Info Penyadapan dan Perang Urat Syaraf Terkait Eksekusi Mati

9 March 2015 | 3:53 pm | Dilihat : 1643

pacificmap

Target Operasi GCSD Dari Dokumen Snowden (foto : stuff.co.nz)

Berkaitan dengan rencana eksekusi mati 10 narapidana yang terlibat narkoba, hingga kini pemerintah Australia (baca; PM Tony Abbott) terus berusaha dengan segala cara membebaskan dua warganya (Chan dan Sukumaran) dari muka laras senjata anggota Brimob pengeksekusi. Kesepuluh napi tersebut sudah dipindahkan ke Lapas Nusakambangan, akan tetapi belum ditempatkan pada sel isolasi seperti lazimnya mereka yang akan dihukum mati.

Setelah gagal dalam beberapa cara, diantaranya langkah ancaman boikot pariwisata, langkah diplomasi, tukar menukar tahanan terkait narkoba, disamping yang menurut penulis kemungkinan langkah ekstrem lainnya, maka kini berkembang adanya isu penyadapan terhadap Presiden Jokowi yang dilakukan oleh Badan Intelijen New Zealand (GCSB) serta Badan Intelijen Australia (ASD). Entah dari mana isu permainan kotor ditiupkan terhadap pilpres Indonesia 2014, yang disentuhkan ke Jokowi.

Setelah melakukan penelitian, penulis mulai menelisik berita penyadapan tersebut. Media di  Indonesia memberitakan lansiran berita di New Zealand Herald pada hari Kamis (5/3/2015) menayangkan berita yang ditulis oleh Nicky Hager yang mengaku sebagai jurnalis di Selandia Baru.

Menurut Hager, intelijen  Australia menyadap percakapan telepon selular dan data publik serta pejabat Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel. Hal itu disebutkannya  terungkap dari bocoran dokumen rahasia milik bekas kontraktor NSA, Edward Joseph Snowden yang nantinya akan diungkap oleh WikiLeaks. Salah satu hasil sadap yang akan dibuka oleh WikiLeaks adalah percakapan Jokowi dengan beberapa pihak saat pilpres 2014.

Menurut dokumen rahasia Snowden, badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) telah bekerjasama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) untuk menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan. Selain Indonesia, ASD dan GCSB juga melakukan spionase elektronik terhadap negara-negara kecil di kawasan Pasifik seperti Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Nauru, Samoa, Vanuatu, Kiribati, Kaledonia Baru, Tonga, dan Polinesia.

Juga dia menyebutkan bahwa dari  dokumen Snowden, Selandia Baru dan Australia menyadap satelit komunikasi satelit dan kabel telekomunikasi bawah laut. Mereka berbagi data panggilan telepon, email, pesan media sosial dan metadata. Data-data sadapan itu lantas dibagi bersama jaringan "Five Eyes" atau jaringan spionase "Lima Mata". Telkomsel jadi target ASD, menurut Snowden, karena jaringan telepon selular Indonesia itu melayani lebih dari 122 juta pelanggan.

Penilaian  Dari Sudut Pandang Intelijen

Menurut ketentuan, sebuah informasi akan menjadi bahan yang sangat dipercaya apabila memenuhi dua syarat yaitu sudah dilakukan penilaian terhadap sumber informasi serta isi informasi. Setelah itu informasi yang terkait dianalisis dan diberi nilai, maka informasi yang sudah menjadi intelijen tadi bisa dipakai sebagai bahan pembuatan keputusan.

Dari informasi penyadapan di New Zealand Herald (NZH) tersebut, maka dapat dinilai, NZH sebagai media arus utama bisa dipercaya. Tetapi di sisi lain sumber pembuat berita dapat dikatakan meragukan. Di dalam negeri NZ (Selandia Baru) saja, Nick Hager kini dipertanyakan, apa tujuannya mengeluarkan berita tersebut sebagai jurnalis? Apa pentingnya bagi NZ?

