Lembaga Survei; Elektabilitas Demokrat dan PKS Terus Turun

21 February 2013 | 12:14 pm | Dilihat : 914

Partai Demokrat dan PKS adalah dua parpol  yang sedang mengalami masalah serius pada beberapa waktu terakhir. Konflik internal yang terjadi antara Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum dengan beberapa elit senior memberikan gambaran serta kesan negatif kepada publik, serta simpatisannya. Pada akhirnya Pak SBY sebagai Ketua Majelis Tinggi partai itu terpaksa turun tangan langsung dan mengambil alih kendali. Ketidak berdayaan para elit PD dalam menyelesaikan penurunan secara drastis elektabilitas dalam waktu setahun terakhir berakibat timbulnya konflik internal. Kasus tersebut menunjukkan bahwa mesin politik partai tidak bekerja dengan semestinya.

Setelah tercitrakan beberapa elit terlibat korupsi, SMRC menunjukkan elektabilitas PD hanya berkisar 8,3 persen pada survei bulan Desember 2012. Yang banyak dipertanyakan setelah kendali diambil alih oleh majelis tinggi, apakah penurunan elektabilitas akan kembali naik atau justru turun. Inilah yang akan penulis bahas.

Selain PD, demikian halnya keruntuhan terjadi pada Partai Keadilan Sejahtera. Setelah presiden PKS Lufti Hasan Ishaaq ditangkap KPK di Kantor DPP PKS Jl.TB Simatupang pada hari Senin (30/1/2013), PKS langsung mengangkat Anis Matta menggantikan Lutti Hasan Ishaaq. Timbul juga pertanyaan apakah popularitas serta elektabilitas PKS akan tetap turun atau naik?

Nah, kedua pertanyaan tersebut agak terjawab, dimana Lembaga Survei Jakarta (LSJ) yang melakukan survei  pada 9-15 Februari 2013 terhadap 1.225 responden menunjukkan bahwa hanya 6,9% responden yang akan memilih Partai Demokrat sebagai partai pilihannya pada Pemilu 2014. Selain itu  hanya 2,6% yang akan memilih PKS pada pemilu 2014. Survei ini dilakukan pada 33 provinsi di Indonesia. Margin error plus minus 2,8% dan level confidence 95%. Peneliti senior LSJ Rendy Kurnia menyatakan di Jakarta, Selasa (19/2/2013), bahwa kisruh dalam tubuh Demokrat pasca pengambilan kendali partai oleh Ketua Majelis Tinggi dari Anas Urbaningrum diapresiasi negatif oleh publik.

PKS juga mengalami masa yang sulit dengan turunnya elektabilitas dalam menuju ke Pemilu 2014. "Ini terjadi setelah terbongkarnya kasus impor daging sapi yang melibatkan mantan Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaaq," kata peneliti LSJ lainnya, Igor Dirgantara. Menurut  Igor, hal tersebut  menyebabkan publik mulai tidak mempercayai jargon PKS sebagai 'partai bersih'. Hanya 15,7% responden yang masih yakin PKS sebagai partai bersih, sedangkan 66% mengaku tidak yakin, dan 18,3% lainnya memilih tidak tahu.

Hasil survei lengkap LSJ mengenai elektabilitas parpol jika pemilu dilakukan hari ini mempersepsikan Golkar tetap dengan perolehan tertinggi sebesar 18,5%, PDIP 16,5%, Gerindra 10,3%, Demokrat 6,9%, Hanura 5,8%, Nasdem 4,5%, PKS 2,6%, PAN 2,5%, PAN 2,4%, dan PKB 1,8%.

Dari hasil survei tersebut, terlihat bahwa apabila dipergunakan survei SMRC sebagai acuan awal, secara kasar nampak  elektabilitas Partai Demokrat semakin terdegradasi dari 8,3 persen menjadi 6,9 persen. Dan PKS berada diambang bahaya, hanya mendapat apresiasi persepsi 2,6 persen pada survei LSJ. Dari hasil survei Charta Politika (8-22 Juli 2012) elektabilitas PKS berada di posisi keenam, mendapat pesepsi  3,9 persen. Sementara hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate menyebutkan PKS mendapat persepsi 6,9 persen.

Dengan demikian maka efek longsornya citra kedua parpol kuat tersebut masih agak sulit ditahan. Kini hanya kerja keraslah yang dapat membuat barrier penahan dan kemudian diusahakan menaikkan citra serta elektabilitas. Mungkin langkah terbaiknya Anas sebagai tokoh yang dianggap bersalah mengurangi muncul di media, tidak perlu menunjukkan legitimasinya yang terkesan melawan SBY. Cooling down lebih baik dibandingkan dengan menunjukkan masih berkuasa. Citranya terlanjur terbentuk negatif di publik, butuh waktu untuk mengangkatnya.

Hal lain yang menarik perhatian dari survei ini adalah elektabilitas Partai Gerindra mengungguli Partai Demokrat dengan 10,3 persen, dan Hanura serta Nasdem makin mampu berkiprah. Hanura yang kini diperkuat Hary Tanoesudibjo diperkirakan akan semakin naik elektabilitasnya pada waktu-waktu mendatang. Dominasi partai nasionalis jauh mengungguli parpol berbasis massa Islam yang hanya memperoleh apresiasi persepsi publik dibawah tiga persen. Tanpa adanya upaya keras, akan sulit mengangkat elektabilitas, berbeda sangat mudah runtuhnya.

Nah kita akan melihat perjuangan sepuluh parpol yang akan bertanding pada pemilu 2014 nanti, konstituen akan tidak menyukai parpol yang elitnya terlibat korupsi atau kasus negatif lainnya, terjadinya konflik internal atau tidak solidnya parpol, serta seberapa besar sebuah parpol menjanjikan adanya perubahan. Rakyat tetap akan melihat figur sebuah parpol yang bersih serta kapabel dalam membenahi negara. Ini menunjukkan bahwa pada era demokrasi, rakyat Indonesia secara perlahan mulai lebih melek politik. Berarti semakin berat tugas para elit parpol itu.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi gambar : rimanews.com

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.