Ujian Pertama JK Bersama Jokowi Ngegowes
23 May 2014 | 5:46 am | Dilihat : 477
Jokowi dan JK saat menuju KPU (Foto:merdeka.com)
Pada saat pendaftaran pasangan calon presiden dan wakil presiden ke KPU, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla saat akan mendaftar melakukan aksi sederhana yang menyiksa menuju ke KPU. Saat menuju ke kantor KPU di Jl Imam Bonjol Menteng, pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla (JK) bergerak dari kediaman Megawati di Jl Teuku Umar Menteng menuju ke Kantor KPU dengan menaiki sepeda onthel. Sementara ratusan simpatisan yang juga menggunakan sepeda mengiringi keduanya.
Dari Jalan Teuku Umar, rombongan melewati Taman Suropati kemudian menyusuri Jalan Imam Bonjol menuju KPU. Jokowi tampak kuat, tapi Jusuf Kalla tampak lelah mengayuh sepeda. Salah satu ajudan ikut menuntun JK yang walau ceria tetapi nafasnya terlihat "mengkis-mengkis."
Walaupun terlihat lelah, JK nampak masih semangat, dan menolak saat akan diberi minum oleh ajudannya. Sesampainya di KPU, ribuan massa menyambut pasangan koalisi PDIP Jokowi dan Jusuf Kalla. Mereka terus meneriakkan yel-yel dukungan terhadap keduanya. "Jokowi presiden. Hidup Jokowi," kata para pendukung. Massa pendukung terus mengibarkan berbagai macam bendera PDIP dan bendera massa pendukung dengan semangat.
Sekitar pukul 14.00 WIB pasangan ini masuk ke Gedung KPU, diikuti oleh beberapa elit parpol pendukung seperti petinggi Partai Nasdem Ferry Mursyidan Baldan, Sekjen PKB, Imam Nahrawi, Ketua PKB Marwan Ja'far, dan Sekjen Hanura Dossy Iskandar.
Namun, dibalik kegiatan pendaftaran tersebut nampaknya ini merupakan sebuah ujian dari Jokowi kepada JK tentang ritual kesederhanaan yang menyentuh kepada ketahanan fisik. Jokowi mempunyai kebiasaan mendekati masyarakat dengan blusukan, meninjau langsung kondisi rakyat. Kebiasaan yang selama ini dilakukannya di Solo dan Jakarta tidak masalah, karena blusukan di kedua kota tersebut dapat dijangkau dalam waktu sehari dua hari.
Entah bagaimana apabila Jokowi akan blusukan ke wilayah tanah air apabila menang nanti? Bisa dibayangkan luasnya tanah air Indonesia dengan 17.000 pulau, yang tidak semuanya dapat dijangkau dengan pesawat terbang. Saat masih bertugas aktif di TNI AU, penulis pernah mendampingi Kepala Staf TNI AU, meninjau seluruh satuan, mulai dari Komando Utama hingga seluruh pangkalan udara TNI AU. Untuk itu dibutuhkan waktu sekitar dua tahun dengan membagi waktu disela-sela kegiatan rutin di Mabesau.
Nah untuk blusukan ke seluruh Indonesia, pertanyaan naif penulis, sepertinya waktu lima tahun akan habis dipergunakan Jokowi dan JK untuk melihat langsung rakyatnya apabila keduanya memang ditakdirkan menjadi pimpinan nasional.
Saat akan mendaftar itu, JK terpaksa harus menyesuaikan dengan Jokowi naik sepeda onthel yang mungkin sudah puluhan tahun belum tentu disentuhnya. Bagi Jokowi tidak masalah, umurnya baru 53 tahun, ngegowes adalah hal biasa. Tetapi bagi JK, ngegowes adalah sebuah aksi sangat berat. Jangankan usia 72, disekitar 60-an tahun saja, apabila tidak benar-benar terlatih, ngegowes itu berat, resikonya besar. Nah disinilah akan terjadi gap fisik antara kedua tokoh ini.
Perbedaan usia akan menjadi kambing hitam nanti pada saatnya. Dari sisi perhitungan pengalaman kemampuan, memang JK sangat mumpuni. Diharapkan JK akan mampu menutup kelemahan Jokowi, baik dari sisi penanganan perekonomian, hukum dan kontrol politik di DPR. Tetapi bagi pimpinan nasional, kebugaran dan daya tahan fisik akan dituntut juga tanpa kompromi.
Mampukan JK mengimbangi dinamika Jokowi? Usia dirasakan penulis merupakan hambatan tersendiri, semakin tua daya ingat kita akan semakin menurun, suka lupa, gampang pegal, sensi (sensitif), kadang emosional. sementara tugas negara menuntut fisik yang tangguh, kuat "melek" malam dan banyak lagi tuntutannya.
Jadi itulah kira-kira kemungkinan yang akan menjadi masalah bagi pasangan ini. Penulis dengar pada sesi terakhir penentuan cawapres, Jokowi lebih "sreg" dengan Abraham Samad (Ketua KPK) yang jauh lebih muda dibandingkan JK. Tetapi pertimbangan partai yang jauh lebih strategis akhirnya memilih JK. Disinilah yang namanya takdir, AS belum ditakdirkan menjadi wapres.
Pesan bagi Jokowi dari penulis, Tidak perlu melakukan aksi untuk mendapat nilai sederhana di mata rakyat dengan harus menyiksa diri, dan membahayakan orang lain, begitulah kira-kira.
Kita mendoakan agar Pak JK bisa menjaga ketahanan fisiknya dalam mengimbangi Jokowi nanti kalau membagi tugas blusukan ke pelosok-pelosok tanah air. Oleh karena itu walau dengan nafas satu-satu, Jk telah lulus ujian pertama dari capres Jokowi saat ngegowes. Yang perlu diingat, kalau sudah tua jangan dipaksa pak, semakin tua kita semua sadar bahwa onderdil-onderdil kita sudah over yaar. Dan manusia berbeda dengan mobil, tidak semua spare part-nya bisa diganti. Salam tahes.
Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, pengamat intelijen
www.ramalanintelijen.net