King Abdullah ; Mengatasi ISIS dengan Force, Reason and Speed

1 September 2014 | 9:45 pm | Dilihat : 387
[google-translator] king2

 King Abdullah Bin Abdulaziz Al Saud (Sumber Foto : rt.com)

Semakin hari  ISIS yang kini menamakan dirinya Islamic State (Daulah Islamiyah) semakin membuat resah para pemimpin baik di Barat maupun para pemimpin ataupun raja  di kawasan Timur Tengah. Kekhawatiran terakhir disampaikan King Abdullah Bin Abdulaziz Al Saud  dari Arab Saudi, pada saat menerima credential beberapa duta besar untuk Kerajaan Arab Saudi pada hari Jumat, 29 Agustus 2014 di Jeddah. Termasuk diantaranya, Duta Besar Inggris John Jenkins dan Duta besar AS Joseph Westphal (diberitakan, Asharq Al-Awsat, Jeddah).

Pada kesempatan itu Raja Abdullah mengatakan bahwa untuk tindak terorisme harus diperangi dengan "Force, Reason and Speed." Raja Arab Saudi kemudian memperingatkan bahwa negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat bisa menjadi target berikutnya dari ISIS kecuali pemerintah Barat memerangi terorisme dengan FRS itu. Raja Abdullah juga mengatakan bahwa ekstremis 'tidak mengenal batas' dan bisa mempengaruhi negara-negara lain  di luar Timur Tengah kecuali jika tindakan cepat diambil.

Dia menegaskan "Jika kita mengabaikan mereka, saya yakin bahwa setelah satu bulan mereka akan mencapai Eropa dan kemudian satu bulan lagi, mereka akan mencapai Amerika. Raja Abdullah menegaskan kepada para duta besar itu, "Sudah bukan menjadi rahasia lagi bagi anda, apa yang sudah mereka lakukan dan apa yang mereka belum dapat lakukan. Saya meminta Anda untuk mengirimkan pesan ini kepada para pemimpin Anda. Perangi  terorisme dengan force, reason and speed."

Islamic State dibawah Abu Bakr al-Baghdadi yang menyatakan sebagai khalifah pada bulan Juni 2014 telah menyentuh harga diri dan rasa aman warga AS terutama setelah melakukan pemenggalan terhadap jurnalis AS James Foley serta mengancam akan kembali memenggal seorang wartawan lainnya  Steven Sotloff  yang mereka tahan. IS mengeluarkan ancaman pemenggalan apabila AS tidak menghentikan pemboman terhadap pasukan mereka di bendungan Sungai Tigris dan di kawasam Irbil.

Nampaknya kini Raja Abdullah sangat prihatin dengan kasus dibunuhnya seorang warga Lebanon (muslim Sunni) pada  hari Sabtu, (30/8/2014). Kelompok jihad Islamic State memposting sebuah video mengejutkan yang menunjukkan pemenggalan  Ali al-Sayyed, seorang Muslim Sunni yang berasal dari Lebanon Utara.  Dia telah ditangkap bersama 18 orang lain di dekat perbatasan Arsal awal bulan Agustus.

Sejak awal  Agustus beberapa kelompok pemberontak di  Suriah, termasuk Islamic State dan Jabhat al-Nusra telah  bentrok dengan tentara Lebanon setelah ditangkapnya  Emad Gomaa, komandan pemberontak di kota perbatasan Arsal.  Gomaa adalah seorang komandan al-Nusra yang beralih afiliasi ke Islamic State, tetapi tetap populer di kalangan pejuang al-Nusra.  Para militan merebut kota Arsal selama lima hari sebelum mundur ke daerah perbatasan yang bergunung-gunung dan mereka berhasil menangkap 19 tentara sebagai tawanan.   Mereka  menuntut pembebasan Gomaa dan beberapa temannya yang kini ditahan. Kemudian mengeksekusi satu diantaranya.

Nampaknya kini Raja Abdullah demikian prihatin dengan perkembangan Islamic State yang masih disebutnya sebagai ISIS, karena kelompok jihad telah mendorong kekhawatiran yang meluas dengan kemajuan penguasaan wilayah di  Suriah dan Irak. IS telah menewaskan ratusan orang, termasuk aksi pemenggalan kepala mengerikan  yang diposting di Youtube, termasuk aksi eksekusi massal.

