Penembakan MH17 Dinilai Sangat Merugikan Bagi Putin dan Rusia

20 July 2014 | 1:11 am | Dilihat : 661

[google-translator]

mh17promo

Rute Penerbangan MH17 di wilayah Ukraina ( sumber grafik : AP)

Penembakan Malaysia Airlines Flight MH17 kini bergeser kearah politik, dimana imbasnya nampak akan memukul Presiden Rusia Vladimir Putin. Masyarakat internasional nampaknya semakin bulat akan menghukum pelaku penembakan pesawat komersial itu yang menewaskan 298 penumpang termasuk awak pesawatnya. Dari sisi komersial penerbangan, Malaysia adalah pihak yang sangat dirugikan, karena baru saja Malaysia Airlines mencoba bangkit dari keterpurukan citra karena MH370 yang hilang sejak 8 Maret 2014 hingga kinipun belum juga diketahui rimbanya.

Dalam waktu sekitar empat bulan, dari dua kasus yang menimpa MAS dengan pesawatnya Boeing 777 telah menghilangkan (menewaskan) 525 jiwa. Jelas kini baik Amerika Serikat sebagai produsen Boeing maupun sebagai negara yang mempunyai kepentingan dalam konflik di Ukraina akan lebih serius menyelidiki kasus ini, disamping memanfaatkannya sebagai daya tarik negara-negara Uni Eropa dalam menghukum Rusia. Negara tirai besi itu dinilai terlibat terlalu jauh dalam konflik terkait masalah Crimea dan Ukraina.

Putin nampaknya sulit membantah bahwa penembakan MH17 berasal dari wilayah yang dikuasai separatis yang didukung Rusia, dia hanya menyatakan bahwa karena kasus terjadi diwilayah Ukraina, maka Ukraina yang harus bertanggung jawab. Sementara Itar-Tass melaporkan dari Moskow, dimana juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan tidak ada sistem anti pesawat canggih, atau persenjataan lainnya dalam Angkatan Bersenjata Rusia yang  telah menyeberangi perbatasan menuju ke wilayah Ukraina.

Dilain sisi Rusia sulit membantah, karena Washington mengumumkan bahwa  badan intelijen AS telah mengidentifikasi adanya peluru kendali sistem pertahanan udara  jarak menengah "BUK" SA11 atau versi modern SA17, dengan dislokasi di wilayah Ukraina Timur yang dikuasai kelompok separatis. Dan bukti itu didukung oleh saksi mata dari wartawan kantor berita  ternama. Dua wartawan AP mengatakan mereka melihat sebuah rudal SA17 BUK dikenal sebagai 'Grizzly' oleh NATO berada di daerah tersebut sudah selama beberapa hari di kendaraan peluncurnya.

Presiden AS Barack Obama telah menegaskan bahwa pesawat telah ditembak oleh peluru kendali dari daerah yang dikuasai kelompok separatis. Ditekankannya bahwa peristiwa itu tidak akan terjadi apabila Rusia tidak mendukung kelompok separatis tersebut. Pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB di New York, Duta Besar AS Samantha Power mengatakan sistem rudal SA-11 buatan Rusia, dengan mudah akan mampu menembak pesawat yang terbang pada 33.000 feet.  Karena sistem "kompleksitas teknis," Rusia dipastikan membantu penembak tersebut. Ditegaskannya, “It is impossible to rule out Russian technical assistance to separatists operating it."

Sekertaris pers dari Pentagon menyatakan Laksamana John Kirby menyatakan bahwa Rusia telah menempatkan 12.000 pasukannya di sisi perbatasan dengan Ukraina. Pelaku penembakan belum pasti diketahui, dari separatis atau unit militer Rusia. Yang pasti penembakan dilakukan dari wilayah yang dikuasai separatis, hanya belum diketahui apakah penembak mengetahui bahwa target yang mereka tembak adalah pesawat komersial.

Sementara muncul berita di media sosial, seorang tokoh separatis pro-Rusia, Igor Strelkov, mengakui sebagai orang  yang bertanggung jawab di balik jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17. Igor yang merupakan pejabat tinggi militer kelompok yang memproklamirkan diri sebagai “Republik Rakyat Donetsk” itu menyebutkan bahwa kelompok separatis ini secara tak sengaja menembak MH17, karena awalnya diyakini sebagai pesawat kargo angkatan darat Ukraina. Para  intelijen Barat mengatakan, Igor adalah mantan agen di Direktorat Intelijen Utama Rusia.

Analisis

Nampaknya penembakan MH17 merupakan sebuah kesalah fatal yang dilakukan si penembak, baik itu dilakukan oleh kelompok separatis maupun mungkin unit dari militer Rusia. Apabila pengakuan Igor benar, maka dunia internasional akan mengusut lebih jauh untuk membuktikan kebenarannya. Disadari ataupun tidak, komando dan kendali kelompok separatis serta unit tempur di Ukraina Timur nampaknya tidak ketat. Penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 sebagai pesawat  komersial, pelakunya dapat dituduh melakukan  pembunuhan massal sukarela atau paksa dari 298 warga sipil tak berdosa, dan dapat dituntut di hadapan Mahkamah Pidana Internasional atau Pengadilan Kejahatan Perang di Den Haag.

Seperti kita ketahui dalam konflik di Ukraina, dilatar belakangi oleh perseteruan Rusia disatu sisi berhadapan dengan AS, NATO dan Uni Eropa. Rusia  ditekan agar tidak membantu warga Ukraina yang menjadi kelompok separatis ingin merdeka dan berkiblat ke Rusia. Tanpa mengindahkan ancaman AS dan Inggris yang menarik Uni Eropa agar melakukan sanksi ekonomi kepada Rusia, semua dihadapi Putin dengan tanpa rasa takut.

