Kekuatan Kompasiana, Jonan, Ahok, Ridwan,Ganjar Hadiri Kompasianival
24 November 2014 | 9:37 am | Dilihat : 615
Hari Sabtu (22/11/2014) penulis sempat menghadiri acara ulang tahun Kompasiana ke enam, yang diselenggarakan di Gedung Sasono Budaya TMII. Acara yang di beri label khusus Kompasianival keempat sebagai ajang kopi darat (nangkring) para kompasianers yang mempunyai hobi tulis baca di Kompasiana. Sebenarnya secara resmi Kompasiana telah berusia enam tahun dengan tanggal resmi kelahiran 22 Oktober 2008. Di usia yang relatif muda ternyata kompasiana tanpa disadari telah berkembang menjadi bayi dewasa yang semakin digemari dan menjadi blog atau media sosial yang menjadi salah satu yang terunggul diantara sosmed lainnya.
Saat berkumpul di TMII itu penulis menilai bahwa blog keroyokan ini semakin dikelola dengan manajemen (admin) yang semakin mantap dengan kompetensi sebagai jurnalis tidak diragukan lagi. Netizen yang hadir ribuan dengan menampilkan kegiatan komunitas. Sebagai CEO Kompasiana kini adalah Mas Edi Taslim, COO adalah Kang Pepih Nugraha dan Direktur pelaksana adalah Iskandar Zulkarnain (Isjet). Dari penjelasan Pepih, member kompasiana kini sekitar 280.000 orang dan dalam seminggu jumlah pengunjung sekitar tujuh juta. Jelas ini jumlah yang fantastis untuk si bayi di usianya yang ke enam.
Penulis terus mengikuti perkembangan kompasiana sejak baru berdiri bulan September 2008, dan mendapat penghargaan pada ultah kompasiana pertama (22 Oktober 2009) sebagai Bapak Publik Kompasiana, karena sejak awal menyarankan kompasiana sebagai blog khusus dari para wartawan Kompas agar dijadikan blog publik. Saran penulis kemudian dibawa oleh Kang Pepih sebagai admin ke Kompas Grup dan kemudian disetujui. Sejak itulah walau tertatih-tatih, kompasiana berkembang dari diterimanya guest blogger, kemudian keran dibuka penuh dan masyarakat diberi ruang (laman) untuk menulis. Pada awalnya masih di moderasi admin kemudian akhirnya dilepas oleh admin dan hanya diawasi content sesuai aturan yang ditetapkan.
Sejak awal, penulis menyebutkan bahwa kompasiana adalah sebuah rumah besar dan menyediakan ruang-ruang yang bisa ditempati para penulis dan pengomentar (awalnya tidak nulis tetapi tukang komen). Mereka bebas berinteraksi dan berdiskusi diruangannya, berteman dan menyampaikan buah pikirannya. Kemudian terbentuklah komunitas-komunitas dalam rumah kompasiana yang tetap berada dibawah satu atap dan diawasi oleh admin.
Tanpa terasa komunitas dan pertemanan para penulis itu kemudian menjadi sebuah kekuatan yang nyata tetapi tidak nyata. Mereka bukan politisi (dalam arti parpol), tetapi kompasianers menjadi penulis politik yang handal dan sangat disegani. Banyak yang menulis masalah-masalah sosial yang menggelitik dan bahkan membuat ‘gerah’ (gelisah/takut) pejabat yang dikritiknya. Belum lagi ada yang hasil bloggingnya menurut penulis memenuhi kaidah sembilan komponen intelijen strategis (komponen Ipoleksosbudhankam, serta komponen biografi, demografi dan sejarah). Jelas dengan 280.000 warganya, kompasiana netizen dengan beragamlatar belakang dengan komposisi strata lengkap dari yang berpendidikan rendah tapi berpengalaman hingga seorang doktor atau profesor menjadi blog keroyokan yang bermutu isinya. Dari kalangan militer terdiri dari seorang berpangkat prajurit hingga jenderal yang cukup makan asam garam.
Dengan kelengkapannya itu, kini terbentuklah sebuah kekuatan yang sangat besar yang bisa menulis dan menanggapi masalah apa saja dalam kehidupan. Selain itu, dengan tersebarnya dislokasi kompasianers, mereka akan menjadi pengawas dan peneliti dikalangan pemerintahan serta ruang kehidupan lainnya. Disinilah kompasiana menjadi kekuatan tak terkirakan dengan semangat esprit de corpskhusus dan jelas disegani dan diperhitungkan.
