Awas ; ISIS Akan Menyerang dengan Senjata Teror Ebola, Target Utama Warga AS Dimanapun

13 October 2014 | 2:18 pm | Dilihat : 1115

 [google-translator]

tsr-intv-jeh-johnson-wolf-blitzer-00003503-story-top

Peringatan resmi dari Homeland Security (Sumber foto : cnn.com)

Pertempuran sengit yang terjadi di Irak dan Suriah masih berlangsung dengan keras dan kejam. Di dua medan tempur tersebut sulit membedakan antara konflik horizontal dan konflik vertikal. Di Irak, penguasa adalah muslim Syiah sama dengan Bashar al Assad yang masih tegar berkuasa di Suriah, dari Sihite yang juga merupakan muslim Syiah. Para pemberontak dari kelompok Al-Qaeda (Khorasan) dan Jabhat al-Nusra adalah dari Muslim Sunni. Kini yang pasti, militan Islamic State (IS) yang masih disebut oleh media internasional sebagai ISIS/ISIL adalah muslim Sunni.

Militan IS menjadi sangat terkenal dengan doktrin terornya, menimbulkan rasa takut dengan kejam, penggal leher, eksekusi tembak di muka umum, hancurkan secara fisik, dan hancurkan secara total manusia dan material. Dengan langkah tersebut mereka mampu meraih kemenangan demi kemenangan, mampu memotivasi daerah pendudukan dan memanfaatkan apapun harta rampasannya, uang dan senjata.

Dibuktikan oleh militan Islamic State, setelah menguasai kota Mosul, dimana pasukan Irak lari terbirit-birit dengan meninggalkan peralatan perang yang diterimanya dari Amerika, kemudian merebut kota Sinjar dan kini mengepung Kobane. Semua dilakukan dengan berani mati, dan bahkan beberapa melakukan serangan dengan suicide bombing. Keyakinan mati sahid bagi pelaku teror dalam berjihad. Inilah yang kini semakin menakutkan.

Dalam kondisi yang penuh dengan euphoria kesuksesan kemenangan IS, disitulah kini Amerika dan sekutunya mau tidak mau dipaksa terlibat. Di wilayah yang menurut penelitian intelijen disebut kondisi destabilisasi, Presiden Barack Obama hanya memutuskan dukungan penyerangan dilakukan, yang dalam terminologi Angkatan udara adalah  bantuan tembakan udara (BTU) dan serangan udara langsung (SUL). Kedua serangan tersebut, dengan dukungan air intelligence, jelas mampu melakukan identifikasi target kemudian dilakukan penghancuran dengan bom-bom pintar, serangan peluru kendali berteknologi tinggi dan bahkan penyerangan peluru kendali Tomahawk dari kapal laut.

Hasil serangan cukup merusak militan IS, tetapi dari beberapa penelitian ternyata gerak maju IS tidak juga terbendung, mereka mengantisipasi dengan merubah taktik desentralisasi komando dan kendali ke pasukan tingkat bawah yang mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlaku. Beberapa target dilaporkan hanya bangunan kosong dan mobilitas kodal lebih mereka tingkatkan. Dalam pertempuran di Kobane antara penempur IS dengan penempur sayap militer Kursi,YPG, pemerintah Turki mengkhawatirkan Kobane akan jatuh setelah IS mampu menguasai paling tidak hingga kemarin sekitar 40 persen kota perbatasan Suriah-Turki tersebut.

Hambatan serangan udara dari AU dan AL Amerika nampaknya membuat kesal para penempur dan ahli strategi Islamic State. Seperti layaknya aksi teror yang dikemas dengan ilmu intelijen, kini unit-unit intelijen mereka menyusun rencana akan melakukan serangan balasan terhadap AS dan sekutu yang melakukan operasi udara.

Rencana Serangan Balasan Islamic State  terhadap AS dan Sekutu

Sejak pemerintah AS melakukan beberapa serangan udara awal Agustus lalu, nampaknya ada rencana pembalasan dari militan Islamic State kepada Amerika dan sekutunya. Pada tanggal 22 Agustus 2014, Badan Keamanan Dalam Negeri (Homeland Security) serta FBI mengeluarkan  buletin intelijen bersama yang dikeluarkan untuk para penegak hukum federal  bahwa Islamic State juga dikenal sebagai ISIS, memiliki kemampuan untuk menyerang sasaran AS di luar negeri yang klasifikasinya “little to no warning,” demikian diberitakan oleh The Blaze.

Pada ulang tahun ke-13 serangan 11 September 2001 (peristiwa teror 911), badan intelijen AS menilai adanya peningkatan ancaman dari pendukung militan Islamic State melalui situs media sosial seperti Twitter. Buletin keamanan menyebutkan, "promptly report suspicious activities related to homeland plotting and individuals interested in traveling overseas to conflict zones, such as Syria or Iraq, to fight with foreign terrorist organizations."

