Last Minute Politik Cawapres, Mahfud?

12 May 2014 | 4:04 pm | Dilihat : 465

jokowi dan mahfud md

Last Minute untuk Prof Mahfud MD (Sumber : sayangi.com)

Last minute yang dimaksud adalah saat-saat terakhir, maksudnya keputusan penting dalam sebuah persaingan di bidang politik akan diambil pada saat-saat terakhir setelah semuanya benar-benar pasti dan menguntungkan. Para elit dalam sebuah parpol pasti faham bahwa dalam berpolitik tidak semua politikus itu abadi, tidak  kekal, semua pada awalnya akan berangkat dari kepentingannya dahulu.

Anda mau menjadi calon anggota legislatif? Maka yang ditanya pertama kali uangnya ada berapa? Mau gabung di parpol mana, siapa orang dalam, bagaimana pendekatan, siapa yang akan didekati, siapa yang akan menjadi ujung tombaknya, pokoknya ribet. Karena itu apabila seorang politikus sudah merasa tidak nyaman di sebuah parpol, dengan entengnya dia akan lompat pagar pindah ke parpol lainnya. Ini baru satu sisi soal politik.

Nah, setelah selesai pemilihan caleg dan pemilu legislatif, kini para elit itu harus memikirkan pemilihan umum presiden. Ini jauh lebih penting lagi, karena disitulah adanya kekuasaan dalam pemerintahan. Banyak yang ingin jadi menteri, pejabat tinggi.

Kalau kita lihat setelah pemilu 2014 lalu, dari rekapitulasi KPU, ada 10 parpol lolos dan bisa mempunyai wakil di DPR, sementara dua lagi tidak memenuhi syarat karena suaranya jauh dibawah angka 3,5%.

Kini parpol bersiap mengajukan pasangan capres dan cawapres dengan syarat 25% suara nasional atau 20% jumlah kursi di DPR. Para parpol kemudian melakukan koalisi, menyamakan chemistry.

PDIP sebagai juaranya, dengan perolehan suara 18,95% menjadi parpol yang sudah memiliki capres terkenal, Jokowi. Kini partai yang sudah menyatakan berkoalisi (istilah Jokowi bekerja sama) adalah Partai Nasdem, PKB dan PPP. Jokowi yang kini menjadi Gubernur DKI Jakarta mempunyai peluang terkuat memenangkan pilpres 9 Juli 2014 nanti. Cawapres dari jago PDIP ini masih belum diumumkan, masih ditimang dan dinilai.

Sementara Partai Demokrat yang masih lumayan besar dengan 10,19%, menunjukkan sinyal  akan merapat ke PDIP, tetapi belum terjalin komunikasi efektif. Kemungkinan Demokrat akan membentuk poros sendiri menunggu hasil pengecekan elektabilitas capres konvensinya, atau berkoalisi selain dengan PDIP bisa juga dengan Golkar. Nampaknya para capresnya pada konvensi terasa kurang menggigit. Demikian juga capres terkuat lainnya Prabowo belum menetapkan cawapresnya, walau sudah bertemu dengan ARB, nampaknya chemistry-nya tidak pas, kini yang dikabarkan merapat Hatta Rajasa Ketua Umum PAN.

Sementara itu, Capres PDIP Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati,  hingga kini belum menentukan siapa cawapres, hanya menyampaikan sinyal-sinyal, asal dan kriteria. Dari apa yang disampaikan, nampaknya cawapresnya mengerucut kepada Jusuf Kalla (JK) atau Abraham Samad (Ketua KPK). Tetapi pada kunjungannya ke Makassar hari Sabtu (10/5/2014), Jokowi menyatakan cawapresnya bisa JK, Abraham Samad atau yang lainnya. Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo mengatakan Sabtu itu juga dinihari di KPU, "Ya mudah-mudahan itu. Kalau tidak, toh masih banyak tokoh-tokoh nasional lain yang sama kualitasnya," katanya.

Menurut Tempo,  JK meminta  Sofyan Wanandi menjadi juru lobinya ke PDI Perjuangan. JK merasa tak perlu buang energi dengan terus menempel ke tim Jokowi. “Mana berani Jokowi bikin tim,” katanya Jumat (9/5/2014).  Menurutnya, kewenangan menentukan cawapres Jokowi ada di tangan Megawati, bukan di tangan Gubernur Jakarta itu. “Dia (Jokowi) tidak punya kewenangan. Yang punya kewenangan adalah ketua partai,” katanya.

Timbul pertanyaan, kenapa JK mengeluarkan pernyataan dan melakukan langkah tidak sabar? Sehingga menyentuh capres Jokowi? Apakah JK merasa atau mendapat informasi bahwa posisinya sebagai cawapres menjadi lemah? Lantas apakah kini cawapres Jokowi lebih menguat kearah Abraham Samad?

Mencermati pernyataan Jokowi serta Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo, bisa saja cawapres Jokowi bukan kedua tokoh tersebut. Tokoh lain yang disebut kuat adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD atau Jenderal Purn Ryamizard Ryacudu. Akan tetapi melihat kriteria pentingnya masalah hukum, dan korupsi, maka peluang Mahfud MD lebih kuat posisinya sebagai pendamping Jokowi.

Hingga kini belum muncul gambaran siapa cawapres Jokowi, karena memang politik itu last minute. Mahfud MD merupakan tokoh nasional yang menurut SMRC merupakan tokoh terkuat elektabilitasnya untuk mendampingi Jokowi dalam persaingan melawan Prabowo. Mahfud yang besok pagi Selasa (13 Mei 2014) akan berulang tahun ke-57 sebagai tokoh Islam akan didukung oleh kaum Nahdliyin, dikenal berani, lurus dan setia. Penulis mengenal dan pernah membantu beliau sebagai salah satu staf ahli saat beliau menjadi Menteri Pertahanan sebelum  Matori Abdul Djalil (Alm), sehingga memandang Mahfud akan pas sebagai pendamping Jokowi apabila jadi.

Karena politik itu last minute, semua tidak akan menjadi jelas sebelum batas waktu itu berakhir. Kita akan yakin paling tidak tiga hari (tanggal 17 Mei 2014), menjelang batas akhir pendaftaran capres-cawapres. Mari kita tunggu, disamping menunggu siapa juga cawapres pesaing tangguh lainnya dari Partai Gerindra, Letjen (Purn) Prabowo Subianto. Mengasyikkan juga mengulas para calon pemimpin bangsa ini. Penulis hanya berdoa, semoga Allah SWT memberikan ridho serta barokahNya kepada dia yang terpilih memegang amanah. Aamiin.

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan.

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.