Tantangan Berat Komjen Sutarman Sebagai Kapolri

27 October 2013 | 7:46 am | Dilihat : 460

Komjen Pol Sutarman diberi selamat Presiden SBY (foto : Setkab.go.id)

 

Seperti yang penulis perkirakan, Komjen Sutarman akhirnya terpilih sebagai Kapolri baru (baca : Calon Terkuat Pengganti Kapolri, http://ramalanintelijen.net/?p=7091). Komjen Pol Sutarman  dilantik oleh Presiden SBY pada hari Jumat (25/10)   di Istana Negara, Jakarta, menggantikan Jenderal Pol Timur Pradopo menjadi Kapolri. Pelantikan berdasarkan  Keputusan Presiden nomor 67 Polri 2013 yang ditandatangani 24 Oktober 2013. Sutarman sebelumnya menjabat Kabareskrim Mabes Polri. Dia merupakan calon tunggal Kapolri yang diajukan oleh Presiden SBY untuk menjalani  fit and proper test di Komisi III DPR, dan telah disetujui Rapat Paripurna DPR untuk menjadi Kapolri.

Presiden SBY menjelaskan setelah pelantikan, bahwa nama Komjen Pol Sutarman diusulkan oleh Kompolnas dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo. "Namanya masuk di antara 4 (empat) nama yang diusulkan Kompolnas dan Kapolri," katanya. Presiden membantah adanya berita bahwa nama Sutarman termasuk yang tidak diusulkan.  "Sutarman ada di urutan pertama dalam usulan Kompolnas maupun Kapolri," ungkapnya.

Presiden SBY berharap masyarakat mendukung Komjen Sutarman melaksanakan tugas-tugasnya sebagai Kapolri. Dikatakannya, "Ayo kita dukung Kapolri yang baru dalam melaksanakan tugas-tugasnya," kata Presiden SBY kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Jumat (25/10).

Seusai pelantikan, Komjen Pol Sutarman menyatakan akan memrioritaskan penegakan hukum dibidang korupsi. Selain itu, pemberantasan terorisme dan narkotika juga menjadi perhatiannya. Ditegaskannya, ”Kejahatan yang cukup membahayakan kelangsungan berbangsa dan bernegara itu harus menjadi prioritas, di samping kejahatan-kejahatan jalanan yang meresahkan masyarakat,”katanya. Pemberantasan kejahatan lain selain ketiga hal di atas adalah pemberantasan premanisme, perjudian dan lainnya.

Dia berjanji akan memberikan target waktu kepada aparatnya untuk membersihkan wilayah-wilayah rawan kejahatan untuk penegakan hukum. Menurut Sutarman, dirinya akan membenahi internal Polri, terutama yang menjadi persoalan dan tuntutan masyarakat selama ini. Di bawah pimpinannya, mantan Kabareskrim ini juga berjanji akan bekerja sama dengan KPK.

 

Tantangan Berat Kedepan

 

Berbicara mengenai tugas dan tanggung jawab Sutarman kedepan, tantangan terberatnya (pertama) adalah bagaimana Sutarman mampu memperbaiki citra Polri sebagai pelindung dan pengayom masyarakat. Kasus Irjen Djoko Susilo merupakan pukulan berat bagi Polri, karena semuanya diungkap di pengadilan. Polri tidak lepas dengan isu negatif seperti masalah rekening gendut pejabatnya serta citra, repotnya apabila berurusan dengan polisi. Sutarman harus menghilangkan stigma negatif terhadap lembaga kepolisian. Masalah ini sudah diungkapkannya, dan harus menjadi prioritas. Tanpa dipercaya dan dicintai masyarakat, polisi akan banyak menjumpai kegagalan dalam melaksanakan tugas dimasa mendatang.

Tantangan Kedua. Tantangan terberat kedua adalah pengamanan pemilu yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014, dan akan dilanjutkan dengan proses pemilihan presiden. Dalam kondisi kebebasan masyarakat masa kini, dapat diperkirakan akan terjadi  banyak kekisruhan. Polri harus siap menjaga keamanan pesta demokrasi yang akan menentukan kelangsungan hidup bangsa ini. Sutarman sudah mengatakan akan netral, tidak memihak, itulah yang diharapkan.

Sebagai aparat hukum, melihat mayoritas proses pilkada banyak yang berakhir di Mahkamah Konstitusi (MK). Akan tetapi kemudian justru Ketua MK, Akil Muchtar ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh KPK, Sutarman harus berhati-hati menyikapi serta memperkirakan apabila nanti terjadi kemelut hukum yang tak terkirakan. Bagaimana polisi bersikap dan menempatkan diri. Ini penting dan prinsip, akan kembali kemasalah kepercayaan masyarakat.

