Mantan Napi Teroris ditangkap di Cipayung
22 August 2013 | 3:24 pm | Dilihat : 524
Ilustrasi penyergapan terduga teroris (foto: strategi-militer.blogspot.com).
Pada hari Selasa, 20 Agustus 2013 sekitar pukul 21.30 WIB, team dari Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri telah menangkap empat orang terduga teroris di Cipayung, Jakarta Timur. Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Humas Mabes Polri, Kombes Pol Agus Rianto, keempatnya yang ditangkap adalah Iqbal Khusaeni alias Ramli alias Rian, alias Rambo (35), Maryono alias Yono (38), Eno Karseno (36) dan Rukiyat alias Yayat (38).
Keempat orang tersebut ditangkap dirumah Iqbal Khusaeni di Jalan Masjid No 25 RT 05/06 Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. "Densus 88 mendapati tiga orang lain berada di rumahnya, sehingga ketiganya ikut ditangkap," kata Agus.
Dalam penggeledahan, Densus 88 juga menyita sejumlah barang bukti, antara lain dua pucuk senjata api pistol Barreta Makarov kaliber 32 dan Walter PPK 765 kaliber 35, dua pucuk air gun jenis pistol, peluru kaliber 22 sebanyak 43 butir, peluru kaliber 32 sebanyak 53 butir, peluru kaliber 32 jenis Colt sebanyak dua butir, dan peluru hampa kaliber 32 sebanyak delapan butir. Selain itu, juga disita sepucuk senapan angin, enam bilah senjata tajam, sebilah celurit, tiga buah notebook, sembilan unit ponsel, dan sebuah CPU komputer.
Menurut Agus Riyanto, Iqbal alias Ramli, diketahui adalah salah satu residivis yang pernah menjalani hukuman terkait kasus terorisme dan divonis 8 tahun, kemudian menghirup udara bebas tahun 2008. Iqbal dipidana karena terbukti merencanakan pembunuhan tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdala dan pendeta Kristen bersama Abdullah Sonata dan Arham.
Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri masih menyelidiki keterkaitan terduga teroris Iqbal Khusaeni dengan maraknya penembakan terhadap aparat kepolisian akhir-akhir ini. "Masih didalami, mudah-mudahan nanti ditemukan keterkaitan IK dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini," kata Kombes Agus. Selain mendalami keterkaitan Iqbal dengan maraknya penembakan terhadap aparat, tim penyidik juga menelisik keterkaitannya dengan peledakan Vihara Ekayana di Jakarta Barat beberapa waktu lalu.
Iqbal alias Ramli dikenal oleh para tetangga dikenal sebagai tukang servis hand phone, tetapi hidupnya berkecukupan. Iqbal yang memiliki kartu identitas asal Lampung itu menurut para tetangga berinteraksi cukup baik dengan warga sekitarnya. Tetapi mereka tidak mengetahi kalau dia residivis teroris. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto, Iqbal juga berhubungan dengan penjual air soft gun yang ditangkap di Depok. Dijelaskan juga bahwa keempat orang itu punya hubungan dengan Sofyan Tsauri maupun kelompok Aceh. "Ya, ada. Masih dikembangkan," kata Rikwanto (21/8/2013).
Pada 14 Agustus lalu, tercatat, polisi telah menangkap NS, perempuan penjual airsoft gun di Jalan Tugu Raya, Depok, Jawa Barat. Belakangan diketahui NS adalah istri kedua Sofyan Tsauri. Sofyan diketahui sebagai seorang desertir dari Satuan Samapta Polres Depok yang bergabung dengan jaringan teroris Aceh. Ia melatih para teroris secara militer di pegunungan Aceh.
Sofyan akhirnya dipecat dari kesatuannya beberapa tahun lalu dengan alasan pelanggaran kasus poligami, sering membolos, dan terlibat dalam gerakan jihad. Awal 2011, dia divonis oleh pengadilan selama 10 tahun penjara karena memperjualbelikan senjata api dan amunisi dengan bantuan oknum anggota Brimob kepada jaringan teroris kelompok Dulmatin (tewas ditembak Densus).
Langkah cepat pengembangan penyelidikan dari Densus patut di apresiasi, nampaknya ada beberapa sel teroris yang membangun "safe house" disekitar Jakarta. Terbukti dari penangkapan di Bekasi dan Cipayung. Hingga kini belum diketemukan siapa pelaku penembakan beberapa anggota polisi, nampaknya titik terang baru merupakan sketsa wajah.
Dari indikasi tersebut, menurut penulis para anggota polisi memang harus lebih ekstra hati-hati dan waspada, mengingat para pelaku penembakan itu sementara akan menyelam dan menunggu saat yang tepat untuk kembali beroperasi. Kemungkinan besar sel penembak adalah para kader aktif yang cukup terlatih untuk melakukan penyerangan. Bisa kader hasil latihan di Poso ataupun tempat latihan yang di Gunung Salak.
Bisa diperkirakan para kader aktif penyerang (agent action) nampaknya mendapat suport dan payung pengaman dari agen pendukung (support agent), sehingga berhasil dengan cepat mengendap. Penulis perkirakan mereka mempunyai safe house di kawasan Tanggerang Selatan ataupun di daerah Depok. Operasi gabungan intelijen perlu dilakukan untuk menggulung jaringan tersebut.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net