Enam Teroris Pamulang Tewas Digerebek Densus pada Malam Tahun Baru 2014

2 January 2014 | 4:38 pm | Dilihat : 1311

[google-translator]

Fakta-fakta Kejadian

Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri (Densus 88) pada Selasa malam, 31 Desember 2013, melakukan penggerebekan ke rumah kontrakan yang dihuni  terduga teroris di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Karopenmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, penggerebekan terhadap terduga teroris tersebut merupakan pengembangan atas ditangkapnya seorang terduga teroris lainnya, Anton alias Septi, di Banyumas, Jawa Tengah.  "A alias S ini ditangkap di Banyumas kemarin siang sekitar pukul 14.00 WIB," kata Boy di sekitar lokasi penggerebekan, Rabu (1/1/2014).

Dari pengembangan tersebut, Densus yang melakukan pengintaian mulai melakukan penjejakan sekitar pukul 19.00 WIB. Kemudian tim penyergap  berhasil melumpuhkan Daeng alias Dayat yang saat itu tengah berboncengan motor  di depan Gang H Hasan, Jalan KH Dewantoro, Kelurahan Sawah, Ciputat.

Boy mengatakan, Dayat yang saat itu sedang dibonceng sepeda motor terpaksa ditembak petugas karena melawan saat akan ditangkap hingga tewas. Dayat juga dibidik polisi lantaran diduga sebagai pengatur aksi pemboman di Vihara Ekayana, Jakarta Barat. Setelah melumpuhkan Dayat, tim Densus 88 kemudian mulai bergerak menuju lokasi kontrakan yang berjarak sekitar 500-800 meter.

"Daeng alias Dayat ditangkap saat keluar rumah mengendarai motor dan tak jauh dari kontrakannya. Saat dihentikan petugas, Dayat melakukan perlawanan dan saling tembak. Dayat lalu dibawa ke RS dan diketahui meninggal dunia di RS," kata Brigjen Bof Rafly. Menurut catatan kepolisian, Dayat adalah pemimpin kelompok terduga teroris dalam serangan beberapa penembakan polisi di Pondok Aren.

Menurut Boy, saat penyergapan, Densus yang memberi perintah penyerahan diri itu ditolak,  petugas tim Densus 88 kemudian menembaki rumah kontrakan dalam keadaan gelap dan  semua terduga teroris di dalam rumah kontrakan akhirnya tewas ditembak. Boy mengatakan, para petugas baru bisa memastikan sekitar pukul 05.00 WIB bahwa pelaku yang awalnya diduga berjumlah  tiga sampai empat orang ternyata berjumlah lima orang. Boy Rafli  mengatakan, semua jenazah terduga teroris ditemukan di ruangan paling depan rumah kontrakan yang mereka tempati. "Ditemukan semuanya di ruangan paling depan setelah terjadi baku tembak dengan petugas," kata Boy, kepada wartawan, Rabu. Keenam terduga teroris yang tewas kemudian dikirim ke RS Bhayangkara Polri untuk di identifikasi.

Di rumah kontrakan tersebut, tinggal lima orang rekan Dayat, yaitu Nurul Haq alias Dirman dan Oji alias Tonggo, Rizal alias Teguh alias Sabar, Hendi, dan Edo alias Amri. Nurul Haq telah ditetapkan sebagai DPO terkait kasus penembakan terhadap anggota kepolisian di Pondok Aren, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu. Ia ditetapkan bersama seorang rekannya bernama Hendi Albar alias Jeck. (Foto  tertayang adalah dokumentasi Nurul Haq setelah mengalami kecelakaan saat baku tembak dengan buser Polri di Pondok Aren). Boy belum memastikan apakah Hendi yang turut dilumpuhkan petugas dalam penggerebekan tersebut adalah juga Hendi Albar. Menurutnya, pihaknya akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu hingga pengecekan DNA

Rumah kontrakan tersebut diketahui disewa oleh kelompok teroris atas nama Nurul Haq alias Dirman, yang merupakan bagian dari jaringan Abu Roban. Karopenmas Polri tersebut mengatakan rumah kontrakan terduga teroris di Gang Hasa tersebut sebagai safehouse (rumah aman) dari kelompok Abu Roban sebelum mereka melakukan aksinya. Rifai, pengurus RT 04/07, Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat mengatakan rumah tersebut baru dua bulan belakangan tinggal di rumah kontrakan milik Zuleha, 65 tahun itu."Rumah kontrakan itu baru dibuat 6 bulan lalu," kata Rifai. Kepolisian memastikan bahwa teroris yang disergap di Jalan Ki Hajar Dewantoro Gang H Hasan RT 04/07 Kampung Sawah Ciputat Tangerang Selatan, Banten, merupakan anggota kelompok teroris Badri Hartono.