The Blaze menayangkan pendapat mantan agen CIA, Brian Fairchild yang mengatakan bahwa ia percaya CIA telah gagal "melakukan peyusupan ke organisasi dan merekrut aset yang diperlukan untuk mengekang organisasi-organisasi ini dan melawan ideologi mereka." Setelah  serangan 9/11 hanya fokus pada serangan paramiliter dan pesawat tak berawak, dan tidak sampai menyentuh ke akar masalah. "Anda dapat  menemukan dan menargetkan baik Osama bin Laden dan para  penggantinya, tapi Anda tidak akan pernah memecahkan masalah," kata Fairchild.

Pada tanggal 5 Oktober 2014, FBI memperingatkan serangan teror bisa terjadi segera dan Islamic State diketahui kini  melihat kemungkinan menggunakan virus Ebola sebagai senjata biologi bagi sarana teror. Direktur FBI James Cornet mengatakan CBS pada hari Minggu (5/10/2014)  bahwa militan merencanakan serangan terhadap "Amerika Serikat atau sekutu-sekutu kita, dan ingin melakukannya dengan sangat, sangat segera."

Pejabat intelijen khawatir bahwa kelompok-kelompok seperti ISIS dan Al-Qaida mungkin sengaja menginfeksi diri di Afrika Barat dalam upaya untuk melampiaskan malapetaka di seluruh dunia. Beberapa individu yang terinfeksi  kemudian bisa dengan mudah menyebarkan virus melalui sistem transportasi keseluruh  dunia.

Pada hari Jumat, 10 Oktober 2014  siang, militan Islamic State telah mengeksekusi mati sembilan orang di dua kota di Irak utara. Mereka dihukum mati karena dicurigai terkait organisasi masyarakat Sunni anti-ISIS.Pejabat keamanan setempat mengatakan, enam orang dihukum mati di depan publik di kota Az-Zab Kota tersebut terletak sekitar 90 kilometer sebelah barat kota kaya minyak, Kirkuk.

Pejabat setempat mengatakan, "IS mengeksekusi empat warga di Az-Zab dan dua warga dari desa-desa dekat Az-Zwiya," katanya seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/10/2014). Menurut saksi mata, keenam orang tersebut dituduh terlibat dalam upaya-upaya mengorganisir perlawanan warga Sunni terhadap ISIS di wilayah Hawija. Mereka dieksekusi mati di sebuah pasar dengan disaksikan banyak orang.

Departemen Luar Negeri Amerika pada hari Jumat (10/10), memperbarui peringatannya bagi warga Amerika di luar negeri dan mengatakan “cemas akan berlanjutnya ancaman serangan teror, demonstrasi dan aksi kekerasan lainnya terhadap warga dan kepentingan Amerika.” Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/10/2014). Deplu juga meyakini adanya “peningkatan kemungkinan serangan pembalasan” sebagai tindakan serangan-serangan udara pimpinan Amerika atas militan ISIS, terutama di Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa dan Asia. Pernyataan hari Jumat itu menyebutkan resiko bagi “kepentingan-kepentingan Amerika, dunia Barat dan mitra koalisi.”

Diperingatkan juga bahwa, "penculikan dan penyanderaan yang melibatkan warga negara AS telah menjadi semakin lazim," setelah penculikan dan pembunuhan dua wartawan AS dan dua pekerja bantuan Inggris oleh Islamic State. AS dan negara-negara Barat juga khawatir tentang potensi serangan oleh orang-orang yang telah dilatih kelompok garis keras itu di Suriah dan Irak, kata Deplu, khususnya terhadap AS dan kepentingan Barat di Eropa.

Ebola Sebagai  Senjata Teror Biologi yang Mengerikan

Virus Ebola yang kini sangat ditakuti adalah  virus yang mulai berkembang dari wilayah Afrika Barat. Ancaman virus Ebola disebut-sebut dinilai lebih berbahaya dibandingkan dengan penyakit AIDS karena dalam jangka waktu singkat setelah pertama kali terjangkit, sang penderita akan meninggal dunia. Ebola sendiri menjadi pembicaraan hangat dunia setelah warga di Afrika Barat terjangkit virus ini, khususnya yang berada di negara Guinea. (Sumber informasi Ebola : rumahku.com).

virus ebolaDirektur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, Thomas Frieden, mengungkapkan bahwa penyebaran virus Ebola di Afrika Barat ini adalah kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya, sejak merebaknya wabah AIDS. Sampai sejauh in lebih dari 3.500 orang telah meninggal di Afrika sebagai akibat  virus ini.

World Health Organization (WHO) akhirnya mengeluarkan pernyataan jika belum ada pertanda wabah Ebola akan mereda. Apalagi Ebola ini sudah menyebar di sejumlah negara lain seperti Inggris, Spanyol, dan Amerika Serikat. Pemeriksaan yang ketat di bandara masing-masing negara terhadap turis yang datang ke negara mereka semakin ketat. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjangkitnya warga tersebut oleh turis asing yang bisa saja sudah terjangkiti virus Ebola.

virus ebola-2Ebola merupakan sejenis virus yang ditemukan pertama kali pada tahun 1976. Orang bisa terjangkit virus Ebola jika melakukan kontak langsung dengan cairan tubuh di penderita Ebola. Misalnya seperti darah dan air liur. Ebola memerlukan waktu hingga selama tiga minggu sebelum penderita menunjukkan gejala terjangkiti Ebola. Karena pada masa tiga minggu inilah, tubuh orang yang terjangkiti melalui masa penularan.