Tantangan Ketiga. Masalah korupsi yang makin meluas, dan bukan hanya merupakan budaya, tetapi sudah menjadi komoditas akan tetap menjadi tantangan berat baginya. Polri harus menjadi bagian aktif pemberantasan korupsi, bekerjasama dengan KPK. Pada masa lalu terjadi kasus cicak-buaya yang menunjukkan adanya sumber persaingan. Banyak penyidik Polri yang ditugaskan di KPK, dan sebaiknya para penyidik KPK dari Polri diperkuat dan ditambah, agar penanganan masalah korupsi  semakin kuat dan meluas.

Salah satu bukti kerawanan korupsi yang belum sepenuhnya tersentuh, Ketua KPK Abraham Samad pada saat Rakernas PDIP di Ancol, Sabtu (7/9/2013) mengatakan soal mega korupsi di minyak. "Setiap tahun Blok Cepu dan Blok Mahakam bisa menghasilkan Rp 120 triliun. Apalagi, 45 blok migas yang terdapat di Madura. Kalau ditotal setiap tahun bisa menghasilkan Rp 7.200 triliun," katanya. Setelah dihitung-hitung, sektor migas dan energi setiap tahun bisa menghasilkan Rp.20.000 triliun. Tetapi kemana uang itu? Entahlah. Sejak 40 tahun yang lalu hingga kini, peran nasional kecil, hanya 20 persen.

Dari total produksi minyak Indonesia 831 ribu barrel per hari, separuh dikirim ke luar negeri, karena 85 persen migas dikuasai asing. Ketua KPK mengatakan, hampir 50 persen perusahaan migas asing tidak membayar pajak. Menurut Abraham Samad, pemerintah yang baru harus menasionalisasi perusahaan migas, 60 persen Indonesia dan 40 persen asing (Irevew 04, Tahun III).  Urusan migas hanyalah salah satu dari sekian banyak kemungkinan kebocoran besar uang bangsa Indonesia. Disinilah salah satu tugas Sutarman nantinya, membantu menutup kebocoran karena korupsi.

Tantangan Keempat. Tantangan  keempat adalah penanganan Terorisme dan Kejahatan Narkotika. Serangan teroris pada beberapa waktu terakhir sangat mempermalukan Polri, dimana empat anggotanya di tembak mati di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Yang sangat mencemaskan, belum ada satupun penembak itu yang tertangkap. Apakah ini menunjukkan para teroris yang semakin lihai atau kemampuan anti teror polisi yang menurun. Dalam masalah penanganan terorisme, Polisi masih menjadi back bone, sementara BNPT sebagai badan strategis bukanlah pelaksana tempur, tetapi lebih kepada penyusun strategi bagaimana menanggulangi dan menghilangkan terorisme.

Unit Counter Ciber Crime di Mabes Polri harus ditingkatkan kemampuannya, karena terorisme, kejahatan dimasa depan serta penyadapan dan perang intelijen akan berlangsung di internet. Polri sebaiknya waspada, pengguna internet tahun 2013 di Indonesia tahun 2013 diperkirakan mencapai 82 juta. Disini dituntut kemampuan serta peningkatan teknologi.

BNPT memang sudah menandatangani kerjasama dengan TNI AD, tetapi hanya menyangkut mengaktifkan Babinsa sebagai early warning kondisi teritorial berupa pulbaket wilayah. Akan lebih efektif apabila operasi lawan teror di sinergikan antara Polri dan  TNI. TNI memiliki tiga Angkatan yang masing-masing memiliki satuan serta ahli teror yang terdidik dan terlatih, belum lagi apabila TNI melibatkan Bais TNI (Badan Intelijen Strategis) yang mempunyai jaringan internasional.

Demikian juga mengenai masalah narkotika, terdapat Badan Narkotika Nasional (BNN) yang fokus menangani masalah narkotika.  Dalam hal ini Polri juga aktif melaksanakan operasi lapangan masalah narkotika dengan jajarannya. Kapolri baru dapat dipastikan sangat faham dengan ancaman narkotika terhadap bangsa ini.

Menurut laporan International Narcotics Control Strategy Report (INCSR) tahun 2013, yang di rilis tanggal 5 Maret 2013, disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara untuk  transit dan tujuan perdagangan narkotika. Indonesia merupakan salah satu konsumen terbesar di dunia baik dari jenis ganja, shabu, dan heroin. Ganja adalah obat bius yang paling banyak digunakan di Indonesia, diikuti oleh methamphetamine. Mayoritas metamfetamin masuk ke Indonesia terutama berasal dari Iran, sedangkan mayoritas heroin berasal dari "Golden Crescent" yaitu wilayah Asia Barat Daya. Organisasi perdagangan narkoba dari Afrika, China, dan Iran harus menjadi perhatian khusus bagi para penegak hukum di Indonesia.

