Apakah Malaysia Airlines MH17 Memang Sudah Ditarget?
31 July 2014 | 10:16 am | Dilihat : 1900
[google-translator]
Foto terakhir pesawat Malaysia Airlines MH17 (mirror.co.uk)
Peristiwa penembakan oleh misil terhadap Malaysia Airlines flight MH17 di Ukraina Timur merupakan peristiwa yang merusak citra Malaysia Airlines. Sehari setelah MH17 jatuh dan hancur di dekat desa Grobovo, Donetsk, saham Malaysia Airlines turun hampir 16 persen. Kembali masyarakat internasional sebagai calon penumpang pesawat dibuat menjadi takut dan tidak percaya apabila akan menaiki pesawat Malaysia Airlines.
Baru saja dengan terseok-seok Malaysian Airlines berusaha memperbaiki citra serta menarik penumpang, setelah peristiwa hilang dan belum ditemukannya pesawat flight MH370 Kini kembali terjadi kecelakaan, sebuah pesawatnya jatuh hancur berantakan dengan korban 298 orang meninggal dunia. Jelas ini sebuah ujian berat bagi perusahaan flag carrier negara jiran itu.
Kini, terjadi silang pendapat diantara beberapa pihak, Rusia dan Ukraina saling membantah dan menuduh siapa yang meluncurkan misil SA-11 Buk sebagai biang keladi penghancuran tidak terperikan pesawat komersial itu oleh misil militer. Yang pasti terdapat dua blok di wilayah konflik tempat MH17 ditembak, Ukraina di pihak blok Barat (AS dengan sekutunya) dan dilain sisi pemberontak (separatis) pro Rusia.
Sengketa Rusia-Ukraina yang dahulu bersatu dalam blok Uni Soviet kini menjadi musuh karena perbedaan faham politik dan kepentingan ekonomi. Amerika dengan sekutunya (terutama Inggris) sangat terganggu dengan pemberontakan di Donetsk yang dinilai seperti duri dalam daging. Pemberontak dengan dukungan Rusia dinilai semakin lama semakin kuat persenjataannya. AS semakin khawatir, karena pemberontak telah mampu menembak jatuh pesawat militer Ukraina. Konflik dengan alutsista misil kelas menengah sejak awal Juli menjadikan wilayah Ukraina Timur menjadi sangat berbahaya.
Malaysia Airlines flight MH17 saat ditembak jatuh sedang melakukan penerbangan dengan mengambil rute (Airway L980) yang overflying diatas daerah konflik di Ukraina Timur. Sebelum berangkat, rencana penerbangan dibuat oleh maskapai penerbangan MAS dan pilot, dan diserahkan kepada pengendali lalu lintas udara untuk persetujuan. Pejabat pada Malaysia Airlines menyatakan, "Rencana penerbangan MH17 ini telah disetujui oleh Eurocontrol, yang bertanggung jawab untuk menentukan jalur penerbangan pesawat sipil di atas wilayah udara Eropa. Eurocontrol adalah penyedia layanan navigasi udara untuk Eropa dan diatur di bawah aturan ICAO."
Pada akhirnya, pilot menerbangkan pesawat sesuai dengan rute yang disetujui, mereka akan menyesuaian instruksi dari pengendali lalu lintas udara saat dalam perjalanan. Airway L980 dinilai sebagai rute aman (tidak ditutup penuh), diketahui adanya pembatasan, Notam ( Notice to Airman), dari Otoritas penerbangan Ukraina yang menyatakan menutup ketinggian dibawah 32.000 ft sejak 14 Juli 2014 (dinaikkan dari ketinggian 26.000ft), seiring dengan terjadinya serangan terhadap pesawat angkutnya pada ketinggian 21.000ft.
Pada saat terjadinya penembakan, MH17 saat itu terbang pada flight level 330 ( 33.000ft) ketika bencana itu terjadi. Pada awalnya diperkirakan jauh di atas lintasan rudal yang biasa digunakan oleh separatis dalam konflik sejak beberapa hari sebelumnya (catatan; Ukraina memperkirakan pemberontak hanya menggunakan misil jenis MADPADS dengan jangkauan sekitar 12.000 ft). MH17 mengajukan ketinggian 35.000ft tetapi diarahkan ATC Ukraina pada 33.000 ft. Saat melintas, rute telah disetujui oleh perencana penerbangan maskapai, pengendali lalu lintas udara dan akhirnya pilot.
