Konflik di Suriah dan Keterlibatan Al Qaeda
10 December 2012 | 9:13 am | Dilihat : 1727
Setiap bangsa di dunia jelas tidak menginginkan pecahnya perang, karena perang akan membawa akibat kehancuran fisik, baik hilangnya nyawa maupun kerusakan material. Perang dunia yang telah terjadi dua kali lebih menunjukkan ambisi para pemimpin serta kelompok tertentu untuk memaksakan kehendaknya, memperluas wilayah kekuasaan atau mempertahankan kekuasaan.
Yang paling menyesakkan, bila perseteruan bersenjata terjadi di sebuah negara yaitu perang saudara. Indonesia pernah merasakan perang saudara besar yaitu pemberontakan PRRI Permesta, dan pemberontakan G30S/PKI. Jumlah korban jelas ribuan dan banyak yang tidak lengkap tercatat. Menakutkan memang.
Kali ini penulis mencoba mengamati konflik di Syria (Suriah) yang telah berjalan sekitar 20 bulan. Gelombang kerusuhan Arab yang dimulai dengan revolusi Tunisia mencapai Suriah pada tanggal 15 Maret 2011. Pada bulan April 2011, