Gangguan Ramalan Intelijen, MH370, Metro TV dan TV One
19 March 2014 | 6:41 am | Dilihat : 3230
Sejak pemberitaan hilangnya pesawat Malaysia Airlines flight number MH370 on route KL-Beijing sejak tanggal 8 Maret 2014, berdasarkan beberapa fakta, pada tanggal 9 Maret 2014 penulis membuat artikel dengan judul "Ada Kemungkinan Boeing 777 Malaysia Airlines Korban Terorisme", dengan link http://ramalanintelijen.net/?p=8158. Artikel juga penulis tayangkan di blog Kompasiana dengan link (http://hankam.kompasiana.com/2014/03/09/ada-kemungkinan-boeing-777-malaysia-airlines-korban-terorisme-638225.html ).
Pada tanggal 10 Maret 2014, penulis mengadakan perjalanan ke kota Cepu dengan rute Jakarta-Surabaya (by Garuda) dan Surabaya-Cepu (by Car). Cukup melelahkan perjalanan ke Cepu yang melalui Lamongan, Bojonegoro, Cepu. Karena melalui jalur Pantura, trafik padat dengan banyaknya truk dan kontainer. Belum lagi dibeberapa tempat jalanan rusak dan setelah Bojonegoro ke Cepu, macet, dibeberapa lokasi jalan menjadi satu jalur karena ada perbaikan di beton. Akhirnya setelah empat jam, sampailah di Cepu dan penulis terlibat dalam rapat-rapat.
Pada siang hari, mendadak penulis mendapat telpon dari salah satu produser TV One yang sore itu mengundang menjadi narasumber (pengamat intelijen) terkait hilangnya MH370. Penulis menyatakan tidak bisa karena baru esok hari (Selasa) kembali ke Jakarta. Ternyata kemudian narasumber yang muncul malam itu adalah senior yang penulis hormati, Pak Hendro Priyono yang juga pengamat intelijen hebat, mantan Kabin.
Kemudian kembali telpon berdering, ternyata dari salah satu staf Metro TV (Intan) yang juga mengundang penulis malam itu (Prime Time) terkait MH370. Penulis menjawab serupa, tidak bisa karena sedang di Cepu. Ternyata setelah Intan berunding dengan staf Metro TV lainnya, dia menawarkan bagaimana kalau penulis di wawancara dalam perjalanan Cepu-Surabaya. Metro TV akan mengirimkan mobil khusus (studio mini) mengejar penulis.
Dalam perjalanan Cepu-Surabaya, akhirnya dengan penyesuaian jam tayang, penulis copy darat dengan team Metro TV disebuah rumah makan di Babat, Lamongan. Dan malam itu dengan meminjam ruang tamu Pak Haji pemilik rumah makan yang sangat baik hati, penulis bisa bertindak sebagai nara sumber.
Diskusi live berlangsung, dimana di sisi lain, di Jakarta Metro berhasil mewawancarai Menkopolhukam Marsekal Pur Djoko Suyanto. Dalam talk show, penulis menyampaikan pandangan berupa analisis awal bahwa ada kemungkinan pesawat MH370 dibajak dan menjadi korban dari terorisme, penulis sampaikan apa yang dituangkan dalam artikel diatas. Saat itu fakta-fakta dapat dikatakan sangat minim, tetapi ada informasi dua penumpang menggunakan paspor curian, disamping fakta pendukung lainnya.
Fakta lain yang mendukung analisis pada hari Minggu (9/4/2014), penulis fokus kepada informasi AU Malaysia yang penulis pergunakan sebagai sumber dan sampaikan pada blog dengan isi :
Angkatan Udara Malaysia (TUDM) menyatakan bahwa besar kemungkinan MH-370 berbalik arah kembali ke Malaysia. “Yang kami lakukan adalah melihat rekaman pada radar dan kami sadari bahwa ada kemungkinan pesawat putar balik. Kami masih bekerjasama dengan radar penerbangan sipil dan lembaga internasional lainnya, dan dengan kerjasama ini kami berharap bisa mendapat gambaran lebih baik,” kata Panglima Tentera Udara Diraja Malaysia, Jeneral Tan Sri Dato' Sri Rodzali bin Daud dalam jumpa pers di Sepang, Minggu (9/3/2014).
Tan Sri Rodzali juga mengaku heran dengan tidak terpantaunya lokasi terakhir pesawat yang mengangkut 227 penumpang plus 12 crew itu.”Kami dibingungkan oleh tidak adanya sinyal ELT (emergency locator transmitter)” katanya. Sementara pimpinan MAS Group, Ahmad Jauhari Yahya mengatakan, “Normalnya, ketika dia membuat keputusan putar balik, dia akan melapor ke base dan ATC (Air Traffic Control),” katanya.