Menteri Transportasi Malaysia, Liow Tiong Lai mengatakan Jumat (18/7/2014), "Lima belas dari 16 maskapai penerbangan di Asosiasi Asia Pacific Airlines terbang dengan rute ini di atas Ukraina. Penerbangan Eropa juga menggunakan rute yang sama, dan melintasi wilayah udara yang sama," katanya.
Rute yang dipakai oleh MH17, melintas diatas Ukraina Timur (Airway L980) adalah jalur utama yang sangat populer antara Eropa dan Asia. Rute ini merupakan jalur utama antara ibukota negara-negara di Eropa dengan kota-kota besar di Asia, seperti Tokyo, Hongkong, Kuala Lumpur, Mumbai dan Singapura. Sebelum kecelakaan Kamis (17/7/2014), sekitar 300 penerbangan komersial setiap hari melakukan penerbangan pada ketinggian jelajah di atas Ukraina Timur menuju dan kembali antara negara-negara di Eropa dan Asia. Sebagian besar dari mereka juga terbang di atas wilayah konflik di Afghanistan.
Selain Malaysia Airlines yang melewati Ukraina pada Kamis, overflying juga dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan adalah pesawat Singapore Airlines dan Air India. Menurut situs Flightradar24, maskapai Air France, British Airways, Lufthansa dan KLM adalah maskapai lain yang menggunakan rute yang sama, melintas Ukraina Timur dalam beberapa hari terakhir. Beberapa penerbangan British Airways ada juga yang mengambil jalur di Ukraina Utara dan beberapa di Selatan.
Menurut Norman Shanks, seorang profesor keamanan penerbangan dari Coventry University, Inggris, menyatakan, "Mereka memilih rute penerbangan yang paling langsung dan paling ekonomis , membuat biaya bahan bakar rendah , itulah sesuatu yang diharapkan sebagai perusahaan penerbangan komersial. Setiap maskapai penerbangan internasional satu dengan lainnya jelas sama pertimbangannya."
Dengan terjadinya konflik yang semakin serius antara Ukraina dengan Rusia, langkah Rusia yang berusaha mengambil alih pengendalian lalu lintas udara yang melintas diatas Ukraina dinilai justru membahayakan penerbangan komersial. FAA mengeluarkan peringatan kepada maskapai penerbangan AS pada bulan April, dan International Civil Aviation Organization (ICAO) , memperingatkan bahwa persaingan antara pengendali lalu lintas udara Rusia dan Ukraina telah menciptakan situasi yang tidak aman. Tidak ada yang bisa dipercaya secara penuh kepastiannya.
Qantas Australia telah menghentikan menggunakan rute di atas Ukraina beberapa bulan yang lalu dan menggeser rute London-Dubai sejauh 400 kilometer ke Selatan. Korean Air mengatakan telah mengalihkan penerbangan cargo dan penumpangnya pada awal Maret dengan menilai situasi yang memburuk selama konflik Crimea. Pada tanggal 23 April, FAA mengeluarkan NOTAM yang melarang operator AS terbang di atas wilayah Crimea dan wilayah yang berdekatan dengan Laut Hitam dan Laut Azov.
Analisis
Dari beberapa fakta tersebut diatas, memang secara umum Airway L980 adalah rute yang disukai, ekonomis dan dinilai masih aman untuk dipergunakan melintas. Rute ini disebut sebagai salah satu highway karena jaraknya yang pendek, sehingga dapat menghemat bahan bakar, jarak tempuh lebih singkat hingga membuat nyaman penumpang.
Tidak dapat disalahkan memang Malaysia Airlines tetap mengambil jalur tersebut. Penetapan jalur oleh maskapai MAS jelas sudah dengan mempertimbangkan segala kemungkinan, dan penulis perkirakan berbasis kepada Notam yang dikeluarkan baik oleh Euro control (mengontrol penerbangan di 40 negara Eropa), serta khususnya Notam dari otoritas Ukraina. Tanpa disadari inilah kerawanan yang kemudian berubah menjadi ancaman mematikan. Kerawanan lainnya adalah persaingan antara Ukraina dan Rusia yang berebut untuk mengendalikan wilayah udara.
