Apa Kata Bu Mega Tentang Capres PDIP dan Indonesia Raya di Mata Najwa
27 January 2014 | 2:46 pm | Dilihat : 1166
Bu Mega di Acara Mata Najwa (foto; dokumentasi pribadi)
Rabu siang (22/1/2014) penulis mendapat pesan SMS dari salah seorang elit PDIP, yang berisi "Saksikan Metro malam ini jam 20.00; IBU MEGA bicara dalam acara Mata Najwa-Trims." Walaupun agak terlambat artikel ini diterbitkan, menurut penulis kemunculan Ratu Banteng yang nampak semakin powerful di acara khusus Metro TV tersebut patut dilihat dan diacungi jempol karena menarik, jawabannya sangat ditunggu pemirsa yang sangat ingin tahu arah dari PDIP pada pilpres 2014.
Nah, berdasarkan pesan diatas, penulis kemudian menyaksikan acara yang dipandu presenter unggulan Metro TV yang smart dan cantik, Najwa Shihab. Sambil menyimak apa-apa yang disampaikan oleh Ibu Megawati, penulis membuat serangkaian foto dokumentasi, yang setelah dirangkai, menarik untuk di lihat.
Inilah foto serta beberapa hal yang penulis rekam ;
Penampilan Bu Mega malam itu sangat rapih, berbaju merah tua agak kecoklatan, dilengkapi dengan pashmina bercorak batik, rambut disanggul, berkaca mata, Sang Ratu Banteng, putri Proklamator Bung Karno ini masih nampak tegar, tenang dan berwibawa. Bu Mega menjawab pertanyaan-pertanyaan menggelitik dari Najwa Shihab dengan senyumnya yang dikatakan orang mahal.
Megawati adalah Presiden RI ke-5, menggantikan Gus Dur setelah terpilih menjadi wakil presiden. Banyak yang kini sinis dan mengatakan bahwa dia sudah dua kali kalah dalam pemilu dan usianya sudah cukup tua. Pada tanggal 23 Januari 2014 Bu Mega genap berusia 67 tahun. Ada yang dilupakan bahwa di masyarakat Indonesia budaya paternalistik masih sangat kental. Menurut penulis apabila seseorang akan terpilih menjadi presiden maka dia harus diakui dahulu sebagai patron. Kini tinggal kita nilai siapa yang patut diberi pengakuan sebagai patron. Inilah yang akan menjadi salah satu kunci dalam pilpres.
Pengikut Bung Karno Masih Besar
Pada saat ditanya tentang siapa calon presiden (Capres) dari PDIP, Bu Mega menjelaskan bahwa di Indonesia, para pecinta dan pengikut Bung Karno masih besar. Memang dalam posisi sebagai anak biologis, Megawati kecil dahulu juga digembleng oleh ayahnya menjadi anak ideologis. Oleh karena itu Bu Mega mengatakan, bagaimana apabila para pengikut Bung Karno masih menghendaki trah/keturunannya untuk maju? Ini sebuah signal yang mestinya dibaca oleh para elit PDIP yang kadang kurang jeli melihatnya.
Penulis pada saat bertemu Bu Mega pada Tahun 2011 di kediaman Teuku Umar, mengatakan membuat analisa sederhana, bahwa walaupun pada pilpres 2004 dan 2009 Bu Mega kalah dari Pak SBY, hal tersebut membuktikan bahwa pendukungnya masih masif, dibandingkan tokoh lainnya yang maju. Dua kali pilpres Bu Mega menjadi juara kedua. Pada 2004, perolehan dukungan suara Bu Mega sebagai capres mampu ke putaran kedua mengalahkan tiga capres kondang lainnya, Jenderal Pur Wiranto, Prof Amien Rais dan DR Hamzah Haz. Di Final putaran kedua, pasangan SBY-JK meraih 33,57 persen, mengalahkan Megawati- Hasyim Muzadi (26,61 persen).
Pada pilpres 2009, Pasangan SBY-Boediono meraih 60,80 persen, mengalahkan Megawati-Prabowo (26,79 persen) dan pasangan JK-Wiranto hanya mampu meraih 12,41 persen. Dari fakta tersebut, terlihat bahwa dalam dua pilpres langsung, Bu Mega selalu menjadi juara kedua. Penulis mengatakan kepada beliau waktu itu, bahwa pada pilpres 2014 juara kesatunya tidak ada, maka Ibu sebagai runner up berpeluang untuk menjadi juara satu, sederhana memang logikanya. Tapi itulah kesederhanaan cara berfikir konstituen di negeri ini. Bila kita lihat kini, beberapa survei mengatakan bahwa PDIP di prediksi bisa menjadi parpol terkuat, the rulling party menggantikan dominasi Partai Demokrat.
