Peluang Coup Dâetat di Partai Demokrat
8 February 2013 | 8:28 am | Dilihat : 424
Pengertian Coup D’etat dalam bahasa Indonesia adalahh kudeta. Sejarah Indonesia menorehkan catatan pahit saat terjadinya Coup pada tahun 1965, PKI menyatakan mengambil alih pemerintahan yang diumumkan oleh Letkol Untung. Kudeta tersebut yang dikenal dengan nama G30S/PKI gagal dan meyebabkan jatuhnya korban puluhan dan bahkan ratusan ribu jiwa.
Pengertian Coup D’etat secara umum adalah adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa “penggambilalihan kekuasaan”, “penggulingan kekuasaan” sebuah pemerintahan negara dengan menyerang (strategis, taktis, politis) legitimasi pemerintahan kemudian bermaksud untuk menerima penyerahan kekuasaan dari pemerintahan yang digulingkan. Kudeta akan sukses bila terlebih dahulu dilakukan konsolidasi dalam membangun adanya legitimasi sebagai persetujuan dari rakyat serta telah mendapat dukungan atau partisipasi dari pihak non-militer dan militer.
Kudeta terhadap pimpinan nasional sebuah negara bisa juga berlangsung di sebuah organisasi, termasuk partai politik. Ada perbedaan coup terhadap negara dibandingkan dengan coup di sebuah partai politik. Kekuatan parpol lebih disandarkan kepada kekuatan hukum/pengakuan negara terhadap kepemimpinan parpol tersebut. Perselisihan kepemimpinan parpol pernah terjadi di PKB, dimana kekuasaan Gus Dr sebagai Ketua Dewan Syura PKB berhasil dilumpuhkan oleh Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Dewan Tanfidz (Ketua Umum). Baca artikel penulis “PKB Yang Dulu Hebat, Kini…?”, http://ramalanintelijen.net/?p=1402. Para pengurus yang dulu taklid atau ngikut Gus Dur akhirnya ngikut ke Muhaimin demi sebuah kepentingan.
Nah, kini penulis melihat sebuah konflik nyata tapi terselubung antara kelompok Pengurus DPP dengan kelompok Dewan Pembina. Dalam kasus anjloknya elektabilitas Partai Demokrat dalam survei SMRC menjadi hanya 8,3 persen, publik bisa melihat perseteruan antara empat menteri PD yang berseberangan dengan Anas, Ketua Umum. Para Menteri berbicara lebih vulgar, dengan bahasa sangat terang, kesimpulannya ingin Partai Demokrat diselamatkan. Media menyimpulkan ada kekuatan yang ingin Anas lengser.
Sementara Anas sebagai politisi yang gayanya (begitulah), dengan cerdik mengangkat cerita Politik Sengkuni, yang secara halus menyindir dan menempatkan lawan politiknya sebagai orang culas, menipu, membohongi, bak kisah Senguki yang berhasil mengusir Pandawa. Dia juga dengan tetap kalem mengatakan membaca sebuah hasil survei agar jangan “kesurupan” (biasanya dikenal kemasukan setan). Nah walau bahasa Anas tidak menyerang langsung, tetapi dia mampu menempatkan dirinya dalam posisi politik yang jauh lebih baik dibandingkan empat menteri yang berseberangan dengan dirinya. Piawai, barangkali itu istilahnya.
Konflik semakin terang setelah Pak SBY kembali ke tanah air dari lawatanya ke Saudi (umrah) dan Mesir. Pada hari Kamis (7/2) malam, Pak SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat mengumpulkan para elite PD di Cikeas. Sementara di sisi lain, Ketua Umum Anas Urbaningrum kumpul bareng para pimpinan DPD PD di rumahnya di wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur. Inilah sikap politik Anas dalam penggambaran psikologis bahwa dia juga mengisyaratkan dirinya masih didukung para pengurus Demokrat di jajaran DPD.
Anas nampaknya memang sedang menyusun kekuatan dukungan arus bawah dalam menghadapi kemungkinan terburuk yang akan menimpa dirinya, khususnya dalam mempertahankan jabatannya sebagai Ketua Umum. Dia ingin menunjukan kepada para petinggi PD lainnya, bahwa Anas jangan disepelekan, kasarnya jangan macam-macam dengan Anas. Dalam teori Coup D’etat, yang akan diserang adalah legitimasi. Anas mulai menyerang legitimasi lawan politiknya. Dalam kasus PKB, Cak Imin mampu mengambil alih kontrol penuh PKB dan meniadakan pengaruh Ketua Umum Dewan Syuro terhadap PKB dan jajarannya melalui jalur hukum, setelah adanya pengakuan dari Depkumham dan KPU.
