Penyerang Charlie Hebdo Terkait Jaringan Al-Qaeda
10 January 2015 | 11:50 am | Dilihat : 597
Kouachi Bersaudara Penyerang Charlie Hebdo (Foto : indiatoday.in)
Hingga kini, tiga hari setelah serangan mematikan terhadap jurnalis Charlie Hebdo, suasana Paris dilaporkan masih sangat mencekam. Sebanyak 80.000 polisi dan pasukan anti teror dikerahkan untuk mengejar pelaku yang melakukan aksinya menyerang tabloid Satir pada hari Rabu (7/1/2015), membunuh secara kejam dengan menggunakan senapan serbu AK-47. Tercatat delapan staf, karikaturis dan pimpinannya, tamu, petugas kebersihan dan termasuk dua polisi.
Juru bicara polisi Prancis, Xavier Castaing, mengatakan pelaku utama adalah Said (34) dan Cherif Kouachi (32), warga negara Perancis keturunan imigran Aljazair. Cherif Kouachi, tidak asing dimata otoritas kontraterorisme Perancis, dia menyalurkan pejuang yang akan berjihad ke Irak. Dia adalah mantan pengantar pizza yang dijatuhi hukuman 18 bulan penjara pada tahun 2008 karena berusaha untuk bergabung dengan teroris di Irak. Dia dibebaskan dari penjara, kemudian bekerja di supermarket pinggiran Paris selama enam bulan sejak tahun 2009. Pengawas mengatakan ia tidak menunjukkan kelakuan yang menampilkan sikap kriminalitas.
Pada tahun 2010, polisi menahannya lagi dalam penyelidikan dari dugaan rencana untuk membebaskan seorang militan Islam yang dihukum penjara seumur hidup untuk pemboman jalur kereta Paris pada tahun 1995. Kakaknya tidak memiliki catatan kriminal hanya diidentifikasi pernah menerima latiha teror. Said dilaporkan tinggal di Reims, 90 km sebelah timur laut dari Paris di wilayah Champagne-Ardenne Perancis.Tersangka ketiga diidentifikasi oleh pihak berwenang Perancis dalam serangan itu menyerahkan diri Rabu malam. Mourad Hamyd, 18, menyerah di kantor polisi setelah mengetahui namanya telah dikaitkan dengan kasus dalam berita.
Pejabat AS di Washington mengatakan, ada indikasi bahwa salah satu saudara Kouachi itu, pernah pergi ke Yaman pada tahun 2011 terkait dengan afiliasi al-Qaeda di sana. Para pejabat intelijen Perancis menyampaikan ke AS bahwa Said membuat perjalanan untuk menerima pelatihan senjata dari kelompok militan. Kedua bersaudara Kouachi itu masuk dalam daftar cekal AS (larangan terbang). Daftar ini berisi nama-nama warga AS dan penduduk lainnya, serta orang asing, yang tidak diizinkan untuk terbang ke atau keluar dari Amerika Serikat karena alasan keamanan tertentu. Tercatat sekitar 47.000 nama ada dalam daftar itu, sebagian besar adalah orang asing.
Cherif dan Said dikabarkan tewas dalam sebuah serangan yang dilakukan pasukan anti-teror Prancis di sebuah percetakan di Dammartin-en-Goele, 25 mil dari Paris, Jumat, 9 Januari 2015 malam. Sumber di kepolisian mengatakan pada Le Monde, dua bersaudara Kouachi itu telah tewas setelah pasukan kontra teror polisi melakukan serbuan. Seorang pekerja percetakan, yang sebelumnya mereka sandera, bisa diselamatkan.
Pelaku Teror Amedy Coulibaly ( Foto: scaredmonkey.com)
Aksi teror di dua lokasi berbeda akhirnya terkuak dan ternyata terkait. Aksi penyanderaan hari Jumat (9/1/2015) di toserba Yahudi di Port de Vincennes, sebelah Timur Paris. Seorang pria yang diketahui bernama Amedy Coulibaly (32), seorang warga negara Perancis keturunan Senegal, yang menggunakan senapan AK-47 melepaskan tembakan saat masuk ke toko dan menyandera enam belas orang. Dikabarkan empat orang telah tewas. Pelaku dilaporkan juga sebagai penembak polisi wanita Perancis pada Kamis lalu.