Gejala penyakit Ebola ini ditandai dengan demam, muntah, dan diare. Jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat, sejumlah orang yang melakukan kontak langsung dengan si penderita juga berpotensi besar mengalami hal serupa. Skala wabah Ebola yang terjadi hingga sampai saat ini bahkan sudah meningkat dua sampai tiga kali lipat dalam empat minggu belakangan ini.

Virus Ebola dapat menyebabkan terjadinya pendarahan internal dan eksternal di dalam tubuh penderitanya. Jika seseorang sudah terinfeksi virus Ebola, maka tingkat kemungkinan meninggalnya si penderita sangat tinggi hingga mencapai 90 persen. Tapi masih ada juga beberapa penderitanya yang sembuh dari virus ini. Orang yang telah dinyatakan sembuh, dianjurkan untuk tidak melakukan kontak fisik seperti berhubungan intim dengan pasangannya, karena virus ini masih menjangkiti air mani si pria tersebut.

Perawatan yang berkualitas di dalam ruang yang terisolasi memungkinkan penderita untuk memiliki kesempatan yang baik dalam rangka pemulihan untuk mengatasi wabah ini. Ebola juga diklaim merupakan salah satu bencana biologis dengan tingkat empat dan menjadi salah satu penyakit mematikan yang belum ditemukan vaksin atau pengobatan yang tepat.

Analisis

Perseteruan antara kelompok militan Islamic State dengan Amerika dan negara-negara sekutunya menjadi semakin complicated dan mengerikan. Serangan penculikan serta pemboman bunuh diri adalah sudah menjadi trade mark para penempur IS. Pemenggalan kepala serta eksekusi di muka umum nampaknya akan terus berlangsung.

Selain Islamic State, badan intelijen AS juga memperingatkan adanya ancaman teror mematikan dari kelompok Khorasan yang akan mengincar perusahaan penerbangan. Mereka akan terus berusaha melakukan peledakan pesawat dengan bom yang tidak dapat di deteksi oleh detektor bom, karena mereka menggunakan bom berbentuk pasta gigi dan bom pakaian yang melekat di tubuh.

Selain Khorasan yang merupakan inti Al-Qaeda, kini seperti yang disampaikan oleh Homeland Security dan FBI, nampaknya terdeteksi informasi intelijen bahwa Islamic State akan memanfaatkan mudahnya penularan virus Ebola satu kepada manusia lainnya. Walaupun ada beberapa yang bisa disembuhkan, apabila mereka menggunakan teror dengan Ebola sebagai senjata biologis, dipastikan efeknya akan sangat besar. Deplu Amerika justru memperingatkan bahwa warganya di luar negeri agar waspada terhadap kemungkinan serangan teror berbagai macam dan versi tersebut.

Ebola apabila dibawa oleh mereka yang meyakini akan mati syahid dalam rangka berjihad akan menjadi senjata yang sangat-sangat menakutkan. Tidak hanya di Amerika dan Eropa, tetapi justru kemungkinan terjadinya serangan di negara ketiga. Indonesia perlu waspada, antara tahun 2002-2009, Amerika dan beberapa negara Barat pernah di bom oleh pembom bunuh diri. Indonesia hanya dipinjam sebagai palagan tempur saja. Walau target utama warga AS, karena ini senjata berupa virus, maka kemungkinan penyebaran akan cepat meluas.

Kesimpulannya, perang antara mereka yang disebut teroris dengan AS serta sekutu masih akan berlangsung lama. Kelompok Islamic State kini tidak peduli, siapapun yang dianggapnya sebagai musuh akan mereka serang. Terbukti pada eksekusi di pasar kota Az-Zab dan Az-Zwiya,  Irak Utara, yang dibunuh IS adalah warga Irak yang sama-sama muslim Sunni. Jadi perang di Timur Tengah bukan hanya pertempuran sektarian antara Sunni dan Syiah, tetapi melibatkan pelbagai pihak yang tidak menentu,  Islamic State, pemerintah Irak, Suriah, Suku Kurdi, Al-Qaeda, Amerika, Eropa, negara-negara Arab, dengan pemain utamanya militan IS. Konflik akan terus terjadi, karena akar permasalahan tidak diselesaikan dan dunia harus bersiap-siap menanggung akibatnya.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi aparat keamanan dan intelijen Indonesia, karena apabila kita kecolongan dan perang biologi terjadi di Indonesia, maka rakyat Indonesia yang akan kebagian getah dan efek buruknya. "Terorisme memang sesuatu yang sangat menakutkan."

Penulis :  Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen www.ramalanintelijen.net

       
This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.