Informasi konflik yang telah melibatkan kekuatan udara serta misil anti pesawat udara (Surface to Air Missile) seharusnya menjadi pertimbangan apakah wilayah udara di daerah konflik Ukraina Timur seharusnya ditutup penuh atau ditutup dengan batasan ketinggian tertentu. Pihak Ukraina menetapkan penutupan wilayah pada ketinggian 32.000ft kebawah sejak 14 Juli 2014 dinaikkan Notam-nya dari ketinggian 26.000ft kebawah, nampaknya dengan dasar adanya pesawat transport An-26 Angkatan Udara Ukraina yang ditembak jatuh oleh misil separatis (pro Rusia) pada ketinggian 21,000 ft (6.400 m).
Otoritas penerbangan Ukraina hanya mereferensi ketinggian pesawatnya yang ditembak jatuh, bukan kepada perkiraan peluru kendali apa yang dimiliki pemberontak yang didukung Rusia. Jelas pada ketinggian 21.000ft ada jenis misil selain MADPADS (jangkauan tembak 12.000ft), dan menurut penulis yang menembak AN-26 itu adalah sangat mungkin SA-11 Buk. Disinilah perkiraan meleset yang tidak diketahui oleh maskapai Malaysia Airlines.
Mereka hanya mempercayai Notam yang dikeluarkan oleh ATC Ukraina, karena itu MH17 diarahkan terbang pada flight level 330 (33.000ft) yang masing-masing mempercayai sebagai ketinggian aman. Malaysia Airlines tidak sadar atau tidak mengetahui kondisi paling aktual dari daerah konflik. Saat itulah dari Bandara Schipol Amsterdam sebenarnya nasib 298 penumpang MH17 sangat tergantung dan ditentukan nasibnya dari perkembangan informasi intelijen.
Seharusnya peringatan dari FAA sejak April dan ICAO agar hati-hati dengan wilayah konflik benar-benar diperhatikan. Penulis pada saat terjadinya kasus raibnya MH370 pernah menulis analisis, memperingatkan kepada Malaysia Airlines, agar benar-benar waspada, juga kepada para pengguna Boeing 777 lainnya, karena kasus MH370 menurut penulis sangat berbau dengan aksi terorisme dengan cara pembajakan udara. Menurut penulis saat itu, Malaysia mestinya waspada, penulis menyebutnya kasus MH370 bisa menjadi serangan pembuka baik terhadap Malaysia sebagai operator atau Amerika Serikat sebagai pembuat pesawat Boeing.
Dari beberapa fakta intelijen, saat menuliskan buku MH370, penulis memperkirakan (meyakini) kemungkinan MH370 merupakan serangan bunuh diri (suicide) yang merupakan pesan terhadap AS dari kelompok teror internasional. Disamping itu juga kemungkinan kedua Malaysia yang dijadikan sasaran sakit hati atau serangan psikologis. Kini, dengan terjadinya kasus ditembaknya MH17, penulis menjadi semakin meyakini, nampaknya Malaysia Airlines sangat mungkin menjadi target operasi dari sebuah konspirasi besar yang di design khusus untuk tujuan lain yang lebih besar.
Beberapa fakta menyebutkan, bahwa Airway L980 dilalui tidak hanya oleh Malaysia Airlines, tetapi juga hari itu ada pesawat dari maskapai Air France, British Airways, Lufthansa dan KLM juga menggunakan rute yang sama dengan MH17. Tetapi mengapa MH17 yang diserang? Ini sebuah pertanyaan mendasar dan sangat penting. Bahkan menurut Flightradar24, yang melaporkan bahwa Singapore Airlines Boeing 777-200ER (Flight SQ351) dan Air India Boeing 787-8 (Flight AI113) masing-masing berada pada jarak sekitar 25 km (16 mil) dari pesawat MH17 ketika ditembak dan menghilang dari radar.
