Upaya Terakhir Mencari MH370 dengan Kapal Selam Bluefin-21

17 April 2014 | 3:43 pm | Dilihat : 351

795px-BPAUV-MP_from_HSV-Pencarian pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines flight number MH370 telah memasuki hari ke-39, dimana sejak Minggu (13/4/2014) pimpinan Kepala Pusat Badan Koordinasi Bersama (JACC), Marsekal (Pur)  Angus Houston memutuskan  Senin (14/4/2014) kembali  meluncurkan kendaraan bawah air otomatis, autonomous underwater vehicle (AUV) Bluefin-21.

"Kami belum mendeteksi apapun dalam enam hari terakhir jadi saya kira sudah waktunya untuk mencari di bawah air. Kami akan menurunkannya malam ini,” kata Houston, dalam konfrensi pers di Perth, Senin (14/4/2014).

"Setelah menghabiskan waktu selama enam jam, Bluefin 21 beroperasi di kedalaman yang melampaui kemampuannya, yaitu 4.500 meter di bawah permukaan laut. Benda itu langsung kembali ke permukaan mengingat ada prosedur keamanan di dalamnya jika beroperasi melebihi kemampuan," kata pusat koordinasi pencarian (JACC).

Nampaknya JACC (Joint Agency Coordination Centre) sudah mampu melokalisir wilayah pencarian seluas lebih kurang 600 km persegi, berdasarkan hasil dari . Lokasi tersebut, yang berjarak 1.550 kilometer barat daya Perth kini difokuskan sebagai area pencarian bawah laut. Disitulah tim meyakini bangkai MH370 berada. Kelemahan dari Bluefin 21 karena kecepatannya yang rendah dibandingkan dengan towed pinger locator yang menyisir daerah berdasarkan sinyal yang dikirimkan oleh emergency locator beacon yang melekat kepada black box. Penger locator menjadi tidak banyak berguna kemungkinan karena baterai ELB sudah habis.

Untuk menyisir lokasi tersebut dengan pola memotong rumput, dibutuhkan waktu sekitar 6 minggu hingga dua bulan untuk menyisir bawah laut yang diperkirakan sebagai titik lokasi target pencarian. Operasi pencarian pada hari  Rabu (16/4/2014) melibatkan 11 pesawat militer, tiga pesawat sipil dan 11 kapal laut. Cuaca buruk berupa hujan dangelombang laut setinggi  hingga dua meter di daerah itu akan menghambat operasi pencarian. Kemungkinan operasi menggunakan pinger locator akan dihentikan.

Pencarian Black box tersebut merupakan upaya yang demikian dicari oleh tim, karena diharapkan dapat menjawab misteri penyimpangan ekstrim pesawat hingga ke Samudera Hindia.  Kotak hitam jadi target utama pencarian karena perangkat ini memiliki dua informasi, yaitu perekam data penerbangan (flight data recorder atau FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder atau CVR).

CVR adalah rekaman  pembicaraan di dalam cockpit khusus audio di cockpit dan dek pesawat,  untuk tujuan investigasi  apabila terjadi  kecelakaan dan insiden terekam selama dua jam. Hal ini biasanya dicapai dengan merekam sinyal dari mikrofon dan earphone headset pilot dan mikrofon. CVR secara lengkap merekam percakapan di cockpit, komunikasi radio antara awak kokpit dan lain-lain (termasuk percakapan dengan personil kontrol lalu lintas udara), serta suara ambient.

Sementara FDR atau dinamakan juga ADR (Accident Data Recorder)   adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk merekam instruksi yang dikirim ke setiap sistem elektronik di pesawat terbang. Ini adalah alat yang digunakan untuk merekam parameter kinerja pesawat tertentu.  Kedua fungsi tadi digabungkan menjadi satu kesatuan dinamakan Flight Data Systems Recorder.

Dari perangkat itu dapat diketahui juga  tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan, juga menguak apabila terjadi masalah pada engine.  Data dari FDR dan CVR disimpan di memory boards di dalam crash-survivable memory unit (CSMU) – pelindung black-box memory yang berbentuk silindris. Dengan alat ini lebih dari 700 macam parameter data dapat disimpan. Crash Survivable Memory Unit (CSMU) berisi papan memori dikelilingi oleh isolasi termal baju besi dan baja yang dapat menahan dampak kecelakaan ribuan kali gaya gravitasi dan bertahan di laut pada kedalaman 14.000 – 20.000 kaki (4,270 m-6.096 m).