Latar Belakang Aksi Teror di Paris
Aksi teror yang terjadi pada awalnya disimpulkan hanya merupakan aksi balas dendam penghukuman kepada harian Charlie Hebdo yang dinilai telah melecehkan dan menghina Islam. Memang yang ditembak mati oleh Kouachi bersaudara adalah pimpinan koran satir beserta jurnalis, karikaturis dan stafnya. Dalam pemahaman aksi teror mereka sering menempatkan dirinya sebagai instrumen penghukum.
Aksi yang pada awalnya masih belum jelas sepenuhnya kemudian terkuak, setelah Kouachi bersaudara bersedia berbicara kepada media (BFM TV), Jumat (9/1/2015) pagi. Cherif bahwa ia dan saudaranya telah dikirim oleh afiliasi AQAP (Al Qaeda Arab Peninsula) di Yaman. Dia mengaku pernah bertemu pemimpin kelompok itu, Anwar al-Awlaki, di Yaman sebelum Awlaki tewas diserang drone AS. Dia langsung menyatakan bahwa Awlaki yang telah membantu membantu biaya, senapan serbu dan granat roket peluncur yang digunakannya.
Sementara AP memberitakan bahwa anggota cabang AQAP menyatakan bertanggung jawab atas serangan ke Charlie Hebdo sebagai aksi balas dendam penghinaan Nabi Muhammad. Dalam wawancara tilpon dengan BFM TV, Cherif mengatakan, "Tidak, kita tidak pembunuh. Kami adalah pembela Nabi, kita tidak membunuh, kita tidak membunuh perempuan, kita tidak membunuh siapa pun. Kami membela Nabi yang mana kita bisa membunuh, itu bukan masalah. Tapi kita tidak membunuh wanita. Kami tidak seperti Anda, tidak seperti Anda. Di Suriah, bukan kita. Kami memiliki kode kehormatan dalam Islam.
Sementara dalam wawancara dengan penyandera lainnya (Amedy Coulibaly), dia menyatakan apabila polisi menyerang Kouachi bersaudara, dia akan membunuh para sandera. Dia menyatakan bahwa ia telah dikirim oleh "Daesh," nama lain untuk Islamic State (sebelumya bernama ISIS).
Pihak berwenang di Perancis menurut surat kabar Le Monde mengatakan bahwa Kouachi bersaudara serta Coulibaly telah direkrut oleh Djamel Beghal (jaringan Al Qaeda) yang dikenal ketiganya di penjara pada tahun 2005. Beghal dipenjara karena akan meledakkan Kedubes AS di Paris.
Menanggapi adanya kekerasan kelompok teror tersebut, Perdana Menteri Perancis Manuel Valls mengatakan "Tidak ada hal dengan sebuah risiko nol," kata Valls kepada radio RTL. Dilain sisi dalam menjaga stabilitas keamanan serta adanya potensi konflik antara penduduk dengan imigran serta anti Islam di daratan Eropa, khususnya di Perancis, Presiden François Hollande, mengimbau warga agar mereka tidak melihat kekerasan pekan ini sebagai produk dari Islam, melainkan sebagai tindakan "fanatik" yang "tidak ada hubungannya dengan agama Islam."
Saat muncul tuduhan bahwa ini adalah kegagalan aparat intelijen Perancis memonitor ancaman, diakui oleh PM Perancis Manuel Valls di televisi BFM Jumat (9/1/2015), "Ada kegagalan, tentu saja. Ketika 17 orang tewas, ini berarti ada kegagalan. "
Presiden AS Barck Obama menyampaikan duka cita atas jatuhnya korban. Dikatakannya, "We grieve with you, we fight alongside you to uphold our values, the values that we share, the universal values that bind us together as friends and as allies. I think it’s important for us to understand, France is our oldest ally. We want the people of France to know the United States stands with you today, stands with you tomorrow. Our thoughts and prayers are with the families that have been affected," katanya. Kini Perancis sebagai sekutunya yang diserang, jelas bahwa AS juga khawatir diserang teroris, mungkin tidak di negaranya, bisa saja terjadi di negara lainnya.