Apakah hanya kebetulan, bahkan ada yang menyebutnya takdir. Nah, menurut penulis, bisa jadi kasus ini terkait dengan kasus MH370. Malaysia Airlines mungkin dinilai yang paling lemah sistem sekuriti atau intelijennya. Hilangnya MH370 terbukti belum bisa ditemukan hingga kini, menurut penulis karena mereka gagap, dan sangat terlambat mengantisipasi dan mengambil keputusan. Kini, dalam kasus MH17, si perencana (Ulasan konspirasi penulis buat tersendiri), melihat bahwa pesawat Boeing lain dari maskapai yang juga melintas adalah negara yang sangat kuat akses intelijennya dan bahkan mungkin bagian dari persekutuan dari si handler.
Karena itu dipilihlah Malaysia yang dapat dikatakan terlemah. Sang principle agent tidak akan memilih pesawat Singapore, India, Perancis dan Inggris sebagai target, karena mengetahui dampaknya akan besar dan mereka mempunyai akses intelijen yang sangat luas. Malaysia dapat dikatakan dengan keyakinannya nampaknya lebih berdiri sendiri dan lebih kecil resikonya apabila dijadikan target atau sasaran antara. Mereka tidak waspada menyikapi kemungkinan akan terjadinya kecelakaan yang disengaja di Ukraina Timur.
Menurut penulis, kekeliruan Malaysia karena kurang mewaspadai rangkaian dan kemungkinan serangan lain dengan belum terungkapnya MH370. Seperti yang penulis sampaikan beberapa bulan yang lalu, mereka bisa menjadi target lanjutan, Inilah yang kini terjadi. Kini dampaknya memang lebih kepada Malaysia, tidak ada dampak ke Boeing atau Amerika. Malaysia Airlines sengaja dihancurkan (dua kali kecelakaan dua kali sahamnya turun 16 kemudian 18 persen), hanya menunggu waktu, maskapai ini akan runtuh sendiri.
Kemungkinan lain, dua kasus MH tersebut bisa berbeda, yang pertama adalah terorisme berupa pembajakan murni, dengan sasaran Malaysia atau AS, yang kedua adalah kasus yang memanfaatkan isu kasus pertama untuk tujuan lain, dengan efek penekan yang sangat berat dan luas. Salah satu tokoh militer Republik Rakyat Donetsk Igor Strelkov menyatakan mengakui mereka yang tidak sengaja menembak, dan dia diketahui sebagai mantan anggota Dinas Intelijen Utama Rusia. Inilah yang dalam dunia intelijen disebut sebagai conditioning operation, menciptakan kondisi, memanfaatkan kerawanan agar lawan tunduk dan patuh kepada si perancang.
Demikian ulasan penulis tentang apa yang dicari intelijen dalam SIBIDIBAME dalam kata "why?" Mengapa adalah bagian tersulit dari pertanyaan yang harus dijawab. Apakah Malaysia harus kembali mewaspadai ? Jelas, Malaysia dan pengguna Boeing (khususnya Boeing 777) sebaiknya waspada, termasuk Indonesia yang juga menggunakan Boeing 777 bisa saja menjadi sasaran selanjutnya.
Disadari bahwa ulasan ini hanya merupakan sebuah pemikiran penulis, tentang benar atau tidaknya hanya waktu yang akan menentukan. Ini kasus besar dan berat, penuh misteri, hingga kinipun negara-negara besar itu saja belum bisa menentukan siapa yang menembak? Diperkirakan oleh para ahli/penyelidik akan butuh waktu lama untuk pembuktiannya. Kesimpulannya, ini adalah sebuah operasi intelijen, serangan terjadi dan menimbulkan efek besar yang sangat besar, tetapi sulit dibuktikan. Targetnya adalah Rusia dan Putin, kira-kira begitulah.
(Kita sangat berduka dengan jatuhnya korban yang tidak berdosa, semoga kedua kasus segera dapat dibongkar, yang salah harus dihukum. Jangan terulang peristiwa serupa.)
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, pengamat intelijen, www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Boeing 777 Malaysia Airlines Flight MH17 Jatuh Ditembak di Udara Ukraina, http://ramalanintelijen.net/?p=8550
-Penembakan MH17 Dinilai Sangat Merugikan Bagi Putin dan Rusia, http://ramalanintelijen.net/?p=8567
-Rudal Mematikan SA-11Buk Yang Meruntuhkan Malaysia Airlines MH17, http://ramalanintelijen.net/?p=8641