Ancaman Terorisme di Dunia Maya akan Semakin Serius
7 October 2013 | 6:38 am | Dilihat : 964
[google-translator]
Ilustrasi cyberspace (elfwood.com)
Dunia maya (cyberspace) menurut kamus Wiki adalah media elektronik dalam jaringan komputer yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online (terhubung langsung). Dunia maya ini merupakan integrasi dari berbagai peralatan teknologi komunikasi dan jaringan komputer yang dapat menghubungkan peralatan komunikasi (komputer, telepon genggam, instrumentasi elektronik, dan lain-lain) yang tersebar di seluruh penjuru dunia secara interaktif.
Internet adalah hubungan dua komputer atau lebih yang membentuk suatu jaringan dengan aktivitas pertukaran informasi dan komunikasi. Internet kepanjangan dari Interconnected Network. Komputer yang dulunya berdiri sendiri, saat ini dapat berhubungan langsung dengan host-host atau komputer yang lainnya. Pengertian lainnya, internet bagaikan sebuah kota elektronik yang sangat besar dengan setiap penduduk memiliki alamat internet (internet address) yang dapat berkirim surat atau informasi.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) akhir tahun 2012 menyebutkan jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2012 mencapai 63 juta orang atau 24,23 persen dari total populasi penduduk Indonesia.Tahun 2013 diprediksi naik sekitar 30 persen menjadi 82 juta pengguna dan berkembang menjadi 107 juta pada 2014, pada tahun 2015 diperkirakan 139 juta (50 persen populasi 2015). Pengguna internet global sendiri, menurut International Telecommunication Union (ITU) mencapai angka 2,421 miliar pada 2011 dari 2,044 miliar pada tahun sebelumnya.
Antara Teroris dan Dunia Maya
Menarik yang disampaikan mantan direktur National Security Agency (NSA) dan CIA, Jenderal Michael Hayden saat pidato di Gereja Episkopal St John, Washington (6/8/2013) dengan topik "the tension between security and liberty". Dikatakannya, teroris di seluruh dunia lebih memilih untuk berkomunikasi dengan menggunakan Gmail. Hayden menyampaikan tentang kebenciannya terhadap anonimitas online. Anonimitas alias identitas tanpa nama biasanya dipakai di internet untuk menghindari tindakan kekerasan dan ancaman."Masalah yang saya hadapi dengan internet adalah tentang anonim," kayanya. Hayden juga menyatakan bahwa lalu lintas internet melewati server di Amerika di mana pemerintah memonitornya untuk tujuan dan kepentingan intelijen.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyaad Mbai mengatakan kelompok teror memang sengaja menggunakan media internet dan video termasuk untuk merekrut anggota. Hal itu karena memanfaatkan kelemahan kontrol pemerintahatas situs tertentu yang menyebarkan kebencian, ujarnya. Pernyataan Ansyaad dalam rangka menanggapi sebuah rekaman video di Youtube dengan judul “Seruan 01,” mengenai kemunculan DPO Polri, tokoh teror Santoso. Pernyataan rekaman itu menghasut untuk melakukan jihad menyerang kepolisian.
Santoso atau Syaikh Abu Wardah Santoso, buronan kasus terorisme yang kini paling dicari oleh kepolisian, yang diduga bertanggung jawab atas sejumlah serangan di Poso, Sulawesi Tengah dan rencana aksi bom di kota kota lainnya. Dia menamakan diri sebagai Komite Mujahidin Indonesia Timur, dengan perkiraan kekuatan 200 teroris terlatih, menurut Al Chaidar telah memproklamirkan diri sebagai gerakan jihad model Taliban.
Komisaris Polisi Surya Putra dalam sebuah seminar tesis berjudul "Penggunaan Internet untuk Kegiatan Terorisme di Indonesia" Jumat (31/5) mengatakan, "Internet juga sekarang difungsikan sebagai sarana perekrutan. Rekrutmen ini biasanya terjadi di forum-forum jihad atau ruang chating juga melalui jaring sosial yang mengatasnamakan muslim. Doktrinisasi dilakukan melalui tulisan-tulisan atau kaset audio yang ada di situs-situs jihad di internet. Tujuannya mengubah pandangan keagamaan si pembaca sehingga mendukung paham terorisme," katanya.
Para pelaku teror juga mengajarkan cara-cara membuat bom, jual beli senjata api. Sehingga para teroris bisa merencanakan aksi tanpa harus bertatap muka "Beberapa situs jihad berbahasa Indonesia menyediakan berbagai materi kemiliteran mulai dari strategi peringatan sehingga pelatihan-pelatihan skill kemiliteran seperti weapon training, map reading, membuat bom, hingga membuat racun. Informasi-informasi ini diupload dalam situs-situs jihad sehingga yang mau belajar tak perlu lagi pergi ke Afghanistan atau Filipina, cukup mengunduh materi-materi situs-situs jihad," tegas Surya.