Nah, bagaimana menyikapi perkembangan situasi di Perancis tersebut bagi kepentingan keamanan nasional Indonesia? Penulis melihat bahwa yang beroperasi dalam serangan di Paris adalah jaringan terkendali, dikendalikan oleh Al-Qaeda Arabian in Peninsula. Nama lain AQAP adalah Tanzim al-Qa'idah fi Jazirat al-'Arab, "Organisasi Al-Qaeda di Semenanjung Arab"adalah sebuah organisasi Islam militan, terutama aktif di Yaman dan Arab Saudi. AQAP menguat karena menilai Al-Qaeda semakin lemah. Kelompok ini telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB, Australia, Kanada, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Uni Eropa dan Amerika Serikat. Disitulah Kouachi bersaudara mengait.
Untuk pelaku lainnya, Amedy Coulibaly, walau menyatakan bahwa dia dikirim oleh Islamic State, nampaknya dia terkait dengan Djamal Bengal yang jelas jaringan Al Qaeda. Memang di medan tempur Irak dan Syria, Islamic State dibanwah kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi telah melepaskan diri dari Al-Qaeda setelah berbeda faham dengan Jabhat al-Nusra di Syria. Dari pengakuan ke dua orang tersebut, nampaknya masih perlu dikonformasi kebenarannya, walau Al-Qaeda dan IS bentrok, bisa saja mereka beroperasi bersama-sama di negara lain.
Oleh karena itu Indonesia memang harus lebih waspada, walau jumlah yang berangkat ke Syria dan Irak diperkirakan sekitar 500, jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang berangkat dari Perancis (1.200), dibelakang layar tetap saja mereka bisa menyatu. Secara ideologi prinsip mereka sama, hanya dalam penerapannya agak berbeda, IS jauh lebih keras, kejam dan kaya.
Kepala Badan Intelijen Negara (Ka BIN) menanggapi Paris attack, menyatakan, "Mereka memanfaatkan peluang yang terjadi di daerah lain, seperti ada serangan kelompok teroris di satu negara, biasanya mereka memanfaatkan ini," kata Marciano di Kantor Presiden, Jumat, 9 Januari 2015.
BIN bersama Densus 88 terlihat telah melakukan langkah antisipatif. Marciano menyatakan, "Di daerah tertentu, BIN terus mengikuti dan mengawasi kelompok-kelompok berbahaya. Tim Densus 88 terus mengikuti dan tidak memberikan keleluasaan untuk bergerak. Kalau diberi ruang gerak yang luas, pasti mereka akan memberikan ancaman yang bisa berakibat fatal," katanya.
Kini, Kouachi bersaudara serta Coulibaly telah berhasil ditembak mati polisi Perancis. Tetapi ada yang perlu diingat oleh Perancis dan negara sekutu AS lainnya, bahwa setiap serangan teror yang dilakukan tetap merupakan sebuah pesan, pesan kepada target terpilih, "kami mampu menyerang anda," serta pesan kepada jaringan mereka dimanapun berada "kami ada dan mampu berbuat sesuatu." Itulah yang perlu diwaspadai.
Ini bukan serangan akhir, tetapi bisa merupakan serangan pembuka. Karena itu memang harus terus dimonitor dengan ketat, termasuk Indonesia (terutama intelijen) harus terus waspada. Ancaman telah muncul disini, ya mestinya kita jangan lengah, begitu?
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Antara Warning AS dan Australia di Indonesia Dengan Serangan Teror di Paris, http://ramalanintelijen.net/?p=9428
-Kedubes AS di Indonesia Gelisah, Mengeluarkan Security Warning, Ada Apa?, http://ramalanintelijen.net/?p=9425
-Penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe Sydney Bisa Diperkirakan Terkait Islamic State, http://ramalanintelijen.net/?p=9367
-Uni Emirat Arab Rilis Daftar 82 Kelompok Teroris, Al Qaeda dan ISIS Yang Utama, http://ramalanintelijen.net/?p=9277
-Serangan Teror Penembakan di Gedung Parlemen Kanada Ottawa, http://ramalanintelijen.net/?p=9205
-Awas ; ISIS Akan Menyerang dengan Senjata Teror Ebola, Target Utama Warga AS Dimanapun, http://ramalanintelijen.net/?p=9174
-Analisis Ancaman ISIS di Australia, http://ramalanintelijen.net/?p=9065