum lebih banyak dan jauh lebih terbuka dengan orang asing. Amerika, Perancis dan Inggris sedang menikmati popularitas yang tidak biasa. Mari kita berharap itu berlangsung," katanya.

Chris, yang lulusan Universitas Berkelley bergabung di Deplu AS  sejak tahun 1991. Pada bulan Juni 2007, dia untuk pertama kalinya ditugasi  ke Libya, menjabat sebagai wakil kepala misi dan kemudian sebagai chargé affaires di kedutaan AS Tripoli sampai 2009. Kemudian ia diangkat sebagai Director of the Office of Multilateral Nuclear and Security Affairs. Pada bulan Agustus 2008, setelah terjadinya kebocoran  kabel diplomatik  oleh WikiLeaks pada tahun 2011, Chris berusaha untuk mempersiapkan kunjungan Menteri Luar Negeri  AS Condoleezza Rice ke Libya untuk bertemu dengan Khadafi.

Dalam penugasan keduanya ke Libya, Chris  dikirim untuk berkomunikasi dengan pemberontak yang  berpusat di Benghazi, Libya,  sebagai wakil khusus untuk berhubungan dengan Dewan Nasional Transisi Libya (Interim Transitional National Council). Misinya untuk menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Dewan tersebut serta mengumpulkan fakta  berbagai faksi yang memberontak melawan rezim Khadafi. Chris kemudian kembali ke Washington dan mendorong AS untuk mendukung dewan pemberontak, kemudian pemerintahan Obama memutuskan secara resmi pada bulan Juli 2011, AS memberikan dukungannya.

Departemen Pertahanan telah mengirimkan dua tim anti terorisme Navy SEALs, serta kapal perangnya  ke Libya untuk memperkuat keamanan di sana dan mengejar serta menangkap para penyerang. Serangan itu adalah suatu hal yang tidak diperkirakan sebagai rangkaian  kekerasan di Benghazi selama beberapa bulan terakhir, dan tidak  semuanya ditujukan terhadap kepentingan AS. Serangan hari Selasa adalah yang kedua terjadi di Konsulat AS di Benghazi, dimana pada tanggal 5 Juni, sebuah bom telah meledak di luar gerbang yang merupakan fasilitas AS.

Ditempatkan di Benghazi selama pemberontakan terhadap Kolonel Khadafi, Chris Stevens, yang fasih berbahasa Arab dan Perancis, telah menjadi pahlawan lokal karena dukungannya kepada para  pemberontak Libya saat revolusi melawan Rezim Khadafi. Warga Benghazi mengedarkan foto-foto secara online, khususnya saat Chris mengunjungi restoran lokal, menikmati hidangan lokal, dan berjalan-jalan di kota dan tanpa detail perlindungan petugas  keamanan.

Beberapa teman Chris Stevens menyampaikan bahwa keyakinan sepenuhnya hubungan dengan warga Benghazi mungkin telah membutakan dirinya terhadap bahaya di sana. Dia merasa semua orang menyukainya, kata salah seorang kenalan baiknya di Benghazi. Chris dikenal sebagai  pria yang baik, ramah, tahu banyak para sheik di kota dan banyak dari para intelektual telah menghabiskan beberapa waktu dengannya. Itulah Chris Stevens yang akhirnya menjadi korban karena terlalu over confident di Benghazi, kota yang sebenarnya tidak dikuasainya secara penuh.

 

Cagub Joko Widodo (Jokowi)

 

Jokowi kini sedang menapak untuk menjadi seorang Gubernur DKI Jakarta. Saat ini kita tahu bahwa Jokowi yang masih menjabat sebagai Walikota Solo, namanya makin berkibar dan mampu membuktikan dirinya akan menjadi  pesaing tangguh dari Fauzi Bowo (Bang Foke) pada tanggal 20 September 2012 mendatang.