Penulis pernah menuliskan tentang esprit de corps, yang bisa diartikan sebagai, “Rasa persatuan dan kepentingan serta tanggung jawab bersama yang dikembangkan di antara sekelompok orang yang terkait erat dalam tugas.” Ada juga mengartikan sebagai persahabatan, ikatan, dan solidaritas. Ditinjau sebagai kata benda, bisa diartikan sebagai kesadaran dan kebanggaan yang merupakan milik kelompok tertentu, memiliki rasa dengan tujuan bersama dan persekutuan. Menurut Collins English Dictionary, Esprit de Corps adalah perasaan persahabatan di antara anggota kelompok atau organisasi. Sebagai contoh terbentuknya esprit de corps misalnya, ”Dengan berkemah bersama selama satu minggu saja, sekelompok orang akan sudah terikat oleh esprit de corps yang kuat.” Jadi bisa dibayangkan kuatnya persatuan dan persahabatan kompasianer, dan ada yang sudah bertahun-tahun.
Oleh karena itu pada acara Kompasianival keempat, maka hadirlah empat tokoh pemimpin muda yang sedang naik daun di Indonesia. Mereka diundang dengan tujuan untuk memberikan pencerahan, membagi pengalaman serta memberikan motivasi secara langsung kepada para kompasianers yang sempat hadir di TMII. Pertama hadir Menteri Perhubungan Ignatius Jonan, yang mantan Direktur Kereta Api, kini dipercaya menjadi Menhub. Pak Menteri ini menyampaikan bagaimana upayanya memperbaiki mental serta disiplin dikalangan pelaku kereta api. Yang menarik dikatakannya, kalau kita mau saja memperbaiki satu kekeliruan atau keburukan kita dalam sehari, kita akan menjadi orang yang baik.
Saat bertemu di ruang VIP, Pak Jonan berdiskusi dengan Pak Chappy Hakim (The Real Blogger), penulis serta Kang Pepih, membicarakan topik penerbangan gelap. Beliau mau menerima banyak masukan tentang black flight yang pernah pernah penulis tangani saat aktif dan dikuasai masalahnya oleh Pak Chappy. (Penulis sempat berselfie dengan Pak Ganjar dan Pak Jonan).
Tokoh muda lainnya yang hadir tandem adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) serta Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Ahok menjelaskan tentang persoalan birokrasi dan begaimana memperbaiki mental pegawai, karena itu langkah maju yang ditempuhnya adalah dengan penggunaan teknologi, menerapkan e-layanan, untuk mengendalikan kebersihan birokrasi. Upaya Ahok kini memberdayakan walikota, Camat dan Lurah dalam mengatasi banjir, disamping memikirkan masalah kemacetan di DKI. Tidak main-main, Ahok mengelola APBD DKI sebesar Rp80 triliun.
Dilain sisi, Ridwan Kamil yang tampil santun menyampaikan strateginya, dengan latar belakang arsitek, Ridwan membangun Bandung dengan konsep penataan dan kebutuhan masyarakat. Ridwan Kamil melakukan pendekatan ‘online’ dan membangun pusat ‘pengawasan’ untuk mengawasi sistem pelayanan di Kota Bandung. Ridwan Kamil pun melakukan pendekatan pengawasan dengan teknologi informasi. Strateginya dengan melibatkan masyarakat Bandung untuk memberikan layanan dan membuktikan kepada rakyat bahwa merekalah yang menjadi stake holders. Dengan APBD hanya Rp6 triliun, Ridwan menata dengan ilmu arsiteknya dalam membangun Bandung.
