Catatan Penting Sel Teroris yang Tewas di Tangsel Malam Tahun Baru 2014

5 January 2014 | 5:23 am | Dilihat : 443

Gelar Barang Bukti Teroris Ciputat (foto : tribunnews.com)

Jakarta, 5 Januari 2014. Sebagai hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) setelah penggerebegan terduga teroris di Tanggerang Selatan pada malam Tahun Baru 2014, polisi telah menemukan beberapa barang bukti diantaranya senjata pistol, bom rakitan, sepeda motor dan lain-lainnya. Saat dilakukan penggeledahan di rumah kontrakan milik terduga teroris Nur Hidayat alias Dayat Kacamata (tewas saat penggerebekan) di Jalan Delima Jaya Nomor 69, Kampung Setu, Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Rabu (1/1/2013) polisi menemukan sebuah catatan yang ditulis di atas sebuah sobekan koran bekas edisi 30 Juni 2013.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri (Karopenmas Polri), Brigjen (Pol) Boy Rafli Amar menyampaikan isi tulisan yang diduga imbauan jihad tersebut yang setelah diterjemahkan berbunyi :

1. Merangkul yang lain, menyaring, memilih yang terbaik dan menerima sebagai anggota dan memberi tugas kepada mereka yang intinya memudahkan mereka untuk mengikuti amaliyah.

2. Secara bertahap mengikutsertakan mereka mengadakan kursus sekuriti, senjata ringan, eksplosif, dan elektronik dan menjadikan media tahdid dan tahrik sebagai dokumentasi.

3. Mengumpulkan dana (fa’i).

4. Melakukan percobaan eksplosif sampai ahli. Melatih diri menjadi Istisyadi (pelaku bom bunuh diri) dan menawarkan kepada para mujahid untuk Istisyad, Istihalah.

5. Kontribusi merampas senjata dan mengumpulkan senjata untuk syariah.

6. Serangan kombinasi Istisyadiah masuk ke polsek dan menghancurkan musuh. Mengambil ghanimah (harta rampasan perang) untuk melanjutkan jihad, punya amunisi mutafa mujirah yang layak, dan menghancurkan jaring menggetarkan pasukan syariah yang berani dan sabar dan yakin membawa senjata yang siap menyerang Kedubes AS dan hotel-hotel di Indonesia, Zionis, dan (Densus) 88.

 

Analisis

 

Dari catatan tersebut, walaupun hanya dituliskan di sebuah sobekan kertas, menurut penulis  merupakan hasil olah TKP penting, karena catatan sekecil apapun adalah sebuah proses perencanaan yang bisa di analisis arah dan rencana kegiatan para terduga teroris tersebut. Sel dibawah kepemimpinan Nur Hidayat ini adalah sebuah sel bentukan yang berhasil mengendap beberapa bulan setelah menyerang anggota polisi pada bulan Juli dan Agustus 2013 di wilayah Tanggerang Selatan.

Mereka bersembunyi di safe house Ciputat  tanpa terdeteksi. Kelompok terbongkar disebabkan karena Densus berhasil menangkap Anton alias Septi yang merupakan anggota kelompok di Banyumas. Pada intinya sel ini dari catatan yang ditemukan membuat perencanaan perekrutan dan pelatihan, pengumpulan dana dan pemilihan target serangan.

 

Perekrutan, Pelatihan, Fa'i dan Penentuan Target

 

Dalam keadaan terdesak dibawah tekanan Densus, kelompok yang bermotivasi tinggi ini masih bisa menemukan cara-cara untuk merekrut anggota baru dan membentuk kelompok baru. Mereka membangun aliansi-aliansi baru melalui beberapa cara. Sel berdiri sendiri tetap mengadakan komunikasi dengan sel lainnya. Mereka berhenti di wilayah Tanggerang Selatan yang mempunyai potensi untuk perekrutan. Dalam pergerakan mereka dari satu tempat ke tempat lain, agar bisa selangkah di depan polisi, mereka melakukan serangan dan tekanan terhadap polisi, dan berhasil menembak mati di Ciputat dan Pondok Aren.

Dari kelompok ini tercatat sebagai kader aktif adalah Nurul Haq, Hendi Albar dan Anton. Nurul Haq dan Hendi Albar (eksekutor penembak polisi di Jalan Cirendeu, Pamulang dan Pondok Aren, Tanggerang Selatan pada Juli-Agustus 2013) mati ditembak pada malam tahun baru 2014. Anton tertangkap hidup.  Nurul Haq diketahui merupakan lulusan sebuah akademi, sudah menikah, sementara Hendi Albar diketahui sudah menikah dan memiliki tiga anak.

