Teroris Menumpuk Logistik Untuk Serangan Lanjutan
29 August 2013 | 4:37 am | Dilihat : 777
Kadiv Humas Polda Metro Jaya dengan Senjata Sitaan (tribunnews.com)
Setelah terjadinya penembakan terhadap empat anggota Polri sejak 27 Juli lalu di daerah Tanggerang, Densus 88 semakin gencar melakukan pengejaran terhadap mereka-mereka yang diduga terkait dengan jaringan teror. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F. Sompie dalam pesan singkat kepada media di Jakarta, Selasa (27/8) malam menyampaikan, "Tim Jatanras Polda Riau telah menangkap dua DPO teroris Tanjung Gusta, Abdul Gani Siregar dan Nibras." Kedua DPO tersebut tercatat napi teroris yang berhasil melarikan diri dari lapas Tanjung Gusta.
Penangkapan keduanya dilakukan di Kilometer 68 Desa Tasik Serai, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau. Seperti diketahui keduanya merupakan bagian dari pelaku perampokan Bank CIMB Niaga, Medan (18/8/2010) dan pelaku penyerangan Polsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara (22/9/2010). Penangkapan itu merupakan hasil pengembangan dari pemeriksaan dua DPO teroris yang telah ditangkap di Siak, Riau, Kamis (22/8/2013), yakni Agus Sunyoto (28) alias Syafaruddin alias Agus Gapek dan Ridwan (52) alias Ismail alias Iwan Cina. Dengan tertangkapnya Nirbas, Abdul Gani, dan Agus Sunyoto, daftar napi teroris Lapas Tanjung Gusta yang masih buron tinggal tersisa satu orang, yakni Fadli Sadama.
Seperti diberitakan dalam pengejaran jaringan teror, pada Selasa, 20 Agustus 2013 sekitar pukul 21.30 WIB, team dari Detasemen Khusus 88 telah menangkap empat orang terduga teroris di Cipayung, Jakarta Timur,dimana tokohnya adalah adalah Iqbal Khusaeni alias Ramli alias Rian, alias Rambo (35). Ternyata Iqbal, merupakan kurir, penyulai senjata, selama empat tahun, dimana asal senjata api itu ditemukan di Cipancing, Jawa Barat, tempat pembuatan senpi ilegal.
Pada hari Sabtu (24/8/2013), polisi menyita tiga kardus peluru yang dari Gang Buntu RT 01/06 Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, yang berisi 4.000 butir. Penggerebekan terkait dengan penemuan peluru di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Polisi Rikwanto, di Jakarta, Senin (26/8/2013) menjelaskan bahwa peluru yang disita kalibernya 5,56 dan 7,62 mm. Menurut data, dari kaliber peluru, senjata api dengan kaliber 5,56 mm yang banyak digunakan kelompok teror di Indonesia adalah senapan serbu jenis M-16 buatan AS, sedang senjata dengan kaliber 7,62 mm yang tercatat banyak ditemukan dikalangan teroris adalah jenis AK-47 (Avtomat Kalashnikova) buatan Rusia.
Penggerebekan yang dilakukan merupakan pengembangan penangkapan AW, tersangka kepemilikan ratusan butir peluru di TMII. Lengkapnya, 479 butir peluru kaliber 7,62 mm, pistol kaliber 9 mm, satu tas berisi alat pancing, lima butir peluru karet, lima butir selongsong, 20 butir peluru berbagai jenis, kemudian kerangka pistol dan barang lainnya. Selain itu, tempat ditemukannya kardus berisi peluru tersebut merupakan kontrakan milik AW di Cicendo. AW (46) bersama teman wanitanya meninggalkan sebuah kardus di penginapan Anjungan Jawa Tengah, TMII.
Dari penemuan banyaknya peluru baik senpi panjang ataupun pistol, nampaknya para teroris sedang mempersiapkan logistik khusus berupa peluru senjata api laras panjang, hanya penumpukan senjata api panjang dalam jumlah banyak belum ditemukan keberadaannya. Dari data, pada 9 Februari 2012 Densus menemukan senjata api laras panjang yang disembunyikan di hutan sekitar UI Depok, dan juga ditemukan di Cikampek, juga pernah ditemukan di Sukoharjo.
Karohumas Mabes Polri Brgjen Boy Rafli Amar mengatakan pelaku teror tidak lagi menggunakan bom rakitan melainkan senjata api. Perubahan diketahui setelah ditemukan beberapa dokumen dari teroris, berupa disc, tulisan dan video pelatihan teroris. Dikatakan oleh Boy, penembakan anggota polisi menjadi masuk akal. Teroris mengincar polisi sebagai bentuk balas dendam serta sebagai unjuk eksistensi para teroris.
Dikatakan oleh Boy bahwa teroris cenderung mengincar polisi pembinaan masyarakat (Binmas) dan polisi lalu lintas (Polantas), dua satuan yang dinilai sebagai sasaran lemah. Demikian juga ditempat lain, yang mereka serang adalah polisi lalu lintas. Dari pengembangan pihak polisi, nampaknya belum didapat secara pasti penyerang yang melakukan penembakan dikawasan Tanggerang, hanya diperkirakan senjata di suply dari Cipancing. Dengan didatangkannya dua DPO teroris dari Siak, Riau (Agus Sunyoto dan Ridwan), untuk pengenalan serta identifikasi penyerang, besar kemungkinan penembakan terkait dengan jaringan lama.
Penumpukan logistik berupa ribuan amunisi di Bandung dan ratusan lainnya di Jakarta, khususnya peluru senapan serbu M-16 dan AK-47 di TMII dan Cicendo adalah indikasi intelijen, sangat patut dicurigai mereka sedang mempersiapkan aksi serangan yang lebih serius dan menakutkan terhadap polisi. Logikanya, mereka juga mempunyai dua jenis senjata tersebut. Hanya persoalannya, dimana mereka menyembunyikan senjata tersebut, itulah PR aparat keamanan. Dan mereka akan mengejar dan menyerang target terlemah dikalangan aparat polisi yaitu Satuan Binmas dan Polantas.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Artikel Terkait :
-Kembali Empat Brimob Tewas Ditembak Teroris di Poso, http://ramalanintelijen.net/?p=6150
-Teroris Digebah di Poso, Kapolsek Poso Ditembaki, Gubernur Sulsel Dilempari Bom, http://ramalanintelijen.net/?p=5976
-Teror terhadap Polisi di Solo, Satu Tewas Ditembak, http://ramalanintelijen.net/?p=5632
-Modus Baru Teroris Abu Omar, Menculik dan Menembak, http://ramalanintelijen.net/?p=4323