Terduga Teroris menculik Anak Penyanyi Nazar dan Musdalifah
28 January 2013 | 11:52 pm | Dilihat : 556
Akhirnya drama penculikan anak kandung Muzdalifah yang juga anak tiri Nazar penyanyi yang berasal dari KDI ditemukan team Resmob Polda Metro Jaya, di Jl S Parman, Narogong Cileungsi, Bogor pada Sabtu (26/1) pada pukul 03.30 WIB. Siti Nurjanah atau Nana (10 th) diculik sejak Kamis (17/1) pagi dari Jalan Ahmad Yani SDN 6, Kelurahan Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Salah satu pelaku atas nama Fadlun Hariyanto (29), terpaksa ditembak kakinya karena berupaya lari saat disergap aparat Subdit Resmob Polda Metro Jaya dari tempat persembunyiannya tersebut. Sementara penculik lainnya yang bernama Asep sempat melarikan diri.
Dalam penangkapan tersebut, polisi menemukan beberapa benda yang diduga dapat dikaitkan dengan kelompok teroris. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Putut Eko Bayuseno mengatakan, "Pelaku kelahiran Jambi tahun 1983, tapi KTP-nya banyak. Di laptop ditemukan buku-buku cara membuat bom sederhana," katanya. Selain itu, polisi juga menemukan barang bukti terkait dengan pembuatan bom, yakni tujuh buku bertema jihad, 3 kantung bahan kimia yang diduga potasium, dan satu gulung alumunium foil, serta sebuah air shot gun revolver. Selain itu, ada dua lembar foto korban, dokumen pengiriman ekspedisi, dan Yamaha Mio berpelat nomor B-6450-TUB serta jas hujan dan lakban.
Penculik, Fadlun Haryanto saat menjalani pemeriksaan mengatakan bahwa penculikan bermotif uang. Pelaku melakukan penculikan terhadap anak kandung pengusaha Muzdalifah itu karena dia terinspirasi dari kehidupan keluarga korban yang kaya yang dilihatnya di TV.
Fadlun membantah bahan peledak potasium yang disita dari rumah kontrakannya tersebut akan digunakan untuk membuat bom. Dia juga membantah terlibat jaringan teroris. "Buat bahan sablon," katanya di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (26/01). Ketika ditanya dengan penemuan cara membuat bom sederhana di laptop merek Toshiba miliknya, tersangka kelahiran Jambi itu mengatakan, hanya sekedar ingin tahu. "Hanya sekedar ingin tahu saja bukan mau bikin bom," kata Fadlun.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Putut Eko Bayuseno menyatakan akan berkoordinasi dengan tim Densus 88 Mabes Polri, terkait dugaan jaringan terorisme dengan pelaku. "Dugaan itu masih kita dalami dengan kerjasama tim Densus 88 Mabes Polri," jelasnya.
Dalam kaitan kasus penculikan tersebut, penulis melihat dua hal yang patut di dalami dan diwaspadai. Pertama, untuk sementara motif penculikan karena melihat Muzdalifah serta suaminya Nazar selalu masuk infotainmen dengan berita-berita glamor, rumah besar, mobil bagus, harta banyak. Tanpa mereka sadari mereka kemudian menjadi target operasi para penculik tersebut. Muzdalifah dan Nazar nampaknya siap akan membayar tuntutan penculik sebesar Rp 4 miliar. Dan setelah anaknya ditemukan, uang tersebut disumbangkannya kepada mesjid. Itulah kelemahan orang berada tetapi tidak faham dengan sekuriti. Penjahat dengan motif apapun akan mengincar OKB kelas-kelas seperti itu. Sebenarnya tidak perlu kekayaan dipertontonkan kepada media, sekedarnya saja.
Kita belum tahu, Fadlun dan Asep yang sedang didalami oleh Densus, apakah penjahat biasa atau penjahat yang mempunyai jaringan luas. Yang lebih berbahaya apabila mereka betul menjadi jaringan terorisme yang masih terus eksis di Indonesia. Walaupun membantah, beberapa bukti tersebut menunjukkan adanya kemungkinan keterkaitan mereka dengan sel teroris. Apabila dalam pembuktian, Densus berhasil mengungkap mereka, jelas ini sebuah perkembangan baru yang sangat berbahaya. Uang tuntutan sebesar 4 miliar sebuah jumlah yang sangat besar apabila dipergunakan untuk kegiatan teror, untuk latihan di Poso saja mereka hanya mendapat dukungan uang kader aktifnya dari Medan sebesar Rp 600 jutaan. Bayangkan apabila mereka mempunyai Rp 4 miliar.
Selama ini dalam pencarian dana untuk kegiatan teror, para support agent (kader aktif) teroris mencarinya dengan melakukan perampokan dan terakhir melakukan pembobolan situs Forex. Penculikan anak orang kaya apabila nanti terbukti benar dilakukan kelompok teror, jelas sangat perlu didalami karena sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keresahan yang luas.
Jadi kesimpulannya, janganlah kita memamerkan kekayaan kita kepada khalayak ramai, dimana akhirnya kita akan menjadi bangga dan kemudian berubah menjadi sombong. Kesombongan jelas suatu hal yang sangat tidak disukai oleh Allah. Boleh dan memang baik bila kita menyumbang, berbagi kepada mereka yang memerlukan. Tetapi jangan dilupakan, tangan kanan memberi tangan kiri tidak perlu tahu. Itulah kesimpulannya, penjahat, penculik dan kelompok teror banyak yang mencari uang dengan menghalalkan cara, jangan sampai kalau kaya dijadikan target mereka. Semoga bermanfaat untuk pemikiran keamanan.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi gambar : jakarta.tribunews.com