Nah dari data awal tersebut, yang menimbulkan kecurigaan penulis akan adanya pembajakan/aksi terorisme, penulis menyimpulkan bahwa terjadi sesuatu pada pesawat tersebut dimana penyebabnya dipastikan sesuatu yang ekstrim. Kalaupun benar pesawat berbalik arah, seharusnya Captain Pilot melaporkan kepada Otoritas penerbangan di Malaysia atau ATC. Kalau keadaan emergency dia juga dapat mengeluarkan distress call (may day). Itulah kesimpulan penulis yang kemudian juga membahas kemungkinan ada pembajakan dan aksi terorisme di pesawat dan penulis mencurigai aksi itu dilakukan oleh jaringan teroris internasional, dan lebih spesifik jaringan Al-Qaeda.
Ternyata dalam beberapa hari setelah itu ada keanehan yang menambah fakta akan aksi pembajakan dan teror, transpoden MH370 ternyata dimatikan. Dengan demikian maka data flight number pesawat bongsor itu menjadi hilang di layar radar, dan hanya berupa sebuah noktah saja yang tidak teridentifikasi.
Pernyataan penulis kemudian diulang-ulang oleh Metro TV dan hingga beberapa hari kemudian penulis tiga kali diundang ke TV One, tetap menyatakan ada kemungkinan aksi pembajakan dan teror di MH370. Yang penulis kemudian sebutkan di TV One menyesalkan mengapa informasi Panglima AU Malaysia baru dijadikan referensi oleh pemerintah Malaysia 8 hari kemudian, menyimpulkan kemungkinan adanya aksi pembajakan. Yang lebih fatal, pemerintah Malaysia menyampaikan kemungkinan pesawat jatuh di kawasan Laut China Selatan, dan disitulah kemudian pesawat dan kapal laut 12 negara mencarinya. Apabila info AU Malaysia dipertajam, dan dikaitkan dengan informasi sumber dari AS yang menyebutkan pesawat masih terbang selama empat jam, kearah Barat Malaysia, maka demikian banyak armada gabungan SAR yang tidak membuang tenaga percuma. Kesimpulannya kekeliruan menentukan daerah kemungkinan kecelakaan terjadi.
Kembali ke studio di rumah makan kecil di Babat Lamongan, tanpa disadari, kemunculan di layar kaca ditulis dibawah gambar (Lamongan), waaah itu kotanya Amrozy (Alm), salah satu pengebom Bali yang dihukum mati. Beberapa teman ada yang menanyakan sedang apa penulis di Lamongan dan berbicara keterkaitan teroris dan MH370? Pada kesempatan ini semoga menjadi jelas.
Penulis berterima kasih kepada Pak Haji pemilik rumah makan yang baik hati itu. Kemudian penulis mengajak para crew Metro TV makan rawon Pak Haji yang nikmat. Penulis kembali ke Surabaya bersama mobil crew Metro TV. Dengan rasa lelah (maklum Old Soldier), pada jam 22.30 Wib, sampailah di Hotel Surabaya. Sekedar selingan, ternyata mobil studio mini Metro TV itu yang berupa bus merek Mercedez kecil lengkap dengan peralatan, antena satelit, namanya Satellite News Gathering (SNG), yang menurut crew harganya sekitar Rp 4,5 milyar. Bukan main, mahal dan cangggih, bisa ngebut dengan kecepatan diatas 180km/jam dan bisa siaran langsung dari manapun. Penulis kagum dengan semangat para staf lapangan Metro yang demikian gigih untuk mendapatkan informasi dari nara sumbernya.
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, penulis mendapat email dari provider dimana blog Ramalan Intelijen (RI) selama ini mempergunakan provider itu sebagai rumah sewa. Mereka mendadak tanpa berkompromi memberhentikan count pengunjung dari blog. Langsung keadaan menurut penulis kacau. Dikatakannya karena trafik Ramalan Intelijen terlalu tinggi (saat hilangnya MH370), mereka menghentikan sistem penghitungannya karena dikatakan mengganggu beban server provider.
Penulis kemudian menghubungi team IT yang menangani RI dan menyuruh memindahkan, mengganti/pindah provider, yang hingga kemarin malam keadaan baru teratasi. Blog kesayangan penulis yang juga sudah mempunyai pengunjung rata-rata 1000 pengunjung dalam sehari ini akhirnya bisa normal kembali, walau penghitungan kemarin tidak terekord (0), menyedihkan memang. Mohon para pengunjung yang menyukai RI dapat memakluminya.
Demikian sedikit informasi tentang blog Ramalan Intelijen, terkait dengan MH370 serta Media Elektronik (Metro TV dan TV One), yang masih mempercayai penulis sebagai nara sumbernya. Terima kasih kepada kedua stasiun berita terunggul tersebut. Salam dan selamat bertugas.
Oleh : Marsda Pur Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net