Perampokan Bersenjata di Toko Emas Suranta Medan Terkait Teroris?
14 September 2013 | 7:53 am | Dilihat : 1649
Fadli Sadama, DPO kasus teroris (foto : manado.tribunews.com)
Jumat siang (13/9/2013), telah terjadi aksi perampokan nekat bersenjata di kota Medan. Yang menjadi korban perampokan adalah Toko Emas Suranta di Jalan Pertempuran, Kelurahan Pulo Brayan Kota Medan Barat, Sumatera Utara.
Sejumlah saksi mata mengatakan, keenam perampok yang mengendarai tiga sepeda motor yang di parkir diseberang jalan, di ujung fly over Pulo Brayan. Selanjut nya tiga pelaku berjalan menuju Toko Emas Suranta disusul dua rekannya dari belakang sambil membawa helm masing-masing. Setelah tiba di pintu toko emas tersebut, kelimanya memakai kembali helm dan langsung melepaskan tembakan kearah lemari etalase yang memajang perhiasan emas.
Saat terjadinya perampokan, terdapat lima pegawai toko dan dua pengunjung bernama Ladio la Manik (32) dan Gani (35), warga Jalan Panglima Denai Medan. Perampok menyuruh ketujuh korban untuk tiarap di lantai, dan mereka menguras perhiasan emas dari lemari etalase. Gani yang baru saja menjualkan perhiasan emasnya pun jadi sasaran pelaku, tasnya digeledah dan uangnya sejumlah Rp96 juta dirampas perampok.
Aksi perampokan ini terekam kamera CCTV yang terpasang di sekitar Toko Emas Suranta. Keenamnya menggunakan helm, namun salah satu pelaku sempat terekam saat tengah melepas helmnya. Berdasarkan rekaman itu, kawanan ini beraksi datang dan pergi hanya dalam waktu sekitar tiga menit dan dua detik. Para pelaku juga terlihat berjalan santai saat datang dan pergi. Komplotan ini terlihat beraksi sejak pukul 12.42 WIB. Mereka datang dalam dua gelombang yang berdekatan.
Setelah mengumpulkan emas, lima kawanan itu keluar toko menuju motor. Mereka pergi dalam tiga gelombang, termasuk membawa ransel yang diduga berisi emas hasil rampokan. Kerugian perampokan belum diketahui dengan pasti, ada yang menyebutkan seberat 15 kg emas senilai Rp 7 milyar, dan ada yang menyebutkan 3 kg. Sejumlah warga yang mencoba mendekat terpaksa mundur ketakutan karena pelaku meletuskan senjata apinya ke udara sebanyak dua kali. Keenam pelaku kemudian melarikan diri dengan sepeda motornya naik ke fly over menuju Jalan Cemara.
Menurut informasi, petugas Polresta Medan mengamankan lima buah selongsong peluru dan serpihan pecahan kaca sebagai barang bukti. Petugas juga membawa dua unit CCTV yang terpasang di dinding Toko Emas Suranta.
Dari kasus perampokan yang nekat dan berani tersebut, penulis menjadi teringat dengan perampokan terhadap Bank CIMB Niaga Jalan Aksara Medan pada bulan Agustus 2010 dengan tokoh utamanya teroris Fadli Sadama. Fadli dalam perampokan tersebut bersama beberapa tersangka masuk kedalam Bank, menyandera pegawai Bank di dalam gedung, menembak mati anggota Brimob Polda Sumut Briptu Imanuel Simanjuntak dan melukai dua anggota satuan pengamanan Bank CIMB Niaga, Fahmi dan Muchdiantoro. Para perampok berhasil menguras uang sebesar Rp360 juta, dan menghancurkan laptop bank. Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan, Selasa (27/9), menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada terdakwa teroris Fadli Sadama (29) alias Mahmuddin.
Dalam kerusuhan yang terjadi di Lapas Tanjung Gusta pada hari Kamis (11/7), yang menimbulkan kerusakan parah pada bangunan bagian depan kantor Lapas , para narapidana akhirnya sekitar pukul 18.30 WIB berhasil melarikan diri, termasuk Fadli Sadama. Hingga kini Fadli raib keberadaannya, dan belum tertagkap.
Fadli Sadama ini termasuk teroris yang relatif muda dan berbahaya. Dia masuk kelas narcoterrorism, yang menggabungkan antara teror dan narkoba. Juga diketahui berhubungan baik dengan jaringan terorisme di Asia Tenggara, bahkan Al-Qaeda. Fadli juga diduga memiliki hubungan erat dengan kelompok separatis di Thailand Selatan dan Malaysia. Di Malaysia Fadli bekerjasama untuk pengadaan senjata yang akan dibawa ke Indonesia. Di Thailand, Fadli bekerjasama dengan Patani United Liberation Organization (PULO) dan mempunyai kontak dengan kelompok teroris di Thailand Selatan.
Perampokan bersenjata ini kembali menumbuhkan sebuah tantangan terhadap Polri dengan terjadinya kasus perampokan nekat dan berani tersebut. Yang perlu disadari, dalam melakukan aksinya, para teroris membutuhkan dana operasional, yang diantaranya dilakukan dengan merampok. Kegiatan pengumpulan dana disebut fa'i. Nah, apakah perampokan Toko Emas juga merupakan rangkaian fa'i? Ini sebuah PR pihak kepolisian. Mengingat Medan adalah daerah operasi keras kelompok teror, pendalaman keberadaan Fadli Sadama nampaknya perlu dipertajam. Dari aspek hukum, sebagai penegak hukum Polri memang harus mendasarkan penyelidikan dan penyidikannya dengan fakta-fakta hukum, yang penulis sampaikan adalah indikasi intelijen.
Sebagai informasi tambahan, Fadli mengakui pernah menyelundupkan beberapa senjata laras panjang dari Malaysia, dan mengingat jaringannya yang cukup luas, menurut penulis, Fadli harus dimasukkan sebagai prioritas pengejaran. Bukan tidak mungkin juga dia bisa terkait dengan penembakan polisi yang sedang terjadi. Dia memiliki kemampuan untuk semakin memperkeruh suasana.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Fadli Sadama Napi Narcoterrorism Lolos dari Tanjung Gusta, http://ramalanintelijen.net/?p=7032
-Fadli Sadama, Teroris Perampok CIMB Medan Divonis 11 Tahun, http://ramalanintelijen.net/?p=4007.