Lantas, apakah mungkin Anas mampu mengambil alih, menggulingkan kekuatan serta kekuasaan Dewan Pembina agar tidak mampu menggulingkan dirinya sebagai Ketua Umum. Beberapa informasi menyebutkan bahwa sejak menjadi Ketua Umum, Anas rajin melakukan safari ke DPC dan DPD partainya, dan dia melakukan pendekatan serta meyakinkan pengurus daerah yang kini menunjukkan kesetiaan terhadap dirinya. Bahkan ada yang menyebutkan ambisinya untuk maju sebagai capres pada 2014. Anas nampaknya sulit bisa dipaksa mundur kini, karena menurut beberapa pendukungnya, pelengseran melalui jalan KLB hanya bisa dilakukan apabila diusulkan oleh pengurus DPC/DPD. Dalam kasus Hambalangpun, KPK belum bisa menjeratnya, walau mantan orang terdekatnya (Nazaruddin) terus menuduhnya macam-macam.
Hari Jumat (8/2) ini rencananya Pak SBY akan mengundang para anggota majelis tinggi, dimana Anas menjadi wakil ketuanya juga akan diundang. Menurut anggota Dewan Pembina PD Syarif Hasan usai bertemu SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/2/2013) malam, SBY sudah mempunyai solusi dalam menyelesaikan kemelut PD. Dikatakannya, “Ya menata kembali bagaimana integritas para kader. Bagaimana agar etika politik dari Demokrat itu dijalankan secara konsisten. Politik PD itu kan santun, bersih dan cerdas,” ujar Syarif mengatakan, opsi tersebut merupakan solusi dari SBY untuk menata kembali PD. “Dan juga bagaimana melakukan manajemen organisasi untuk konsolidasi semua kader demokrat,” imbuhnya.
Itulah kondisi Partai Demokrat terkini. Kubu Anas nampaknya secara politis lebih firm dalam menghadapi petinggi-petinggi PD lainnya, dia merasa kokoh dengan dukungan pengurus bawah, sementara elit kelas atas yang berseberangan dengannya tidak mampu mengambil keputusan dan hanya bersandar kepada SBY sebagai Ketua Dewan Pembina. Secara tidak langsung kini para elit Demokrat lebih menempatkan Anas posisinya berseberangan dengan SBY. Apakah konflik akan pecah, nampaknya tidak dalam waktu yang cepat. Dengan sikapnya, Anas mulai menurunkan derajat legitimasi lawannya, dan jelas akan berakhir pada Ketua Dewan Pembina apabila kemudian keputusan terhadap dirinya diambil secara emosional.
Jadi kita tunggu langkah Pak SBY yang semakin berat, dimana para pembantu di Kabinet dari partainya tanpa sadar telah memasukkan SBY ke dalam “killing ground.”Dia bisa saja nanti ditembaki ramai-ramai dengan isu negatif. Kecil kemungkinan SBY akan memaksa Anas mundur, karena SBY mengatakan selalu menjaga penerapan demokrasi. Yang terpenting dibaca adalah signal Anas dalam status BBnya, Politik Sengkuni adalah isyarat, bahwa perang “Bharata Yudha” dimulai dengan pembohongan Sengkuni kepada Pandawa yang jujur, dia memosisikan dirinya sebagai Pandawa yang jujur dan sakti. Apabila politik Sengkuni diteruskan, maka perang saudara akan terjadi, begitu kira-kira membacanya.
Sebagai penutup, menurut penulis, apakah SBY kini memerankan dirinya sebagai Batara Kresna, dewa Wisnu yang sakti mandraguna…loooh kalau begitu membela Anas? Pintar memang Anas ini. Tapi biarlah Pak SBY tetap menjadi SBY, dia Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang sedang kisruh, tapi yang perlu diingat dia juga presiden yang mempunyai perangkat lengkap. Anas, kalau tambah nekat akan menghadapi tembok besar yang keras dan tak bertepi, salah-salah bisa benjut dia. Kita tunggu episode Demokrat ini, menarik memang.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : sindikasi.net