Lembaran Baru Anas itu Apa?
25 February 2013 | 12:04 pm | Dilihat : 523
Pada saat menyampaikan tanggapan sehubungan dirinya dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK, Anas membuat pernyataan yang cukup panjang. Dari pernyataan tersebut, penulis coba mencuplik beberapa yang berkaitan dengan judul, tentang lembaran barunya.
Bagian pernyatan tersebut "Saya yakin posisi tersangka saya itu lebih karena faktor-faktor non hukum yang saya yakini, tetapi saya punya standar etik pribadi. Standar etik pribadi saya kalau saya punya status hukum sebagai tersangka maka saya akan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Di hari-hari ke depan akan diuji pula etika Partai Demokrat. Etikanya yang bersih cerdas dan santun. Akan diuji oleh sejarah apakah bersih atau tidak, bersih atau korup. Akan diuji partai yang cerdas gagasan bangsa. Apakah Demokrat ini santun atau sadis dalam politik. Yang paling penting, tidak ada kmarahan dan kebencian. Keduanya jauh dari rumus politik yang saya anut. Mudah-mudahan dianut juga oleh kader-kader Partai Demokrat.
Ada yang berpikir bahwa ini adalah akhir dari segalanya. Hari ini saya nyatakan, ini baru permulaan. Ini baru sebuah awal langkah-langkah besar. Ini baru halaman pertama. Masih banyak hal lainnya yang kita buka bersama untuk kebaikan bersama."
Dari pernyataan serta sikapnya, Anas menunjukkan bahwa kasusnya berasal dari faktor-faktor non hukum. Lebih jelasnya di wilayah politik. Dengan menggunakan standar etik peribadinya maka dia menyatakan berhenti, bukan mengundurkan diri. Kata 'berhenti' berarti pengunduran diri subjektif tanpa syarat yang melatarbelakangi, sedangkan mundur terdapat kondisi objektif bersyarat. Istilah ini berlaku pada istilah jabatan politik kelas puncak. Dengan kata ini, Anas juga lebih manly (jantan), (DR Irmanputra Sidin). Jadi Anas melepas jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat karena kesadarannya, tanpa syarat. Kemudian dia menyatakan sebagai orang yang bebas.
Berarti Anas menempatkan dirinya lepas dari Partai Demokrat dengan gagah dan dia menyatakan ini sebagai langkah awalnya, dan akan membuat langkah-langkah besar lainnya. Tersirat dia tidak dendam, karena langkahnya selama ini lebih kepada sebuah strategi kepintaran politik belaka, dan dia faham dengan resikonya. Mungkin Anas sudah mempunyai plan-B setelah Plan-A gagal. Mengingat pembimbing politiknya Akbar Tandjung juga masih bisa berkibar kembali, nampaknya Anas akan menirunya. Anas akan menyelesaikan persoalan dengan KPK, kemudian menerima resiko dan selanjutnya dia akan kembali muncul sebagai politisi ulung yang lebih matang.
Anas bisa 'come back' ke Partai Demokrat tetapi dia bisa juga bergabung ke parpol lain. Targetnya bukan lagi 2014 seperti yang penulis pernah tuliskan, baca, " Anas for President 2014?Catatan Pray Akhir Tahun 2010." (http://ramalanintelijen.net/?p=1677), tetapi akan bergeser menjadi tahun 2019, masih memungkinkan karena dia masih muda.
Setelah menyatakan berhenti, nampak beberapa elit politik mengunjungi Anas sebagai tanda simpati. Selain Akbar Tandjung (Ketua Dewan Pembina Golkar) yang berkunjung pada Jumat malam, juga terlihat berkunjung kekediaman Anas, Prof Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi) serta Hary Tanoesudibyo (Ketua Dewan Pertimbangan Partai Hanura), Priyo Budi Santoso (Wakil Ketua DPR) serta mantan Ketua BPK Anwar Nasution. Juga Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustofa serta dua politisi Hanura Yuddhy Chrisnandy dan Erik Satya Wardana yang hampir berbarengan datang ke rumah Anas di Jalan Teluk Langsa, Duren Sawit, Minggu (24/2/2013).
Yang menarik adalah pernyataan dari Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin yang mengatakan Anas akan melakukan perlawanan tidak mau menjadi korban sendirian. Din Syamsuddin mengatakan penetapan Anas sebagai tersangka tidak luput dari proses politik, karena itu dia mendorong agar Anas membuka seterang-terangnya kasus tersebut. Apa yang akan disampaikan pada halaman-halaman berikutnya itu sangat penting untuk mengungkap sejarah politik Indonesia."
Menurut Din, sebagai bekas komisioner KPU dan Ketua Umum Demokrat, Anas pasti mengetahui banyak informasi soal Partai Demokrat dan SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Din Syamsuddin mengatakan bahwa kini semua tergantung Anas, dia meyakini "Membaca pernyataan konferensi pers Anas kemarin, sangat menarik. Ia kelihatannya melawan dan memulai lembaran-lembaran yang perlu dibuka."
Nah, dengan beberapa informasi tersebut diatas, pertanyaannya, apakah langkah Anas selanjutnya akan buka-bukaan? Menurut penulis Anas akan mengopi langkah Akbar Tandjung, sabar dan tetap sebagai politisi cerdik dan berkelas. Anas walau bagaimanapun kondisinya pernah menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dalam posisinya itu dia sederajat dengan Ibu Megawati, Wiranto, Surya Paloh, Muhaimin, Aburizal Bakrie dan ketua umum parpol lainnya. Dari pengunjung yang bersimpati, nampak para elit politik berkelas yang mendatanginya. Anas hanya menunggu dan menjalani proses hukumnya, setelah itu kemungkinan besar dia akan dilamar parpol lainnya.
Jadi Anas penulis perkirakan tidak akan melakukan serangan balik frontal kepada keluarga besar Partai Demokrat dan Pak SBY. Dia walau bagaimanapun pasti masih segan kepada Pak SBY, dan masih menghitung power SBY sebagai presiden. Anas sudah merasakan ketidak berdayaannya dalam menghadapi kekuatan dan kekuasaan yang selama ini justru menjadikannya besar. Mimpi besarnyapun kemudian lenyap karena kesalahan strategi.
Paling jauh Anas hanya melakukan sindiran politik saja, seperti menyentil soal fitnah dan terzolimi. Anas akan "cooling down" dan memperbaiki citranya dengan berbicara soal-soal kebangsaan dan pengabdian kepada bangsa dan negara. Penulis rasa tidak perlu Anas mendengarkan saran-saran yang justru akan membenturkannya kembali kepada SBY, benjut cukup sekali saja, diobati dan kemudian nanti setelah semua menilainya positif, maka mulailah start kembali menari salsa yang berjudul "akal-akalan politik," itu saja kok.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : jabar.tribunnews.com