Menurut David Fisher, senior NZ Herald, Hager ini dikenal sebelum ia menyebut dirinya seorang jurnalis,  dirinya aktif dalam Peace Movement Aotearoa dan memainkan peran kunci dalam saat Selandia Baru dikeluarkan dari ANZUS. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya kepada hubungan intelijen. Tetapi menurut Fisher, "But unlike academic commentators on intelligence gathering, Hager seems to be on a personal mission." Dengan demikian keabsahan informasi Hager memang patut dipertanyakan.

Informasi tentang kelompok "five eyes" yang terdiri dari intelijen AS, Inggris, Canada, Australia dan Selandia Baru, sudah diungkapkan sejak lama oleh wistleblower Edward Snowden. Tentang isi informasi Hager juga tidak semuanya benar, dia mengatakan NZ bekerjasama dengan Australia menyadap Indonesia. Sedangkan dalam komposisi jaringan  "lima mata", menurut Snowden, maka target Australia adalah kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara (stasiun Australian Signal Directorate) diantaranya  berada di Jakarta, KL, Bangkok, Hanoi Timor Leste. Hanya Australia (dan mungkin AS/NSA) yang menyadap pejabat Indonesia.

Dari dokumen NSA yang bocor pada Oktober 2013, terungkap bahwa tercatat ada empat lokasi penting di  Australia yang berkontribusi memberikan data ke program NSA dengan sandi  X -Keyscore , yang memisahkan data ke dalam aliran nomor telepon, alamat email , log-in dan aktivitas pengguna untuk penyimpanan di bank data besar . Stasiun pengumpul tersebut adalah US-Australian Joint Defence Facility di Pine Gap dekat Alice Springs , dan tiga fasilitas ASD lainnya, yaitu, the Shoal Bay Receiving Station dekat Darwin , the Australian Defence Satellite Communications Station di Geraldton di Australia Barat , dan the naval communications station HMAS Harman di luar kota Canberra. Tidak ada satupun stasiun yang beroperasi bersama NZ.

Sementara  GCSD (Government Communications Security Bureau) atau Menurut situs resmi Biro, misinya adalah untuk memberikan kontribusi terhadap keamanan nasional Selandia Baru dengan menyediakan jaminan informasi dan keamanan cyber, intelijen luar negeri, dan bantuan kepada instansi pemerintah Selandia Baru lainnya. Target GCSD yang menggunakan stasiun di Whaihopai Valley, Bleindheim adalah memonitor negara-negara di Pasifik Selatan (Tuvalu, Nauru, Kiribati, Samoa, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Fiji, Tonga, dan departemen luar negeri Perancis Kaledonia Baru dan Polinesia Perancis). Penulis pernah tiga tahun bertugas di Kantor Athan RI di Wellington, NZ.

Dengan demikian informasi Hager jelas meleset dan Snowden tidak pernah menyebut pada informasi awal status Indonesia menjadi target operasi penyadapan GCSD. Nah oleh karena itu maka nilai informasi Nicky Hager di NZD menurut penulis mempunyai tujuan tertentu. Dilakukan pribadi dengan tujuan khusus.

Kaitan Isu Penyadapan Dengan Eksekusi Mati

Penulis mengamati bahwa pemerintah Australia terus berusaha membebaskan dua warganya dari hukuman mati. Terlihat behwa PM Australia Tony Abbott  yang dibantu Menlu Julie Bishop terus dengan gencar melakukan lobi bahkan tekanan terhadap Indonesia. Pada artikel terdahulu, penulis mengatakan bahwa latar belakang perjuangan tak henti-hentinya  Abbott selain memperjuangkan warganya adalah juga demi karir politiknya yang terus merosot, baru saja dia menang dari impeachment.

Nah, Hager nampaknya dipakai sebagai detonator meledakkan rumors bahwa ada rahasia Presiden Jokowi pada pilpres 2014 yang mereka pegang dan akan dipakai untuk menyerang/menekan. Jelas tidak elok apabila Australia sendiri yang mengungkap bahwa mereka telah menyadap Indonesia. Penyadapan adalah pulbaker dengan kategori spionase. Karena itu seperti yang juga dipertanyakan oleh pengamat di Selandia Baru, apa kepentingan Hager membuka kasus penyadapan ke publik.