Dari penjelasan data Nurul Haq dan Hendi Albar yang disampaikan  Kabid Humas Polda Metro Jaya pada 30 Agustus 2013 (setelah penembakan terhadap polisi), "Keterampilan yang dimiliki, pernah ikut latihan (jaringan teroris) di Gunung Syawal, Jawa Barat. Ia ahli membuat senjata api (senpi) dan merakit bom pipa. Pada saat kejadian, Nurul Haq yang mengemudikan sepeda motor," katanya.

Menurut Rikwanto, "Para pelaku pernah terlibat kasus perampokan di BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Cililin, perampokan Kantor Pos Cibaduyut, kasus pembacokan dan penembakan anggota polisi di Bekasi, perampokan Toko Emas di Tambora, serta penyuplai atau perakit bom-bom pipa," ungkapnya. Catatan aksi perampokan terakhir, Anton dan Nurul Haq terlibat perampokan BRI Panongan pada tanggal 24 Desember 2013 dan (penemuan) bom di warteg Panongan. Dalam aksi pengeboman, kelompok ini juga pernah mengebom Polsek Rajapolah dan Pospol Mitra Batik Tasikmalaya tahun 2013, serta Bom Beji, Depok tahun 2012. Bukti hasil perampokan ditemukan setelah penyergapan di Kampung Sawah, Ciputat, berupa uang 235 juta rupiah.

Karena keterbatasan persenjataan, kelompok kecil ini akan berusaha menyerang Pospol/Polsek untuk mendapatkan senjata. Terlihat dari barang bukti rendahnya kwalitas persenjataan sel ini,  dari enam pistol yang ditemukan, hanya satu (revolver) yang fabrikan, sementara yang lima buah hanyalah sekelas senjata rakitan.

Rencana serangan terdiri dari sasaran lokal, dimana dendam terhadap polisi  yang dianggap sebagai “opresor musyrik” (thaghut) kini jadi motivasi utama sel teroris ini  untuk berjihad. Densus 88 mereka sebut sebagai Zionis 88. Mereka juga merencanakan akan menyerang hotel yang diperkirakan menginap para agen CIA, dimana untuk target Amerika Serikat, kantor Kedutaan Besar AS masuk dalam catatan target.

 

Kesimpulan

 

Dari beberapa fakta tersebut diatas berdasarkan catatan atau proses perencanaan sel Dayat, terlihat bahwa anggota kelompok ini mempunyai personil yang cukup berpengalaman baik dalam merekrut, mengumpulkan dana fa'i, membuat bom kelas kecil serta membuktikan diri mampu meneror dan menembak mati anggota polisi.

Walau tingkat keberhasilan serangan terhadap obyek serangan belum dilakukan (Kedubes AS, Polsek dan Hotel), rencana serupa bukan tidak mungkin juga direncanakan oleh sel teroris lain yang belum terungkap. Kini yang penting adalah bagaimana upaya peningkatan kewaspadaan dari target-target tersebut diatas.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa sel-sel kecil teroris di Indonesia masih hidup dan masih berbahaya. Sebuah serangan teror tidak tergantung kepada banyaknya jatuh korban dan besar serangan, tetapi efek yang ditimbulkannya akan terus menggulung, menimbulkan rasa takut, karena merupakan berita yang disukai oleh media. Polisipun pernah dibuat resah setelah tiga anggotanya tewas ditembak di kepala saat mengendarai motor. Itulah teroris yang menakutkan.

 

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

 

Artikel terkait :

 

-Enam Teroris Pamulang Tewas Digerebek Densus pada Malam Tahun Baru 2014, http://ramalanintelijen.net/?p=7879

-Penangkapan terduga Teroris terkait Ancaman Natal dan Tahun Baru 2013, http://ramalanintelijen.net/?p=7844

-Maraknya Perampokan Bersenjata Toko Emas, Ulah Penjahat atau Teroris?, http://ramalanintelijen.net/?p=7730

-Ancaman Terorisme di Dunia Maya akan Semakin Serius, http://ramalanintelijen.net/?p=7520

-Ayman al-Zawahiri Pengganti Osama Perintahkan Serang AS, http://ramalanintelijen.net/?p=7431

-Terduga Penembak Polisi, Nurul Haq dan Hendi Albar, http://ramalanintelijen.net/?p=7304

-Amerika Kembali Diancam Al-Qaeda, termasuk di Jakarta?, http://ramalanintelijen.net/?p=7184

 

 

         
This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.