Pada talk show Mata Najwa, tampak hadir tiga tokoh PDIP yaitu Sekjen PDIP, Pak Tjahjo Kumolo, Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan Wagub Banten Rano Karno. Lantas apakah ada peluang Jokowi untuk maju? Bu Mega menjelaskan mengetahui bahwa hasil survei Jokowi kini tertinggi.
Direktur Eksekutif Pol Tracking Indonesia, Hanta Yudha menjelaskan survei PTI (16-23 Desember 2013), elektabilitas Jokowi 37 persen, Prabowo 10,3 persen, Aburizal Bakrie 5,9 persen, Wiranto 5,42 persen. Menurut Hanta, jika Jokowi tidak maju, posisi pertama diduduki Prabowo, kedua Megawati, Aburizal Bakrie dan Wiranto. Dikatakannya lagi jika Jokowi maju, PDIP akan meraup 30,78 persen, Golkar 12,34 persen, Gerindra 6,51 persen dan Demokrat 4,67 persen. Apabila Jokowi tidak maju, PDIP 18,8 persen, Golkar 15,8 persen, Gerindra 7 persen, Demokrat 5 persen, sedang PPP,PKB dan Hanura masing-masing 4 persen.
Dari contoh survei tersebut, dan beberapa survei lainnya, Bu Mega menyatakan faham, dan terus mengikuti perkembangannya. Tetapi dikatakannya PDIP tidak hanya akan mengandalkan hasil survei belaka. Ditegaskannya, bahwa prinsip kepemimpinan Bung Karno yang dipegangnya, seseorang apabila mau jadi presiden maka dia harus menjadi pemimpin dahulu. Bung Karno jadi pemimpin dahulu baru jadi presiden, katanya. Karena itu dikatakan olehnya agar Jokowi jangan "mongkok," mungkin maksudnya jangan terlalu bangga, berbesar hati, terlalu percaya dan salah-salah bisa menjadi sombong atau over confident. Inilah prinsip Bu Mega yang kukuh dipegangnya.
Ditegaskannya bahwa dalam menentukan dan memilih presiden, rakyat jangan asal pilih, nanti bisa kecewa. Karena presiden akan memimpin negara yang besar dengan jumlah penduduknya yang banyak. Karena itu, kepada Najwa, Bu Mega menegaskan, berbicara soal capres PDIP, dia akan sangat hati-hati membahas dan memutuskan. Saat ditanya apa akan maju, dijawabnya diplomatis masih dibungkus rapat-rapat belum waktunya dibuka. Dikatakannya, apabila pengikut Soekarno menginginkan keturunannya maju, nampaknya Bu Mega tidak bisa menolak, tetapi dikatakannya juga peluang dari calon diluar trah Soekarno juga tidak tertutup. Disinilah peluang calon lainnya. Jokowi atau siapapun yang masuk jaring radar Bu Mega akan diukur dan dinilai dari sisi ideologis, selain, apakah sudah menjadi pemimpin seperti yang diisyaratkannya.
Sebagai putri dari Presiden RI pertama, Soekarno, Megawati melihat ayahnya sebagai figur besar yang memimpin negeri dan mampu mengumandangkan proklamas kemerdekaan. Pada saat ayahnya jatuh, Megawati banyak belajar pahit getirnya berpolitik. Setelah itu dia harus melewati masa sulit pada masa kepemimpian Presiden Soeharto. Megawati mengalami tekanan politik dari dalam, terkait kasus 27 juli 1996, ketika berseteru dengan Suryadi yang didukung oleh pemerintahan Pak Harto. Dengan melalui ujian politik yang berat, Bu Mega kemudian terpilih memimpin PDIP hingga kini, cukup tangguh tidak tergoyahkan selama 21 tahun. Dia percaya kepada takdir, ia telah menjadi wapres, kemudian Presiden RI dan Ketua Umum PDIP. Semua ada yang mengatur tegasnya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keharuan Megawati
Pada saat memasuki akhir acara, Bu Mega memberikan komentarnya mengenai nama acara Mata Najwa itu. “Mengapa bukan bernama ‘Mata Hati’”, begitu tanya Bu Mega. Najwa yang cerdik dan berpengalaman berbalik bertanya, “Bagaimana dengan mata hati Ibu Megawati ?,” sergah Najwa. Bu Mega mendadak terhenyak, dan nampak sulit menjawab pertanyaan itu. Ia terdiam cukup lama dan terlihat rasa haru dan tetesan airmatanya tanpa terasa jatuh. Dan pada akhirnya, Bu Mega hanya mengatakan, yang penting Indonesia Raya.