Pada malam hari tampil Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang diwawancarai oleh Admin Kompasiana Isjet. Wawancara menarik, dimana Ganjar tampil good lookingdengan rambut putih hitam dengan baju putih. Ganjar menghadapi masalah birokrasi yang suka bermain mata, nepotisme dan kolusi yang sudah lama berlangsung. Ini yang dibabatnya dengan keberanian dan kesungguhan (dikatakan hasil survei dalam persaingan cagub hanya 7 persen dan katanya tidak punya uang). Masalah yang sedang ditatanya dengan APBD Rp16 triliun adalah soal infrastruktur, rusaknya jalan-jalan di Jateng. Hambatan atas kekuasaan Gubernur dalam mengendalikan Bupati diatasinya dengan pendekatan antar manusia. Ganjar sedang menaikkan peluang pariwisata yang sangat besar di Jawa Tengah, dan dikatakan ada investor yang sudah mau membangun pembangkit listrik 3 X 1000 MW.
Demikian sepintas gambaran kemunculan empat tokoh yang relatif muda sebagai pemimpin masa kini dan masa depan. Masalah yang dihadapi pemimpin yang bertugas di wilayah terutama berada tataran konflik birokrasi, soal kejujuran dan penyelewengan. Perbaikan mental yang mereka lakukan jelas akan memunculkan musuh, karena itu Ahok sebagai pemimpin di wilayah terberat menyatakan memimpin di Jakarta bukan hanya harus cerdas tetapi juga harus berotot. Menurut mantan Presiden SBY, masalah utama bangsa Indonesia saat ini, korupsi, narkoba dan terorisme.
Nah, dari kemunculan para pejabat kebanggaan itu, apa yang bermanfaat? Jelas yang pertama para kompasianers yang hadir serta yang aktif membaca kompasiana tentang kompasianival akan mendapat pencerahan siapa-siapa dan apa strategi mereka dalam menerapkan leadership di era transparansi. Motivasi ini penting dan menjadi sesuatu yang diharapkan oleh Admin Kompasiana, strategis karena penyampaian mereka merupakan salah satu upaya pendidikan yang dipikirkan oleh kompasiana bagi member-nya..
Dilain sisi, penulis melihat para pejabat itu mau memenuhi undangan karena kompasiana sebagai sebuah blog keroyokan di jagad dunia maya dinilainya pantas diperhitungkan. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa kompasiana mempunyai power besar yang bisa memengaruhi perjalanan bangsa ini kedepannya. Menulis adalah kegiatan yang bisa menginspirasi dan memengaruhi. Sayyid Qutb saat di penjara di Mesir telah membuat sebuah tulisan yang menimbulkan gelombang fundamentalisme Islam dan memporak porandakan kekuasaan Syah Iran dan menggelinding ke seluruh dunia. Bayangkan berapa besar pengaruh sekian ribu kompasianers terhadap perjalanan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Bagi para bintang tamu tersebut, keuntungan yang akan didapat, para kompasianers yang rata-rata penulis akan menuliskan dan menyebarkan apa ide serta strategi mereka dalam memimpin di tempat masing-masing. Histeria kompasianers dari bawah panggung dalam kemunculan mereka adalah ungkapan kebanggaan serta kepercayaan akan adanya perubahan yang semakin maju. Itu yang diharapkan dari para pemimpin muda. Jangan sia-siakan kepercayaan tersebut, maka anda akan didukung kompasianers. Ingat, soal tahta, harta dan wanita adalah godaan yang sering mruntuhkan citra dan kredibilitas pemimpin. Sekali saja pejabat kebanggaan itu melanggar kepercayaan, maka ‘bully‘ akan sangat berat dan resikonya juga besar bagi mereka.
Tetapi kita percaya dengan mereka-mereka yang muda, dipercaya dan berkarya akan selalu memegang amanah. Ini sebuah pertaruhan bagi bangsa, sekali gagal maka bangsa ini akan galau mau percaya kepada siapa lagi? Yang muda ternyata sama saja. Mari kita doakan dan dukung bersama, semoga pemimpin muda di era Presiden Jokowi tetap memegang amanah dan sukses. Aamiin.
Catatan : Terima kasih kepada Manajemen/Admin Kompasiana yang telah memberi penghargaan kepada penulis, "Life Time Achievement Award” pada acara Kompasianival ke-4 , Alhamdulillah.
Kompasiana menjadi barometer kekuatan massa. Banyak tokoh nasional yang ikut dan menjadi kekuatan baru di dunia informasi. Percaya... Kompasianers akan mampu menginspirasi perjalanan Bangsa besar ini… “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun ? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” (Pram). Kunjungi Blog Pray di Kompasiana : http://www.kompasiana.com/prayitnoramelan
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net