Posisi Parpol dan Tokoh yang Bergulat di 2014
16 January 2013 | 10:02 am | Dilihat : 2575
Kalau kita menyebut 2014, masyarakat Indonesia pasti mengaitkan dengan pemilu dan pilpres. Nah, KPU (Komisi Pemilihan Umum) dengan gagah berani dan katanya independen, tanpa ada embelan apa-apa sudah mengumumkan hasil verifikasi parpol peserta pemilu serta pemberian nomor urut sebagai peserta. Pada Senin (7/1) malam hingga Selasa dini hari, ditengah hujan interupsi, KPU telah menetapkan 10 parpol yang menjadi peserta Pemilu 2014 dalam rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil verifikasi parpol bertempat di Kantor KPU Jakarta.
Ketua KPU Husni Kamil Manik juga mengumumkan bahwa 24 parpol tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi peserta Pemilu 2014. Partai yang dinyatakan lolos verifikasi menjadi peserta Pemilu 2014 terdiri atas 9 parpol yang kini sudah bertengger di parlemen dan satu lainnya parpol baru yakni Partai Nasional Demokrat (NasDem). Memang persyaratan bagi parpol untuk menjadi peserta pemilu 2014 dirasakan perpol baru semakin berat. Mengacu pada persyaratan yang diatur oleh Undang–Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, untuk bisa lolos verifikasi dan sah sebagai peserta pemilu, persyaratan berat yang harus dipenuhi parpol di antaranya, harus punya 100% kantor dan pengurus di seluruh provinsi, 75% di setiap provinsi,dan 50% di setiap kabupaten/kota.
Kemudian pada Senin (14/1/2013) siang, ke sepuluh parpol tersebut telah diundi dan mendapatkan nomor undian secara adil dan terbuka. Dengan disaksikan para pimpinan parpol serta para pendukungnya, hasil nomor urut parpol tersebut adalah 1: Partai Nasional Demokrat (Partai Nasdem), 2: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), 3: Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 4: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), 5: Partai Golongan Karya (Partai Golkar), 6: Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra), 7: Partai Demokrat, 8: Partai Amanat Nasional (PAN), 9: Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 10: Partai Hati Nurani Rakyat (Partai Hanura).
Yang menarik pada para peserta pemilu 2014, Partai NasDem menjadi satu-satunya parpol baru yang berhasil lolos menghadapi sergapan verifikasi ketat KPU. Memang NasDem sejak lahirnya sebagai ormas diseluruh Indonesia telah mampu menarik minat masyarakat, dengan tagline perubahan. Yang jelas NasDem di punggawai oleh banyak elit parpol senior, dengan dua tokoh kunci Surya Paloh dan Hary Tanu. Keduanya memiliki media dan dukungan modal yang kuat.
Mari kita lihat sekilas siapa parpol yang berpeluang maju menjadi papan atas dan menengah pada 2014 nanti. NasDem sebagai parpol baru telah mendapat apresiasi masyarakat, dalam hasil survei Charta Politika (8-22 Juli 2012), NasDem berada di posisi kelima dengan dukungan 4,3%. Sementara posisi pertama hingga empat berturut-turut ditempati Partai Golkar dengan 18%; Partai Demokrat 12,5%; Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 10,8%; dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 4,7%.
Selanjutnya elektabilitas PKS di posisi keenam hanya mendapat pesepsi 3,9%; Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2,7%; Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 2,6%; Partai Amanat Nasional (PAN) 1,9%; dan Partai Hati Nurani rakyat (Hanura) 1,6%. Sisa dukungan responden terbagi ke sejumlah parpol kecil, yakni 2,7%, sedangkan responden yang mengaku belum menentukan dukungan atau tidak menjawab sebanyak 34,4%.
Dari hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), yang diumumkan pada 14 Oktober 2012, posisi empat besar pada Pemilu 2014 akan dikuasai oleh parpol berhaluan nasionalis, yaitu Partai Golkar, PDIP, Demokrat, Gerindra dan NasDem. Parpol Islam mulai tergerus baik secara kepartaian maupun popularitas figur. Demikian juga dukungan para tokoh nasionalis masih jauh lebih tinggi dibandingkan tokoh Islam. "Ini pertama kalinya sejak Pemilu 2004, Pemilu 2009, dan pada survei sebelumnya, partai politik Islam tak satu pun yang masuk ke dalam lima besar dukungan publik. Pada survei Oktober 2012, dukungan partai Islam di bawah lima persen," ujar peneliti Adjie Alfaraby di kantor LSI, Jakarta Timur, Minggu (14/10/2012).