Kesimpulannya menurut penulis, sebagai seorang pemimpin wanita diantara para pemimpin pria, saat ini baginya yang penting adalah bangsa dan negara ini. Indonesia Raya adalah judul lagu kebangsan, syairnya demikian hebat dan penuh makna. Indonesia adalah tanah tumpah darahku, bangsa dan tanah air, mari kita bersatu. Hiduplah bangsaku, hiduplah negeriku, bangun badannya, bangun jiwanya untuk Indonesia Raya. Indonesia tanah yang kaya, yang mulis disana kita berdiri, untuk selama-lamanya. Subur tanah, subur jiwa, sadar hati dan jiwanya untuk Indonesia Raya. Kita cintai dan sayangi Indonesia, kita berjanji Indonesia abadi. Selamatlah rakyatnya, putranya, laut, pulau , maju menuju Indonesia Raya.
Pada ref lagu kebangsaan, inilah intinya, Indonesia Raya, Merdeka, merdeka, Tanahku, neg'riku jang kucinta! Indonesia Raya, Merdeka, merdeka, Hiduplah Indonesia Raya. Jadi itulah yang dimaksudkan oleh Bu Mega, dia mendambakan Indonesia menjadi Raya seperti yang tertuang dalam bait-bait dalam lagu tersebut.
Sangat dalam, luas dan besar kecintaan Bu Mega kepada negeri ini, diproklamasikan oleh ayahnya, dan kini dia mengatakan pada usia senjanya mendambakan paling tidak dalam lima tahun kedepan, ungkapan dalam syair itu dapat kita wujudkan, mari bangkit, jangan berseteru, jangan curang, bersatu dan kita dukung siapapun yang akan menjadi pemimpin nasional pada 2014. Jangan asal memilih pemimpin sembarangan, kita perlu pemimpin yang mencintai negara dan bangsa ini lahir batin.
Jelas Bu Mega tidak risau, karena beliau percaya bahwa takdir itu memang ada dan Allah sudah mengatur semuanya ini. Dinamika politik hanyalah kembang dalam menapak kehidupan. Beliau mengingatkan semuanya dicatat oleh Yang Maha Kuasa. Apa yang kita perbuat demi kebaikan bangsa dan negara serta rakyat Indonesia? Inilah yang perlu direnungkan oleh capres-capres lainnya. Penulispun kemudian merenung, apakah Tuhan kini menghendaki Indonesia kembali dipimpin oleh seorang ibu sebagai pemimpin. Ibu yang penuh dengan rasa cintanya kepada bangsa dan negerinya.
Pada kesempatan ini penulis walau agak terlambat mengucapkan, "Selamat Berulang Tahun Bu Mega, semoga Allah selalu memberikan ridho dan rahmatNya, dan Ibu diberi kesehatan, serta nikmat panjang umur sebagai panutan bagi para generasi penerus bangsa, Aamiin." Salam hormat. Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net.
Artikel terkait :
-Tekanan Psikologis Terhadap Megawati agar Tidak Maju, http://ramalanintelijen.net/?p=7899
-Hanya Mega dan SBY sebagai Kingmaker Terkuat pada Pemilu 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7872
-Antara Megawati dan Jokowi Soal Capres 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7849
-Antara Jokowi dan Kejujuran, Kunci di 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7805
-Menurut LSI, Mungkin Demokrat Hanya bisa Usung Cawapres, http://ramalanintelijen.net/?p=7660
-Jokowi Akan Dijadikan Musuh Bersama, http://ramalanintelijen.net/?p=7601
-Survei LSI; Capres Riil 2014, Megawati, Aburizal dan Dahlan Iskan, http://ramalanintelijen.net/?p=7597
-Capres 2014 Yang Mengapung, Sebuah Telaahan dari Old Soldier, http://ramalanintelijen.net/?p=7059
-Apakah Mega akan Menyerahkan Tongkat Estafet Calon Presiden?, http://ramalanintelijen.net/?p=6915
-Ramalan Intelijen dan Ramalan Jayabaya Presiden 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=4315,