Hager nampaknya dipakai sebagai agent action belaka, dia dikendalikan dari luar. Penulis percaya bahwa langkah ini dipergunakan untuk melakukan pressure psikologis. Apabila ditanya, apakah mungkin ASD kembali melakukan penyadapan? Jelas, dalam sebuah kemelut seperti ini, konflik antara Indonesia-Australia, segala cara intelijen akan dipergunakan. Oleh karena sudah ada kesepakatan antara kedua negara soal penyadapan, maka Australia jelas kini lebih berhati-hati.

Dilain sisi, penulis menilai bahwa perbedaan pandangan antara PM Abbott dengan Presiden Jokowi adalah masalah beda prinsip yang sulit dipertemukan. Presiden Jokowi bertahan sebagai Kepala Negara, bahwa keputusan hukuman mati adalah hukum positif di Indonesia terkait kejahatan narkoba. Jelas, disini dibutuhkan ketegaran, "Negara" tidak boleh kalah. Kalau mengalah dengan Australia maka sama artinya Indonesia akan kalah dengan mafia narkoba.

Bagi PM Abbott, pertarungan ini adalah semacam pertarungan hidup mati, dia baru saja menang di-impeachment di negaranya karena masalah pajak. Walau menang, karir politiknya jelas sudah turun. Karena itu masalah dua terpidana mati ini adalah momentum bagus, dan dia membutuhkan sebagai panggung citra dan harus menang. Akan tetapi dia lupa, apabila pada saatnya Indonesia nanti melakukan eksekusi mati terhadap Chan dan Sukumaran, maka penulis perkirakan karir Abbott akan berada pada titik nadir. Dia diragukan soal pajak, dan akan ditambah diragukan soal kegagalan diplomasi serta menyelamatkan warga Australia. Ini yang jadi pertaruhannya.

Nah, dari beberapa fakta serta analisis diatas, penulis perkirakan bahwa Australia masih melakukan penyadapan terhadap Presiden Jokowi serta pejabat terkait soal eksekusi mati. Mereka akan mencari celah rawan Jokowi serta pejabat Indonesia lainnya. Menurut pakem intelijen. apabila ditemukan titik rawan, yang berupa kelemahan mendasar, dan dapat dieksploitir bisa menyebabkan kelumpuhan. Mestinya para pejabat seharusnya lebih waspada, lebih "alert" dalam menggunakan peralatan komunikasi. BIN pernah mengingatkan bahwa ancaman cyber kini semakin berbahaya.

Jangan gentar Pak Presiden, yang penting kita tetap berada di koridor hukum yang berlaku dan benar. Justru yang perlu diwaspadai adalah adanya pendapat bahwa hukuman mati di Indonesia terkait narkoba perlu dihilangkan. Ini yang jauh lebih berbahaya, karena intervensi serta penetrasi lebih mudah dilakukan di dalam negeri. Dimana?

Perkuat, penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan vonis. Jangan sampai ada hakim yang mbalelo menghukum penyelundup narkoba dengan vonis sekelas maling ayam. Maka saat itu kita akan kebanjiran narkoba, dan mafia-mafia akan berkuasa disini, generasi Indonesia akan hancur lebur. Maukah kita? Silahkan anda jawab sendiri.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen www.ramalanintelijen.net

Artikel terkait :

-Shock Theraphy Hukuman Mati Bandar Narkoba Bisa Gagal, http://ramalanintelijen.net/?p=9544

-Waspadai Kemungkinan Langkah Ekstrem Australia Terkait Eksekusi Mati, http://ramalanintelijen.net/?p=9517

-Awas, Intelijen AS dan Inggris Memonitor Android, iPhone, Twitter, YouTube, Angry Birds, http://ramalanintelijen.net/?p=7968

-Ibu Ani Yudhoyono,Target Operasi Utama Intelijen Australia, http://ramalanintelijen.net/?p=7835

-Apa Target Spionase Kedubes Australia di Jakarta?, http://ramalanintelijen.net/?p=7640

-Kedubes AS Jakarta, Salah Satu Stasiun Penyadap NSA, http://ramalanintelijen.net/?p=7630

This entry was posted in Sosbud. Bookmark the permalink.