Kantor berita AFP memberitakan bahwa  Presiden Barack Obama belum memutuskan apakah Amerika Serikat harus melancarkan serangan terhadap posisi yang dikuasai oleh kelompok jihad Negara Islam di Suriah sebagai kelanjutan  serangan udara AS pada gerakan pasukan IS di Irak.  Menteri Luar Negeri AS John Kerry pada hari Jumat (29/8/2014) mengatakan diperlukan  sebuah koalisi global untuk memerangi pejuang Islamic State yang dikatakannya mempunyai "agenda genosida".

Apabila dalam menghadapi kelompok teroris Al-Qaeda pada masa lalu AS dan negara-negara Barat menerapkan strategi militer, politik dan budaya, nampaknya kini Raja Arab Saudi Abdullah menyarankan dan menginginkan agar negara-negara Barat untuk segera bertindak dan melakukan tindakan dengan berlandaskan kepada penggelaran kekuatan, alasan dan kecepatan. Ketiga prinsip ini adalah penggempuran terhadap kekuatan ISIS yang kini juga disebut Presiden Obama mirip kanker. Raja Abdullah menegaskan dan meyakini bahwa pengaruh Islamic State  akan mempengaruhi banyak negara dalam waktu yang tidak lama lagi, oleh karena itu diperlukan langkah cepat berupa tindakan militer.

Kini yang menjadi masalah adalah bahwa Gedung Putih belum menyatakan bahwa Islamic State merupakan ancaman terhadap keamanan nasionalnya. AS tidak akan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar terhadap kawasan dibelahan bumi mananpun selama itu bukan sebuah ancaman langsung terhadap negaranya. Prinsip teori dan strategi poros Asia Pasifik dari Presiden Obama adalah fokus gelar kekuatan ke kawasan Asia Pasifik khususnya ke Laut China Selatan yang merupakan kawasan strategis masa depan dari AS, dalam kaitan ulah China dan Korea Utara.

Kampanye militer AS terhadap Negara Islam berupa Bantuan Tembakan Udara (BTU) lebih difokuskan untuk melindungi warga AS di Baghdad dan Irbil serta perebutan bendungan di Sungai Tigris, dan memberikan bantuan kepada ribuan pengungsi Yazidi yang telah terperangkap di Gunung Sinjar di Irak utara.

Islamic State kini diketahui  semakin kuat,  berhasil merekrut banyak anggota, mengontrol lebih banyak wilayah dan memiliki akses ke aliran uang yang lebih besar dibandingkan organisasi  Al-Qaeda  sebelum serangan 11 September 2001. Menurut pejabat AS dan pakar terorisme, sejauh mana Negara Islam siap untuk berubah dari kekuatan regional  menjadi transnasional ancaman teroris yang dapat menargetkan Eropa dan Amerika Serikat.

Ditengah kekhawatiran banyak pihak, Kolonel Derek Harvey, mantan pejabat militer  AS di Irak dan di Komando Sentral AS mengatakan bahwa, "Pemerintahan Presiden Obama  harus bersedia untuk mengirim dan  menggelar sekitar 6.000-8.000  ribu pasukan untuk mengusir militan IS dari kota-kota seperti Fallujah, Mosul dan Tikrit. Kekuatan semacam itu akan mencakup komando kontraterorisme, spesialis intelijen, tenaga medis dan kehadiran penasehat  untuk bekerja sama dengan tentara Irak dan membantu membujuk pejuang suku Sunni mau mengangkat senjata melawan para pemberontak," katanya.

Sementara, Presiden Obama, telah memutuskan kebijakan pemerintah AS untuk mengakhiri perang di Irak dan Afghanistan, berulang kali mengatakan bahwa kehadiran AS sebesar itu di Irak tidak dipertimbangkan. "Pasukan tempur Amerika tidak akan kembali untuk berperang di Irak, karena tidak ada solusi militer Amerika terhadap krisis yang lebih besar di Irak," katanya.  Pemerintahan Obama tidak merilis rencana melakukan kembali  intervensi yang lebih agresif, tetapi berjanji akan  meningkatkan  keterlibatan militer AS jika pemerintah Baghdad (muslim Syiah) dapat menunjukkan kemajuan dalam mengelola komuikasi yang lebih baik termasuk membina hubungan yang baik dengan muslim Sunni dan suku Kurdi.