Pada Pemilu 2004, partai Islam seperti PKB mampu bertengger di posisi ketiga dengan dukungan suara 10,6 persen, PPP di posisi keempat dengan 8,1 persen. Posisi kesatu diduduki Golkar dengan 21,58 persen dan posisi kedua PDIP dengan 18,53 persen. Sementara parpol Islam lainnya masih berjaya, PKS 7,34 persen dan PAN mendapat 6,44 persen. Pada Pemilu 2009, partai Islam pun masih menempati posisi lima besar yang diwakili PKS sebesar 7,9 persen pada posisi keempat. Posisi kesatu dikuasai Partai Demokrat dengan 20,85 persen, kedua Golkar dengan 14,45 persen dan ketiga PDIP dengan 14,03 persen. PAN mendapat perolehan suara 6.0 persen. PPP turun menjadi 5,32 persen, PKB merosot ke angka 4,94 persen.
Dukungan tokoh partai nasionalis yang diatas 15 persen, yakni Megawati Soekarnoputri (20,2 persen), Prabowo (19,3 persen) dan Aburizal Bakrie (18,1 persen). Sementara dukungan terhadap tokoh Islam masih dibawah 5 persen, yaitu ukungan tokoh parpol Islam masih dibawah 5 persen, seperti Hatta Rajasa (3,2 persen), Suryadharma Ali (2,1 persen), Muhaimin Iskandar (0,3 persen), Lutfi Hasan Ishaaq (0,8 persen).
Sementara hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate mengindikasikan empat partai politik tidak mampu lagi mengirim perwakilannya ke Senayan. Jika pemilu digelar saat ini, empat partai politik tersebut, dari survei dengan margin error 2,09 itu, Partai Golkar duduk di peringkat pertama dengan perolehan suara 23 persen, PDI Perjuangan (19,6 persen), dan Demokrat (10,7 persen). Koordinator SSS, Muhammad Dahlan, membacakan perolehan partai lain, yakni Gerindra (10,5 persen), PKS (6,9 persen), Partai NasDem (4,8 persen), PPP (3 persen), Hanura (2,7 persen), PAN (2,2 persen), PKB (2 persen). Kemungkinan empat partai yang bisa terhalang masuk DPR adalah PPP, Hanura, PAN, dan PKB. Itulah kesimpulan SSS.
Hasil riset nasional Saiful Mujani Research and Consulting yang disampaikan kepada pers Minggu (14/10) di Jakarta, menyatakan pemilih mengambang atau swing voters diperkirakan akan menjadi penentu partai pemenang Pemilihan Umum 2014. Dimana jumlah pemilih mengambang diprediksi mencapai 50 persen dari total jumlah pemilih. Pada Pemilu 2009 Partai Demokrat mendapat 21 persen suara, disusul Partai Golkar dan PDI-P masing-masing sekitar 14 persen suara. Dari hasil survei jika pemilu digelar saat ini, perolehan suara Partai Demokrat menjadi 8 persen, Golkar tetap 14 persen, dan PDI-P menjadi 9 persen.
Dari fakta survei tersebut, tergambarkan, jumlah pemilih mengambang Partai Demokrat adalah 64 persen, tertinggi dibandingkan partai-partai lain. Artinya, Partai Demokrat akan menjadi partai yang paling tidak stabil dalam menghadapi Pemilu 2014. Hasil survei menunjukkan, kini para pemilih mengambang yang pada 2009 memilih Partai Demokrat, bisa dan akan beralih ke partai lain. Partai Golkar paling banyak menarik pemilih Partai Demokrat, rata-rata 12 persen, disusul Partai Nasdem 8 persen, Partai Gerindra 7 persen, dan PDI-P 6 persen. Menurut survei, kepindahan pemilih mengambang paling besar dipengaruhi isu korupsi. Beberapa kasus korupsi yang menjerat kader-kader Partai Demokrat dinilai melemahkan dukungan masyarakat terhadap partai tersebut.
Analisis Pergulatan
Dari fakta-fakta tersebut, terlihat bahwa beberapa lembaga survei memberikan data, parpol Islam nampaknya semakin kurang mendapat apresiasi masyarakat, diprediksi tidak mampu menduduki posisi lima besar. Partai nasionalis nampaknya pada 2014 nanti masih akan berjaya di tiga besar (Golkar, PDIP dan Partai Demokrat). Memang memprihatinkan apabila melihat prediksi beberapa lembaga survei tersebut terhadap parpol Islam. Terdapat kemungkinan suara dari parpol yang tidak lolos verifikasi akan beralih ke parpol yang mirip alirannya.