Disebutkan juga, kemajuan telah dibuat dengan perkuatan kapasitas lembaga kontra narkotika di Indonesia (BNN) untuk membongkar penyelundupan narkotika baik di bandara, pelabuhan laut, dan perbatasan darat. Namun demikian, Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan karena luasnya garis batas wilayah yang tidak terjaga serta masih  dan signifikannya tindak korupsi.

Tantangan kelima adalah kejahatan jalanan, premanisme dan perjudian. Menurunnya citra polisi, takutnya terhadap pelanggaran HAM akan berpengaruh terhadap peningkatan kejahatan jalanan dan premanisme. Melihat meningkatnya pelaku kejahatan, sudah waktunya polisi sedikit lebih keras menangani tindak kejahatan jalanan yang meresahkan dan menakutkan masyarakat. Polisi dibawah Komjen Sutarman diharapkan akan kembali bersinar sebagai pelindung masyarakat. Ulah para preman yang meresahkan masyarakat dengan alasan demokrasi kebebasan sebaiknya jangan diberikan toleransi. Disinilah dibutuhkan ketegasan kepemimpinan Sutarman.

 

Dukungan Positif Terhadap Kapolri Baru

 

Didalam melaksanakan tugas kedepan, Presiden SBY juga memahami demikian berat tanggung jawab dan tantangan Komjen Sutarman, sehingga presiden meminta masyarakat mendukung Kapolri baru. Apabila Polri berbenah diri dan menjadi bagian dari rakyat, turun kebawah dengan simpatik, Insya Allah rakyat akan mendukungnya. Sebagai contoh, Jokowi tanpa mengiklankan dirinya, tetapi langkah simpatiknya yang memperhatikan rakyat mengundang dukungan kuat. Jajaran Polisi perlu membuktikan, mereka bisa bersatu dan menjadi bagian rakyat, bukan bagian yang menyusahkan rakyat.

Kekuatan lain yang secara positif akan mendukung Sutarman adalah kesamaan kelulusan antara Sutarman sebagai Kapolri dengan Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, yang sama-sama alumnus 1981, walau Sutarman alumnus Akademi Kepolisian, dan Moeldoko berasal dari Akademi Militer. Disamping itu Kasau dan Kasal juga sama-sama alumnus 1981. Hanya Kepala staf TNI AD Jenderal Budiman alumnus 1978, satu Angkatan dengan Wakapolri Komjen Oegroseno, disini nilai positifnya.

Dengan demikian maka komunikasi antar TNI-Polri dapat dipastikan lancar dan saling mendukung. Dari pengalaman penulis sebagai alumnus Akabri 1970, komunikasi antar Angkatan dan Polri demikian lancar indah, tanpa basa basi, ringan dan saling membantu. Disinilah nilai positif yang dipastikan berasal dari keputusan cerdas para pemimpin bangsa dalam memilih pemimpin key formal-nya. Dengan dukungan saran dari Menkopolhukam Marsekal Pur Djoko Suyanto dan Mensesneg Letjen Pur Sudi Silalahi yang sangat faham aspek psikologis hubungan erat alumnus militer-polisi, maka terbentuklah kekuatan penyatu diantara mereka. Semoga.

Selamat bertugas Komjen Pol Sutarman, semoga anda selalu mendapat ridha dan perlindungan Allah SWT dalam mengemban tugas yang tidak mudah pada masa mendatang. Penulis sarankan, jangan ragu melibatkan TNI dalam kasus-kasus tertentu, seperti hubungan penulis dengan teman sesama lichting 1970 kepada Jenderal Pol (Pur) Bimantoro, atau Komjen Pur Nugroho Djayusman, kalau bertemu memanggil "Ya opo Cak kabare." Itulah tanda baik dan eratnya hubungan personal TNI-Polri. Bravo TNI-Polri.

 

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Jakarta, 27 Oktober 2013

 

Artikel terkait :

 

-Santoso Pimpinan Teroris Poso kembali muncul di Youtube, http://ramalanintelijen.net/?p=7586

-Ancaman Terorisme di Dunia Maya akan Semakin Serius, http://ramalanintelijen.net/?p=7520

-Menganalisa Penembak Polisi, Mereka Jelas Teroris Terlatih, http://ramalanintelijen.net/?p=7402

-Perampok Bersenjata Api Merampok Toko Emas Singapura Medan, http://ramalanintelijen.net/?p=7406

-Mengapa Akan Dibentuk Tim Anti Teror TNI?, http://ramalanintelijen.net/?p=7366

-Efek Taktis dan Strategis dari Aksi Teror Terhadap Polisi, http://ramalanintelijen.net/?p=7223

-Perseteruan Antara Polisi dan Teroris makin Merucing, http://ramalanintelijen.net/?p=7204

-Densus 88 Mau Dibubarkan?Janganlah!, http://ramalanintelijen.net/?p=6514

 

   
This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.