Seluruh data yang dikumpulkan oleh sensor sensor di pesawat terbang di kirim ke flight-data acquisition unit (FDAU) yang terletak di hidung pesawat. FDAU inilah sebagai perantara sebelum data di simpan dalam kotak hitam. Demikian pentingnya data dari black box untuk menguak segala sesuatu dibelakang kasus MH370 ini.

Yang menjadi masalah, nampaknya wilayah laut pencarian yang kini coba disisir dengan menggunakan Bluefin 21 adalah daerah yang sangat sulit, karena kedalamannya mencapai 4.500 meter, lambatnya manuver Bluefin 21, terdapat tebalnya endapan lumpur dari micro organisme, cuaca yang sering tidak bersahabat. Tim pencari hanya mengandalkan sebuah perkiraan di wilayah seluas 600 km persegi yang belum merupakan sebuah kepastian. Dengan demikian tim hanya mengandalkan kesabaran dan kejelian. Terlebih beberapa ahli kelautan menyatakan bahwa tebalnya lumpur akan menelan benda apapun yang jatuh kedalamnya.

Mengacu kepada beberapa hambatan serta belum adanya kepastian lokasi bangkai MAS MH370, nampaknya akan memakan waktu yang cukup lama dalam mencarinya. Yang diharapkan adalah kecanggihan dari Bluefin 21 dalam melakukan penyisiran serta kemajuan teknologinya.

Dalam kasus jatuhnya pesawat Air France, Airbus A-330-200 (AF447)  dalam penerbangan dari Brasil ke Paris pada tanggal 1 Juni 2009 di Samudera Atlantik, walaupun beberapa korban sudah ditemukan dan lokasi jatuhnya pesawat dapat diketahui, dibutuhkan waktu hingga dua tahun untuk menemukan black box yang baru ditemukan pada tanggal 1 Mei 2011.

Pada 5 Juli 2012, pihak penyelidik kecelakaan udara Perancis (BEA) mengeluarkan laporan akhir investigasi kecelakaan tersebut.  BEA memberi beberapa rekomendasi untuk perbaikan lebih lanjut. Kecelakaan ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut; Pertama, pada indikator kecepatan, kemungkinan disebabkan terhalangnya pipa pitot (pitot tube) oleh kristal es, yang menyebabkan terputusnya autopilot dan rekonfigurasi komputer pesawat ke mode alternatif.

Kedua, input pengendalian yang buruk; menyebabkan jalur penerbangan tidak stabil. Ketiga, hubungan antar kru saat terjadi masalah pada indikator kecepatan, menyebabkan  crew lambat merespons;. Keempat, kegagalan kru dalam mengembalikan pesawat pada jalurnya, dan kegagalan mengenali gejala pesawat keluar jalur. Kelima,   kegagalan kru untuk mengenali gejala stall dan konsekuensinya ketiadaan input pengendalian yang dapat mengembalikan kestabilan pesawat.

Investigasi awal penyelidikan sudah menemukan adanya laporan dari sistem pesan otomatis pesawat (ACARS) yang menandakan pesawat mengalami masalah instrumen (terutama pada pembacaan indikator kecepatan udara, yang menandakan ada masalah pada sistem pitot-statik, diperkirakan pipa pitot ini terhalang, sehingga menggangu pembacaan indikator) dan kelistrikan, bersama dengan dekompresi akibat turbulensi, diduga akibat cuaca buruk (badai tropis) yang dilaporkan terjadi oleh otoritas cuaca setempat.

Nah, mengacu dari kasus AF447 tersebut apabila kita kemudian bandingkan dengan kasus hilangnya Malaysia Airlines MH370, maka kasus pesawat Malaysia ini jelas jauh lebih sulit dan berat dalam mencari penyebabnya. MH370 terdeteksi dengan kondisi Transponder dan ACARS posisi off, sehingga pesawat tidak terjejaki seperti kasus AF 447. Keberadaan pesawat di lokasi pencarian yang kini diperkirakan seluas 600 km jelas akan mempersulit dan memperlama pencarian black box.