Golkar dan PDIP kemungkinan bisa akan menjadi parpol terkuat. Survei Syaiful Mujani menyebutkan terdapat peluang 64 persen swing voters dari Demokrat bisa bergeser ke parpol nasionalis lainnya. Peralihan terbesar kemungkinan akan bergeser ke Golkar atau terangsang ke NasDem. Oleh karena itu kini Golkar yang pada pemilu 2009 mendapat 14,45 persen, diprediksi bisa naik menjadi sekitar 18 persen. Partai Demokrat apabila kondisinya masih terlibat kemelut internal dan keruntuhan citranya, bisa runtuh pada kisaran 10 persen. Kecuali dalam tahun 2013 ini para elitnya mau dan mampu melakukan langkah berani dan tegas.
Dalam ilmu intelijen, pembuatan sebuah ramalan didasarkan kepada fakta masa lalu (the past) dan masa kini (the present), sehingga ramalan (the future) yang merupakan analisis, menganalisa kedua fakta tersebut serta beberapa indikasi lainnya setidaknya akan menghasilkan gambaran masa depan sasaran dan tujuan.
Dari fakta parpol penguasa parleman apabila dibandingkan antara pemilu 2004-2009, bisa dibuat perbandingan dan prediksi. Partai Demokrat (7,45-20,85 persen), Partai Golkar (21,58-14,45 persen), PDIP (18,53-14,03 persen), PKS (7,34-7,9 persen), PPP (8,15-5,32 persen), PKB (10,57-4,94 persen), PAN (6,44-6,0 persen). Sementara PBB hanya lolos pada pemilu 2004 (2,62 persen), Gerindra baru ikut pemilu 2009 (4,46 persen), dan Hanura (3,77 persen).
Fakta menunjukkan bahwa perolehan suara parpol nasionalis sangat tidak stabil, terutama terjadi pada Partai Demokrat dan Golkar lonjakan dan penurunan suaranya sangat besar dan sifatnya situasional. Agak berbeda dengan PDIP, yang pemilihnya tidak mudah terangsang untuk bergeser. Golkar seperti yang dipersepsikan lembaga survei bisa pada 2014 melonjak menjadi parpol terbesar dan bertengger di 18 persen, mengingat pada 2004 perolehannya diatas 20 persen. PDIP kemungkinan bisa berada di posisi kedua dengan perolehan antara 16-18 persen, sementara Partai Demokrat mengingat pada 2004 hanya memperoleh 7,45 persen, kemungkinan seperti survei dari SSS, pada pemilu 2014, penulis cenderung menempatkan pada posisi ketiga dengan perolehan antara 10-12 persen.
Khusus untuk parpol Islam, pandangan penulis agak sedikit berbeda dengan beberapa lembaga survei. Fakta menunjukkan dua parpol Islam yang stabil masa pendukungnya yaitu PKS dan PAN. PKS kemungkinan akan tetap menjadi parpol menengah dengan suara antara 6-7 persen, sementara PAN diperkirakan masih akan berkisar 6 persen, dan bahkan bisa naik ke 7 persen. Pengaruh posisi Ketua Umum PAN Pak Hatta Rajasa sebagai Menko Ekonomi akan berpengaruh terhadap perolehan suara. Yang agak mengkhawatirkan yaitu perolehan suara PPP dan PKB, penulis perkirakan akan merosot. Selain fakta menunjukan kedua merosot dalam dua pemilu, Survei SSS menyatakan PPP diprediksi akan mendapat 3 persen, dan PKB hanya 2 persen. PKB setelah kurang mendapat apresiasi warga Nahdliyin sebagai akibat perseteruan Gus Dur-Cak Imin, kini mengambil langkah mencari massa baru dengan menggandeng Rhoma Irama.
