Siapa pengganti Anas?

28 February 2013 | 3:19 pm | Dilihat : 403

Setelah Anas menyatakan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, kepemimpinan partai di tingkat DPP sementara akan dipimpin empat orang secara kolektif. Yaitu, Sekretaris Jenderal DPP PD Edhie Baskoro Yudhhoyono (Ibas), Direktur Eksekutif Toto Riyanto, Wakil Ketua Umum DPP PD Max Sopacua, dan Wakil Ketua Umum DPP PD Jhonny Allen Marbun. “Pimpinan kolektif ini sifatnya sementara, kita lihat nanti putusan dari majelis tinggi,” ujar Syarief Hasan yang  Anggota Dewan Pembina PD saat ini menjabat sebagai  Menteri Koperasi dan UKM.

Lantas, siapa yang dipersiapkan untuk menggantikan Anas? Yang jelas ketua umum baru nanti akan sangat berat tugasnya mengarahkan perahu besar ini dalam terpaan gelombang besar untuk sampai dan sukses di tujuan. Keputusan akan lebih kepada kebijakan Pak SBY sebagai Metua Majelis Tinggi. Beberapa nama telah disebut media dan kader PD. Mereka adalah Marsekal TNI (Pur) Djoko Suyanto, yang saat ini menduduki jabatan sebagai Menkopolhukkam, Marzuki Ali, Ketua DPR RI dan Jenderal TNI  Pramono Edhie Wibowo, Kepala Staf Angkatan Darat.

Ketiga figur tadi namanya mencuat dikalangan internal PD. Djoko Suyanto, terkenal bersih dan lebih bijak, cukup berpengalaman karena pernah memimpin TNI sebagai Panglima, dapat dipercaya oleh SBY sebagai teman satu angkatan, sama-sama alumnus Akabri 1973. Persoalannya Djoko bukanlah kader Partai Demokrat, dan ia juga sudah menolak pencalonan tersebut. Djoko menyatakan, "Saya bukan kader Demokrat, saya bukan orang Demokrat. Tidak boleh," katanya. Menurutnya yang pantas menjadi Ketua Umum adalah kader partai itu sendiri.

Djoko mengatakan ingin berkonsentrasi penuh menjalankan tugasnya sebagai Menkopolhukkam yang sangat berat. Apabila Pak Djoko tetap dipaksakan menjadi Ketua Umum dan pelaksanaan melalui KLB, maka akan banyak sanggahan dari para ketua DPD/DPC, seperti yang juga dikatakannya, dia bukan kader PD. Dan apabila ketua umum diangkat langsung oleh majelis tinggi, juga akan terjadi sanggahan dengan mendasarkan kepada AD/ART.

 

Bagaimana dengan Marzuki Ali?. Dr H. Marzuki Alie, SE, MM dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan, pada tanggal 6 November 1955. Suami Hj. Asmawati,SE.MM ini dikaruniahi dua orang putra/putri. Saat ini beliau adalah politisi papan atas Partai Demokrat, dan masih menjabat sebagai Ketua DPR-RI periode 2009-2014. Pendidikan tertinggi S3 diraihnya di Universiti Utara Malaysia, Sintokh, Kedah Malaysia untuk gelar PhD dalam bidang Manajemen dengan disertasinya Marketing Politic.

Karir politik Marzuki Alie di Partai Demokrat dimulai dari bawah sebagai anggota Majelis Pertimbangan Partai Demokrat  Sumatera Selatan tahun 2003, sebagai fungsionaris DPP Partai Demokrat pada tahun 2004, kemudian kariernya semakin menanjak dan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal DPP PD (2005-2010) dalam Kongres I di Bali. Marzuki kemudian dipercaya oleh Pak SBY menjadi  Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat 2010-2015.

Marzuki mengakui bahwa dia terlalu lepas dan tanpa tedeng aling-aling dalam mengutarakan segala sesuatu, dia mengatakan pernah diarahkan oleh SBY. Akan tetapi sejak menjadi kader Partai Demokrat karier dan kesetiaannya di PD tanpa cacat, dia merupakan salah satu kader terbaik yang dimiliki oleh partai berlambang mercy ini.

 

 

Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. Putra pahlawan Sarwo Edhie yang juga adik dari Ibu Negara Ani Yudhoyono ini masih aktif menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Penulis mengenalnya sejak kecil, dan dia adalah sosok yang merupakan copy dari ayahnya, prajurit yang lurus-lurus, tepatnya profesional. Jenderal Kopassus yang lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 5 Mei 1955 ini kini berumur 57 tahun. Kira-kira dua bulan lagi Edhie akan pensiun. Ditengah badai yang menerpa partai pimpinan kakaknya, Edhie tetap menyatakan lebih berkonsentrasi kepada tugasnya sebagai Kasad.

Pramono Edhie pada beberapa waktu terakhir ini banyak disebut sebagai salah satu kandidat capres Partai Demokrat. Dan kini namanya dimasukkan sebagai salah satu nominator pengganti Anas. Dalam posisinya kini, Edhie dan Djoko Suyanto sama, keduanya bukan kader partai Demokrat. Itulah hambatan utamanya dikalangan kader lainnya. Akan tetapi apabila Pramono Edhie berhasil dijadikan Ketua Umum PD, diperkirakan kondisi PD akan segera membaik dan konsolidasi internal akan segera terwujud. Tanpa persatuan dan kesatuan serta kerjasama yang erat, akan sulit bagi PD untuk mencapai target perolehan suara seperti yang disampaikan Ketua Dewan Pembina PD,  SBY pada saat Silatnas (14-15 Desember 2012) di Sentul, yang menetapkan target perolehan suara minimal 15 persen untuk Pemilu 2014.

Penulis pernah menyusun artikel khusus yang menyoroti Pramono Edhie dengan judul "Demokrat mau Bangkit, jadikan Pramono Edhie Ketua Umum" (http://ramalanintelijen.net/?p=6125).

Dengan demikian dari tiga calon terkuat tersebut diatas, nampaknya kini  tersisa dua calon sebagai kandidat terkuat Ketua Umum Partai Demokrat. Nama lain yang disebut yaitu Pakde Karwo (saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur) akan sulit menandinginya. Yang menarik perhatian kadang langkah SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi sulit diduga. langkah pengambil alihan kendali PD dari Anas merupakan sesuatu diluar dugaan banyak pihak, yang pada awalnya mengira  akan dilakukan KLB. Demikian juga mekanisme pemilihan Ketua Umum yang oleh banyak pihak memperkirakan akan dilakukan melalui mekanisme KLB. Bisa saja alurnya akan berbeda.

Partai Demokrat masih mempunyai waktu hingga awal April 2013, dimana untuk keabsahan pengajuan calon anggota legislatif (caleg) kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU), akan sah apabila ditandatangani oleh ketua umum dan Sekjen. Pergeseran di Partai Demokrat diperkirakan akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung kepada beberapa jabatan kabinet dan TNI. Menjelang pemilu 2014, dibutuhkan soliditas dan keyakinan pemilu akan berlangsung dengan tertib dan aman. Stabilitas keamanan akan banyak dipengaruhi oleh siapa yang duduk di posisi Mabes TNI, Mabes TNI AD, Kementerian Pertahanan, Mabes Polri, Kemenkopolhukkam, dan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme). Kemungkinan disitulah bisa diperkirakan bisa terjadi pergeseran.

Demikian sedikit ulasan yang penulis susun, semoga ada manfaatnya bagi pembaca sekalian.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi gambar : nasional.kompas.com

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.