Setelah penggerebekan, Polisi menemukan enam senjata api, terdiri dari sebuah revolver dan lima senjata rakitan. Selain itu, polisi juga menemukan peluru bermacam kaliber. Dari peluru yang ditemukan, terdapat 34 peluru kaliber 9 milimeter. "Untuk peluru (revolver) tidak banyak, hanya ada dua. Ya tentu kalau revolver ini sitaan dari petugas, dalam silinder itu ada enam butir," kata Karo Penmas. Tim juga menemukan sejumlah bom rakitan, 7 buah granat rakitan hitam, 3 granat pipa besi, 2 bom sumbu hitam serta bahan-bahan untuk bom rakitan seperti potasium nitrat , arang hitam, black pouder.

Boy menambahkan, pihaknya juga menyita lima bilah senjata tajam jenis golok. Namun, diakui Boy, golok yang disita bukanlah golok biasa. "Ukurannya lebih dari 50 cm, bukan golok biasa," katanya. Densus 88 juga menemukan uang ratusan juta. Uang tersebut diduga sebagai hasil rampokan BRI Unit Panongan, Tangerang Selatan, beberapa waktu lalu."Sangat diduga kuat, uang Rp 200 juta dalam pecahan Rp 50.000 sampai Rp 100.000 yang masih dalam ikatan tas besar, diindikasikan ada bagi hasil dan uangnya menjadi barang bukti," kata Boy Rafli Amar dalam jumpa pers di Mabes Polri, Rabu (1/1/2014).

Boy menambahkan, uang tersebut tersimpan di dalam tas pinggang maupun tas ransel. Masing-masing isi tas tersebut berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 20 juta. Selain uang, Densus juga menemukan enam bom rakitan berbentuk pipa yang diisi paku. Ditemukan juga daftar 30 vihara dan 50 buku soal jihad.

Ditemukannya daftar nama 50 Vihara dalam lokasi penggerebekan tersebut diduga merupakan sebuah pergeseran pola teroris yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu. Boy menuturkan, pergeseran pola teroris dari rumah peribadatan, yang target semula gereja, kini menjadi Vihara. Hal ini terlihat dari ledakan di Vihara Ekayana pada beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh kelompok teroris.

"Ada daftar Vihara yang sudah di-print oleh mereka, yaitu Vihara di Jakarta dan sekitarnya. Yang jelas, di tempat itu (kontrakan) ada rangkaian bom. Ada data-data pihak yang mereka pegang,"tegas Boy Rafly.

Detasemen Khusus Anti-teror 88 Polri kemudian kembali melakukan penggerebekan di wilayah Tangerang Selatan. Penggeledahan dilakukan di rumah kontrakan di Jalan Delima I RT 08/02 No 9 Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Rabu (1/1/2013) sekitar pukul 13.00 WIB. Asri (45) pemilik kontrakan mengatakan, kalau dirinya mengaku kaget dan sedikit panik saat dimintai keterangan oleh petugas Kepolisian. Dia tidak menyangka kalau rumah petak tiga miliknya itu dikontrak oleh seorang pria terduga teroris yang diketahui bernama Nur Hidayat, terduga teroris yang ditembak mati dalam operasi penggerebekan Ciputat. Kepada Asri pemilik kontrakan, Wak Nur atau Nur Hidayat mengaku bekerja di bidang ekspedisi yang kesehariannya selalu tertutup, karena diketahuinya, pria berjenggot dan berambut ikat itu selalu bepergian setiap hari, mulai dari pagi hingga malam hari.

Polisi menengarai, kelompok Dayat ini diduga menempati dua kontrakan,  rumah kontrakan di kelurahan Rempoa sebagai lokasi peracikan bom rakitan, sementara kontrakan di Ciputat sebagai markas bersama Dayat dan kawan-kawan. Dari rumah kontrakan Dayat di Rempoa, Densus 88 menyita bahan-bahan kimia yang ditengarai sebagai bahan racikan bom. Penggeledahan berlangsung selama satu jam sejak pukul 14.30 WIB.

Dari penemuan rangkaian bom rakitan di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, dipersiapkan oleh kelompok teroris Daeng alias Dayat Kacamata Cs untuk mengacaukan perayaan pergantian tahun di Bundaran HI, Selasa (31/12/2013) malam lalu. Hal ini terungkap dari hasil interogasi tersangka Anton alias Septi. Dari informasi internal polisi, menyebutkan, untuk mendanai rencana aksi pengeboman ini, mereka melakukan kegiatan fa'i (pengumpulan dana). Di antaranya dengan merampok Bank BRI Panongan, Tangerang, tanggal 24 Desember 2013 lalu, disamping merencanakan akan merampok BRI Cilengsi.