Untuk Partai Gerindra dan Hanura, keduanya baru sekali mengikuti pemilu (2009), dimana prediksi pada pemilu 2014 mendatang hanya nampak dari hasil survei. Gerindra kemungkinan posisinya lebih baik dari Hanura. Menurut Charta Politika, Gerindra mendapat dukungan 4,7 persen, dan bahkan hasil survei SSS menempatkan diatas 10 persen (masuk lima besar). Diperkirakan Gerindra bisa mendapat suara sekitar 5-6 persen. Besaran Gerindra lebih banyak dipengaruhi oleh besarnya nama Prabowo. Posisi Gerindra berbeda dengan Partai Hanura, yang menurut survei SSS hanya mendapat apresiasi 2,7 persen, bahkan menurut Charta Politika hanya mendapat dukungan 1,6 persen. Nampaknya Hanura bisa menghadapi masalah untuk dapat lolos ke DPR apabila harus menghadapi parliamentary threshold sebesar 3,5 persen.
NasDem merupakan partai baru yang khusus, mirip seperti PKS dan Partai Demokrat pada pemilu 2004 dan Gerindra serta Hanura pada pemilu 2009. Karena beratnya persyaratan pendirian parpol, maka NasDem yang di kendalikan Surya Paloh dan Hary Tanu menurut survei LSI akan menjadi parpol lima besar, menurut survei SSS mendapat apresiasi 4,8 persen. Penulis perkirakan NasDem akan berada dikisaran 5-7 persen, kecuali bisa berebut dengan Golkar menarik swing voters dari Demokrat, NasDem bisa melonjak ke angka 8-10 persen.
Penulis memperkirakan dengan mengacu kepada beberapa fakta serta hasil survei, kemungkinan ada tiga parpol yang masih terancam oleh PT sehingga berat untuk tetap eksis di parlemen, diperkirakan PPP, PKB dan Hanura. Jadi hanya tujuh parpol yang akan menempatkan wakilnya di DPR RI pada 2014. Prediksi ini hanyalah sebuah ramalan berdasarkan teori analisis intelijen yang melihat kondisi serta fakta dan inikasi. Tanpa bermaksud mengecilkan arti, semoga gambaran ini memperkaya informasi bagi parpol yang akan bertarung pada 2014.
Sebagai penutup, melihat kemungkinan parlemen masih dikuasai tiga parpol besar, maka peluang munculnya calon presiden juga akan diajukan ketiga parpol tersebut (Golkar, PDIP dan Demokrat) dengan berkoalisi parpol lainnya. Dari fakta elektabilitas serta kondisi yang berlaku, nampak kekukuhan Aburizal Bakrie tetap akan maju dari Golkar, Megawati dari PDIP, sementara Partai Demokrat belum memunculkan calon. Elektabilitas Aburizal cukup baik dengan 18,1 persen, Mega 20,2 persen dan Prabowo 19,3 persen. Posisi Prabowo masih sulit untuk berdiri sendiri mengingat kemungkinan Gerindra sulit menjadi parpol papan atas, tetapi Prabowo potensial sebagai capres.
Sementara beberapa nama lain sudah mulai muncul/dimunculkan, tetapi belum besar elektabilitasnya diantaranya Mahfud MD, Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Djoko Suyanto, Ani Yudhoyono, Pramono Edhie Wibowo, Hatta Rajasa, Gita Wiryawan dan Jokowi. Posisi para calon tersebut bisa dimunculkan menjadi capres Demokrat (tergantung Pak SBY) atau bisa diposisikan menjadi cawapres.
Nampaknya pilpres 2014 akan mirip pilpres 2009, dimana hanya akan muncul 3 pasang calon, dan bahkan hanya bisa hanya dengan dua calon. Dengan adanya dua calon yang pasti (Ical dan Mega) , maka kini hanya menunggu calon Partai Demokrat yang akan diusung. Sementara nama-nama lainnya yang akan di orbitkan, peluangnya hanya akan berada ditataran calon wakil presiden (cawapres). Khusus calon dari parpol Islam, menurut survei LSI yang diumumkan 14 Oktober 2012, hanya Hatta Rajasa yang muncul terkuat (3,2 persen). Calon lainnya jauh dibawahnya. Oleh karena itu tokoh dari parpol Islam kemungkinan hanya akan menjadi cawapres, dengan catatan bisa menjadi Capres apabila diusung oleh Pak SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Demikian sebuah hasil analisis sementara pada tahun 2013, menyikapi telah ditetapkannya sepuluh parpol sebagai peserta pemilu lengkap dengan nomor urutnya. Tulisan ini hanyalah sebuah analisis ramalan dengan dasar fakta serta indikasi yang berlaku, tanpa bermaksud mengecilkan atau niat lain yang tidak baik. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi Gambar : sindikasi.net