Semoga keyakinan tim JACC menjadi kenyataan dan paling lambat dua bulan mendatang pihak Malaysia, Australia serta negara-negara pencari bisa bernafas lega apabila misi Bluefin 21 sukses. Teknologi termaju dibuktikan sukses saat mencari pesawat Adam Air yang hilang kontak tanggal 1 Januari 2007, pada  jarak 85 mil laut Barat Laut Kota Makassar pada ketinggian 35.000 kaki.

Pada 24 Januari 2007, bangkai pesawat ditemukan lokasinya oleh Kapal  AL Amerika Serikat, USNS Mary Sears di kedalaman 2.000 meter dan pada tanggal 27 Agustus 2007 black box (CVR dan FDR) dapat diambil. Itupun karena faktor keberuntungan, yang menurut salah satu pejabat KNKT, apabila Adam Air bergeser lebih jauh lagi, bangkai pesawat akan tenggelam ke palung yang dalamnya tidak dapat diperkirakan.

Oleh karena itu, baik pejabat negara-negara pencari, keluarga korban dan kita semua yang berduka sebaiknya ikut mendoakan semoga pesawat Malaysia yang malang itu dapat diketemukan.

Sebagai akhir tulisan, penulis menyarankan, karena sudah pasti penyebab hilangnya pesawat karena disebabkan sesuatu yang ekstrim berupa tindakan kriminal (pembajakan), yaitu pembajakan tanpa permintaan tebusan, lebih khusus lagi adalah tindakan terkait dengan terorisme. Sebaiknya lebih diperdalam penyelidikan dan pulbaket kepada jaringan teroris internasional, lebih khusus kepada jaringan radikal tertutup di Malaysia. Ulah ini bukan sesuatu yang dikerjakan oleh "lone wolf," tetapi dia menjadi bagian dari sebuah jaringan besar.

Tanpa terbuktikan penyebab serta motifnya, maka banyak calon penumpang akan bertanya sebelum terbang, apakah kita akan sampai ke tujuan? Inilah inti dari implikasi serangan teror, menyerang dan menimbulkan rasa takut secara psikologis.

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen

www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi gambar : commons.wikimedia.org

Artikel Terkait :

-Mengapa Australia Bersemangat Mencari MH370,  http://ramalanintelijen.net/?p=8270

-Skenario Desepsi MH370 dan Alasan Ke Samudera Hindia,  http://ramalanintelijen.net/?p=8264

-Setelah 911 (NineOneOne), MH370 adalah 811 (EightOneOne)?,   http://ramalanintelijen.net/?p=8257

-Penyelidikan MH370 ditingkatkan Menjadi "Criminal Investigation" , http://ramalanintelijen.net/?p=8245

-If the Mystery (MH370) Solvable, We will Solve it,  http://ramalanintelijen.net/?p=8222

-Kasus MH370, Sebuah Pelajaran Berharga Bagi Indonesia,  http://ramalanintelijen.net/?p=8208

-Simulator Capt Zaharie Bisa Menjadi Alat Merekrut Pembajak   http://ramalanintelijen.net/?p=8199

-Perkembangan Pencarian MH370, Masih Adakah Harapan?,  http://ramalanintelijen.net/?p=8186

-Gangguan Ramalan Intelijen, MH370, Metro TV dan TV One,   http://ramalanintelijen.net/?p=8165

-Fadli Sadama Teroris Pelarian Tanjung Gusta ditangkap di Malaysia,  http://ramalanintelijen.net/?p=7783

-Ayman al-Zawahiri Pengganti Osama Perintahkan Serang AS,  http://ramalanintelijen.net/?p=7431

-Amerika Kembali Diancam Al-Qaeda, termasuk di Jakarta?,  http://ramalanintelijen.net/?p=7184

-Ada Kemungkinan Boeing-777 Malaysia Airlines Korban Terorisme,   http://ramalanintelijen.net/?p=8158

-Awas, Teroris Dilepas Di Malaysia,  http://ramalanintelijen.net/?p=1560

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.