Kelompok teroris ini ditengarai juga pernah melakukan penyerangan terhadap dua anggota polisi di Jonggol dan Cirendeu serta Pondok Aren, Tangsel. Dalam aksi pengeboman, kelompok ini juga pernah mengebom Polsek Rajapolah dan Pospol Mitra Batik Tasikmalaya tahun 2013, serta Bom Beji, Depok tahun 2012 silam. "Kalau (penembakan) di depan KPK, masih belum (ada kaitan),” Kata Karo Penmas.

Polisi memiliki beberapa catatan mengenai aktivitas Anton dalam sejumlah kegiatan teroris. Berdasarkan keterangan yang disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto, Rabu (1/1/2014), Anton alias Septi terlibat dalam 9 kegiatan terorisme. Diantaranya Terlibat dalam pengeroyokan dua anggota polisi di Jonggol, Rencana fa'i atau pengumpulan uang untuk aksi terorisme di BRI Cileungsi, Latihan bom di Ponpes Nursalam Tasikmalaya, Belajar buat bom dengan kelompok Badri Solo, Belajar bom dengan kelompok Bojong, Penghubung kelompok Bojong dengan kelompok Solo, Orang yang meletakkan bom di Vihara Ekayana bersama-sama dengan Nurul Haq, Orang yang merencanakan penembakan polisi di Pondok Aren dan Orang yang melaksanakan fa'i di BRI Panongan pada tanggal 24 Desember 2013 dan (penemuan) bom di warteg Panongan.

Pada tanggal 30 Desember 2013, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengeluarkan travel warning meminta  warganya ekstra waspada ketika bepergian ke Indonesia. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto ketika ditanya Tribunnews.com, Kamis (2/12/2013), pagi, membantah hal tersebut. "Nggak ada lah (kaitannya)," katanya.

Travel warning yang dikeluarkan Australia, Selasa (31/12/2013), itu menyebutkan bahwa kemungkinan adanya serangan teror ketika berada di Indonesia, termasuk ke Bali karena kemungkinan adanya serangan teror. Travel warning dikeluarkan beberapa jam sebelum penyergapan di Ciputat. Peringatan perjalanan terbaru ini menyebutkan bahwa teroris tetap aktif di Indonesia meskipun pihak keamanan sudah berusaha menghentikan mereka. "Pihak berwenang Indonesia sudah memperingatkan bahwa kelompok ekstrimis mungkin berencana menyerang gereja di Jakarta dan di tempat lain di Indonesia, menjelang perubahan ke tahun 2014," demikian bunyi peringatan tersebut.

Analisis

Pengungkapan keberadaan kelompok Nur Hidayat (Dayat Kacamata), merupakan pengembangan dari tertangkapnya Anton, terduga teroris di Banyumas, yang membuka jaringan Ciputat tersebut. Densus kemudian melakukan gerak cepat hanya beberapa jam untuk melakukan pengepungan dan melokalisir keberadaan salah satu sel teror yang dianggap berbahaya itu. Sel Dayat ini berbahaya karena mereka mampu membuktikan diri menembak polisi dalam tiga kasus di Pondok Aren Ciputat.

Nampaknya sel ini sudah menganut metoda intelijen, mempersiapkan safe house (dalam terminologi intelijen adalah rumah aman), yaitu rumah untuk persiapan, membuat rencana dan titik awal sebelum melakukan serangan teror. Disamping juga sebagai tempat tinggal sementara dan untuk kepentingan logistik. Dalam hal ini Dayat dan kelompoknya mempersiapkan dua safe house yaitu di Gang H Hasan, Jalan KH Dewantoro, Kelurahan Sawah, Ciputat serta di Jalan Delima I RT 08/02 No 9 Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Lokasi Gang H Hasan untuk titik kumpul dan yang di Jalan Delima untuk peracikan bom dan penumpukan logistik.

Dari penemuan beberapa barang bukti, kelompok ini  akan melakukan pengacauan di bundaran Hotel Indonesia (sebagai pusat peringatan tahun baru). Disamping itu mereka memiliki lima senjata rakitan dan satu revolver. Nampaknya kelompok ini belum berhasil memiliki senjata api pabrikan, terlebih sejenis senapan. Walaupun demikian, dari sejarah penembakan yang mengakibatkan tewasnya tiga anggota polisi di Pondok Aren, tetap saja mereka masuk kelompok sangat berbahaya. Karakter kelompok teror ini keras dan tidak mau menyerah, terbukti hingga akhirnya semuanya tewas ditembak. Disadari bahwa penggerebekan Densus yang memakan waktu 10 jam adalah untuk benar-benar langkah pengamanan petugas yang sudah pernah jatuh tewas. Karena itu polisi dihadapkan pada pilihan sulit, agar para terduga teroris itu bisa ditangkap hidup-hidup.