Apa kelebihan Jokowi sebenarnya? Jokowi yang disukai oleh kalangan terdidik karena mampu memberikan harapan akan adanya perubahan di Jakarta dalam arti positif realistis, kini semakin rajin mengunjungi pelosok Jakarta terutama kalangan bawah. Jokowi misalnya penulis ketahui minggu lalu berkunjung ke Kebon Pala, wilayah dekat Pangkalan AU Halim Perdanakusuh. Dia berkunjung tanpa pengawalan, naik mobil Avanza dan menjadi tamu beberapa ibu di kampung itu. Acara ngopi dan ngobrol-ngobrol dengan ibu-ibu ternyata demikian efektif. Beritanya tersebar positif ke kampung lainnya dan bahkan ke kompleks AU.

Langkah Jokowi seperti itulah nampaknya yang membuat masyarakat menyukai dirinya, konstituen bawah yang tidak melek politik menurut teori (pemilih rasional) memang hanya ingat Bang Foke dengan kumisnya. Tanpa upaya turkam (turun kekampung) dari Jokowi, maka kalangan bawah tanpa digarappun katanya akan banyak yang ke Foke. Nah, dengan langkahnya, pendukung Foke tanpa terasa terus digergaji secara perlahan.

Yang penulis bahas bukan soal menang kalah kedua kompetitor Cagub tersebut, sepertinya sudah agak jelas, begitu kata teman penulis. Yang penulis bahas adalah langkah Jokowi yang menurut ilmu intelijen pengamanan rawan (lampu kuning menjurus merah). Rawan itu artinya kelemahan dan apabila di eksploitir akan menyebabkan kelumpuhan, sistem otomatis juga akan berhenti. Sehebat apapun tim sukses Jokowi dan Ahok, tanpa Jokowi, mereka bukan apa-apa lagi.

Nah, mengacu dengan kasus Dubes Chris Stevens yang tewas itu, titik lemahnya adalah rasa percaya diri yang terlalu berlebihan. Dia tewas karena terlalu percaya diri di Benghazi, merasa tidak punya musuh, merasa berteman baik dan terlindungi dengan bekas para pejuang pemberontak di Benghazi yang dulu dibantunya. Dia kemudian mengabaikan kata kunci hidupnya yaitu "security." Pengamanannya sangat tidak memenuhi syarat. Dia menyepelekan nilai dan kebutuhan pengamanan intelijen yang terdiri dari pengamanan personil, organisasi, kegiatan dan informasi. Langkahnya tercium oleh ambusher yang akhirnya justru berhasil menghabisinya di dalam kompleks kantornya sendiri tanpa tercium intelijen pendukungnya.

Nah, apakah Jokowi dan tim suksesnya  juga sudah mengukur situasi keamanan di Ibu kota, jangan sepelekan itu. Seberapa besar pemahaman tim suksesnya dengan kemungkinan ancaman terhadap Jokowi sebagai titik sentral? Penulis pernah menulis bahwa Jakarta adalah kota Rahwana (http://ramalanintelijen.net/?p=5584), keras dan sering kejam bagi yang lemah, kadang tricky dan tanpa belas kasihan. Kasus bacok, rampok, rampas, tipu, kepruk, perkosa dalam angkot, dan bunuh kita bisa baca di media, terjadi saja di Jakarta. Kelompok premannya nekat, di RS tentarapun mereka berani saling bunuh.

Karena itu penulis agak khawatir dengan Mas Jokowi, agak hati-hati menjelang hari pemilihan dan sesudah pemilihan. Jangan membutakan diri dan terlalu percaya diri "blusukan" ke manapun tanpa pengawal. Ada saja orang nekat yang tidak takut Tuhan di Jakarta Mas, judulnya menghalalkan cara. Itu saja sebenarnya inti tulisan panjang lebar dengan 1.635 karakter ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca, syukur kalau dibaca timsesnya Jokowi.

Prayitno Ramelan, Pengamat intelijen, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi gambar : telegraph.co.uk

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.