Selama ini imbauan AS dan Inggris kurang mendapat respon dari Uni Eropa yang masih memperhitungkan kekuatan ekonomi Rusia, mereka masih khawatir imbasnya terhadap Eropa dibandingkan dengan kepentingannya dalam konflik Ukraina. Pada masa lalu Uni Eropa kurang minat, yang menurut para analis, korban jatuh hanya diantara warga Ukraina, kurang seimbang dengan resiko ekonomi mereka. Akan tetapi kini dengan kasus ditembaknya MH17, dimana beberapa warga negara Uni Eropa menjadi korban, maka kemarahan mulai memuncak. Jelas Belanda, Inggris akan sangat marah karena mayoritas warganya menjadi korban, kemarahan lain didukung oleh negara-negara Barat lainnya yang melihat korban akan mengikuti konperensi kemanusiaan AIDS di Australia.

Malaysia serta AS dan negara-negara Eropa kini akan melakukan penyelidikan dan mengirim tim penyelidik ke lokasi jatuhnya pesawat. Apapun hasilnya, nampaknya penembakan MH17 oleh BUK milik Rusia itu bisa memicu perseteruan yang semakin serius di Ukraina. Yang pasti pemerintahan Vladimir Putin akan mendapat tekanan dari dunia internasional, tidak hanya dari AS, NATO dan Uni Eropa.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Rusia menggelar peluru kendali jarak menengah di kawasan tersebut? Selama ini kelompok separatis sudah dilengkapi dengan peluru kendali panggul ringan dengan jarak tembak empat kilometer yang mampu meruntuhkan pesawat penyerang terbang rendah. Otoritas penerbangan Ukraina mengeluarkan pernyataan hari Minggu (13/7/2014) bahwa Comercial airspace dibawah ketinggian 32.000 feet telah ditutup (dinyatakan berbahaya) karena alasan keamanan. Nampaknya pertimbangan Ukraina, kelompok separatis hanya mempunyai rudal dengan jarak tembak 12.000 feet, sehingga penerbangan diatas 32.000 feet aman. Oleh karena itu MH17 diinstruksikan terbang dengan ketinggian 33.000 feet.

Jenis rudal yang terlihat berada di wilayah separatis kemungkinan jenis SA-17. Dari data tehnis  BUK tipe SA-11 (Gadfly) yang diproduksi tahun 1979 range tembaknya mencapai 49.000 feet, sedang untuk BUK tipe SA-17 (Grizzly) yang diproduksi tahun 2007, range tembaknya mencapai 82.000 feet. Baik Gadly terlebih Grizzly, merupakan alutsista hanud menengah yang sangat canggih, karena pada konflik Georgia tahun 2008, terbukti SA-11 mampu meruntuhkan pesawat pembom Rusia  TU-22M3 Backfire.

Karena itu kini menjadi pertanyaan tersisa, mengapa ada penggelaran peluru kendali jarak menengah di Ukraina Timur yang dikuasai separatis?. Kedua mengapa bertepatan pesawat Malaysia Airlines dengan Boeing 777 yang ditembak. Rute tersebut oleh beberapa beberapa maskapai telah dihindari. FAA dari AS sejak April 2014 telah mengeluarkan Notam (Notice to Airman) yang melarang pesawat komersial AS melewati jalur tersebut. Beberapa perusahaan penerbangan seperti Malaysia Airline, Singapore Airlines, Lufthansa, Virgin masih tetap melaluinya.

Apakah ada sebuah skenario dibelakang penembakan tersebut?Atau ada informasi penyesatan ketubuh militer Rusia? Yang pasti menurut penulis pemerintah Rusia untuk ini Presiden Vladimir Putin akan menerima akibatnya. Strateginya dengan ikut campur secara langsung dan dengan mengirim peralatan tempur berat ke Crimea akan balik menampar dan mengimbas Rusia. Apabila pengadilan internasional nanti digelar di Den Haag, maka bukan hanya pelaku saja yang akan dituntut, Rusia sebagai penyuplai senjata juga akan menerima akibatnya, nama Putin akan disebut.

Yang lebih parah, semua negara Uni Eropa sudah akan sepakat dan bulat bersama AS memberikan sanksi menekan Rusia agar mundur dari Crimea. Menurut analis, masalah akan bisa juga mengimbas ekonomi Rusia dan menjatuhkan pasar uang di Moscow. Inilah kelebihan sebuah strategi tingkat tinggi yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita. Rusia yang selalu over confident, kini masuk dengan sendirinya kedalam killing ground, membuat kesalahan yang tidak diperkirakan. Titik rawannya berada di kalangan separatis yang tidak profesional dalam mengawaki senjata kelas berat. Tidak faham dengan aturan dunia internasional, dan mungkin belum faham dengan dahsyatnya BUK itu. Kerawanan yang dieksploitir akan menyebabkan kelumpuhan, untuk itu Rusia mulai masuk ke proses pelumpuhan, kita akan melihatnya sebentar lagi.

Sementara AS sebagai pesaing utamanya mampu membuktikan, tanpa menggelar kekuatan dan pasukan seperti masa lalu, hanya tersenyum nun jauh disana, menekan Rusia hanya dengan pernyataan-pernyataan. AS dan sekutunya penulis perkirakan akan mampu menekan Rusia mundur dari Crimea, itulah tujuan akhirnya. Tanpa dukungan Rusia, kelompok separatis bukan apa-apa bagi sekutu mereka Ukraina. Akhirul kata, nampaknya bila dibaca dari balik tirai, ada sesuatu nampaknya?

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.