Seorang pejabat senior intelijen AS menyatakan bahwa, "Pada titik ini, upaya Islamic State (Negara Islam) sebagian besar gerakannya terbatas hanya di  Suriah dan Irak. Namun, juru bicara mereka sendiri telah berbicara tentang melawan Amerika Serikat."

Dari kubu Partai Republik menyatakan bahwa serangan udara yang terbatas terhadap IS akan menyebabkan mereka lebih mampu bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan kondisi yang berlaku. Disebutkan juga bahwa pemerintahan Obama menyia-nyiakan kesempatan untuk memberikan pukulan yang melumpuhkan terhadap pemberontak. beberapa pejabat  Pentagon tidak membantah penilaian itu, tetapi mereka sangat skeptis tentang efektivitas kekuatan udara AS tanpa mitra Irak yang  kredibel di lapangan.

Dari beberapa pernyataan diantara tokoh serta elit dan politisi di AS nampak sebuah perbedaan cara pandang dalam penanganan berkembangnya Islamic State pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi di Irak dan Suriah. Presiden Obama tetap bersiteguh tidak akan mengambil resiko kembali terlibat secara penuh di medan tempur Timur Tengah. Sementara para pembantunya nampak agak khawatir membaca situasi dan kondisi di Irak dan Suriah. Terlebih kini Raja Abdullah juga sudah meminta agar AS dan negara Barat lainnya segera menumpas kekuatan IS yang semakin kuat dan brutal.

Apakah memang demikian perkiraan Raja Abdullah? Dalam satu bulan wabah Islamic State akan mencapai Inggris dan bulan berikutnya akan merambah AS? Mungkin saja itu terjadi. Gagasan pembentukan Negara Islam bukan dimana dibentuknya, tetapi aspirasi itu sudah dimunculka. Maka tanpa terasa, bagaikan sel kanker yang disebutkan oleh Presiden AS Barack Obama,  faham itu akan merambah kemanapun di belahan dunia.

Tidak terbayangkan pemenggal kepala jurnalis James Foley yang asal AS adalah anggota ISIS dari Inggris, juga tidak terbayangkan ada dua warga negara Australia mau menjadi jihadis, pemetik picu bom bunuh diri di Irak, juga ada waga Indonesia yang katanya berjihad dengan bom bunuh diri di Irak. Islamic State kini bukan hanya sekedar konflik antara IS yang Sunni dengan penguasa yang Syiah, tetapi para anggota Negara Islam (IS) dibawah al-Baghdadi tidak peduli siapapun akan diserang dan dibunuh apabila tidak tunduk kepada mereka. Baik itu dari penganut Sihite, Syiah, Kurdi, Yasiddi maupun Sunni yang manapun akan mereka libas habis.

Inilah teror yang diciptakan dan sangat di takutkan oleh Raja Arab Saudi, King Abdullah, terorisme gaya baru yang diciptakan untuk menimbulkan rasa takut masyarakat dunia yang sangat. Mungkin akan benar, Inggris dan AS hanya akan menunggu waktu saja sebagai target terpilih, jelas Indonesia juga akan menunggu gilirannya. Maka akan berlakulah keyakinan  "A Terorist in one side is a patriot on the other."

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Analis Intelijen, www.ramalanintelijen.net 

Artikel terkait :

-Menilai Ancaman Islamic State Terhadap AS, Negara Barat dan Indonesia,  http://ramalanintelijen.net/?p=8965

-Inggris Menilai ISIS Ancaman Serius Bagi Keamanan Nasional,  http://ramalanintelijen.net/?p=8958

-Awal Kepemimpinan Jokowi Sudah Sangat Benar, http://ramalanintelijen.net/?p=8950

-Arab Dihancurkan dengan Operasi Intelijen, ISIS Hanya Bagian Kecil Operasi Five Eyes ,  http://ramalanintelijen.net/?p=8910

-ISIS Proyek Dari Mossad, CIA dan MI6?, http://ramalanintelijen.net/?p=8696

-Ancaman Perkembangan ISIS di Indonesia Sangat Serius, http://ramalanintelijen.net/?p=8679

-Fokus Gelar Tempur Pasukan AS akan ke Asia, http://ramalanintelijen.net/?p=4819

-Potensi Konflik Militer di Laut China Selatan dan Semenanjung Korea,  http://ramalanintelijen.net/?p=7564

-Perseteruan AS dan China di Laut China Selatan, http://ramalanintelijen.net/?p=4336

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.