Berdasarkan teori, dimana operasi teror juga menggunakan pola dan metoda intelijen, semakin jelas kebenaran teori tersebut, bahwa mereka (support agent atau pendukung aktif/pasif) yang mempersiapkan segala sesuatunya seperti pencarian safe house dan pengadaan perlengkapan (logistik) serta data intelijen untuk melakukan perampokan (fa’i) dan pemilihan target. Jadi penulis perkirakan keberadaan kelompok ini masih sangat mungkin ada personilnya yang belum tertangkap. Keenam korban tersebut tergabung dalam sel kecil berdiri sendiri, dengan pimpinan Dayat dan didalamnya terdapat kader aktif (Nurul Haq dan Hendi Albar) sebagai eksekutor, Anton sebagai salah satu tokoh dan bersama yang lainnya adalah pendukung aktif yang ikut  melakukan perampokan.

Dari keterangan Anton alias Septi, jaringan kecil ini diperkirakan juga berkomunikasi dengan sel-sel lain melalui Anton yang merupakan kader aktif. Anton pernah bekerjasama dengan Nurul Haq dalam meletakkan bom di Vihara dan merencanakan penembakan polisi di Pondok Aren, penghubung kelompok Bojong dan Solo, serta belajar membuat bom dari kelompok Badri.

Hal menarik dari penemuan Densus dan olah TKP oleh Polri, diketemukan rencana penyerangan terhadap Vihara sebagai sasaran. Pertanyaannya, terjadi pergeseran target?Apakah ini merupakan pesanan menyerang umat Budha Myanmar atau hanya upaya meninggalkan pesan. Ini yang perlu diperdalam oleh polisi, seperti dikatakan Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafly, mereka akan menyerang target Vihara yang terlemah dan termudah, teori ini sangat valid.

Hal terakhir yang menarik dari penggerebekan di Ciputat, adalah travel warning yang dikeluarkan oleh Deplu Australia, dimana sinyal peringatan dikeluarkan beberapa jam sebelum operasi penggerebekan dilakukan Densus. Yang sangat perlu diperhatikan, nampaknya pihak Australia sudah mengetahui rencana Densus yang sedang melakukan rencana operasi penyergapan. Memang seperti dikatakan Menko Polhukkam, tidak apa-apa, terserah mereka.

Menurut penulis, kemungkinan besar intelijen Australia tetap menyadap komunikasi Mabes Polri dan Densus. Diperkirakan tidak jauh dari situ kesimpulannya. Mereka sangat faham dengan berbahayanya perkembangan situasi dan kondisi menurut ukuran mereka dan kemudian menyimpulkan perlu dikeluarkannya travel warning itu, tidak sulit membacanya.

Oleh : Prayino Ramelan, Pengamat Intelijen, www.ramalanintelijen.net

Artikel Terkait :

-Penangkapan terduga Teroris terkait Ancaman Natal dan Tahun Baru 2013, http://ramalanintelijen.net/?p=7844

-Maraknya Perampokan Bersenjata Toko Emas, Ulah Penjahat atau Teroris?, http://ramalanintelijen.net/?p=7730

-Delapan Support Agent Teroris Penembak Polisi di Tangsel Ditangkap, http://ramalanintelijen.net/?p=7636

-Seorang Anggota Komplotan Penembak Polisi Ditangkap, http://ramalanintelijen.net/?p=7456

-Penyuplai Senjata ke Penembak Polisi di Tanggerang Ditangkap, http://ramalanintelijen.net/?p=7421

-Menganalisa Penembak Polisi, Mereka Jelas Teroris Terlatih, http://ramalanintelijen.net/?p=7402

-Terduga Penembak Polisi, Nurul Haq dan Hendi Albar, http://ramalanintelijen.net/?p=7304

-Perseteruan Antara Polisi dan Teroris makin Merucing, http://ramalanintelijen.net/?p=7204

-Bom di Vihara Ekayana untuk Solidaritas Rohingya?, http://ramalanintelijen.net/?p=7179

-Teroris Jaringan Solo, Poso dan Depok ditangkap Densus di Solo, http://ramalanintelijen.net/?p=5776

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.