Direktur Penindakan BNPT, Brigjen Pol Petrus Golose membenarkan bahwa saat ini internet sudah dimanfaatkan kelompok teroris untuk merekrut sampai pelaksanaan teror."Melalui internet orang bisa belajar membuat bom, hacking untuk pendanaan terorisme, pelatihan teror secara on line, bahkan untuk pengawasan eksekusi teror," ungkapnya (Tribunnews).
ARohan Gunaratna, Kepala Pusat Penelitian International Centre for Political Violence and Terrorism Research Singapura, yang juga analis counter terroris, pada Konferensi Internasional mengenai Rehabilitasi Teroris dan Ketahanan Masyarakat, Selasa (26/3/2013) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 10.000 laman terorisme di internet. Dikatakannya, “Sangat penting bagi kita untuk membangun dalam 10 tahun ke depan kapasitas dan kemampuan untuk melawan kehadiran dan operasi yang meningkat dari kelompok-kelompok ini di dunia maya.”
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan dalam pidato pembukaannya bahwa radikalisasi pribadi melalui paparan yang konstan terhadap pandangan-pandangan radikal di Internet merupakan “fenomena yang meningkat. Situs-situs jihadis dan ceramah dari pemimpin ideologi yang kharismatik dapat diklik dengan mudah,” katanya.
Analisis
Dari beberapa informasi tersebut diatas, nampak bahwa kemungkinan besar kelompok teroris di Indonesia kini mulai bergeser dalam melakukan komunikasi, yang pada awalnya dengan telpon, kini lebih memanfaatkan internet. Kecepatan dan efisiensi serta efektifitas internet sangat menunjang apabila kemudian disalah gunakan. Jarak bukan lagi menjadi halangan. Bahkan masing-masing pengguna bisa langsung bertatap muka dengan skype saat melakukan komunikasi.
Lantas, apakah semua ini akan didiamkan atau hanya sekedar dimonitor seadanya? Pemerintah AS demikian khawatir dengan ancaman terorisme, serta ancaman pencurian data dari negara lain. Kejahatan serta pengaruh yang sangat negatif diperkirakan akan semakin menyebar. Menurut perkiraan pada 2015 dimana 50 persen populasi penduduk Indonesia akan memanfaatkan internet, disamping peningkatan kecerdasan penduduk, jelas kelompok terorisme dapat diperkirakan akan memanfaatkannya juga.
Penulis percaya bahwa pemerintah dalam hal ini Kemeninfo akan semakin giat meningkatkan pengawasan terhadap pemanfaatan internet. Ini jelas bukan sebuah masalah yang mudah dan sederhana pastinya, karena berbicara tentang dunia maya, kita harus bersandar kepada kemampuan pengetahuan tentang dunia maya. Siapkah aparat kita?
Menetralisir ancaman dari dunia maya tidak hanya dapat dilakukan oleh satu atau dua instansi atau lembaga negara. Harus dibangun sebuah sistem, baik yang menyangkut aparat yang menangani informatika, penegak hukum, intelijen, dan militer. Apabila tidak kita sadari atau hanya setengah disadari, maka suatu saat terorisme di dunia maya akan menjadi ancaman negara yang paling serius. Mereka semakin cerdik dan sulit dimonitor. Penembak polisipun belum juga tertangkap. Musuh dimasa mendatang bukan hanya para ahli dari dalam negeri, mereka dengan mudah akan berkolaborasi dengan jaring kekerabatan teror dari dunia internasional, ini yang paling berbahaya. Kesimpulannya, perang dimasa mendatang adalah pertempuran mati hidup di dunia maya.
Pemerintah AS telah menggelontorkan budget tertutup sebesar US$52 milyar untuk kepentingan intelijennya, hanya untuk memonitor dunia maya dalam rangka menetralisir ancaman. Itupun masih kebobolan dengan kasus Snowden. Apakah kita sudah memikirkan hal serupa. Mampu dan sanggupkah kita? Semua ini hanyalah sebuah pertanyaan menggelitik dari penulis dalam menganalisis ramalan ancaman terhadap negara yang kita cintai ini.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel terkait :
-Pelajaran dari Bobolnya Data Intelijen AS oleh Snowden, http://ramalanintelijen.net/?p=7197
-Intelijen Inggris Menyadap Presiden SBY di G-20, http://ramalanintelijen.net/?p=7140
-Umar Patek dan Teroris Indonesia yang Semakin Pintar, http://ramalanintelijen.net/?p=5474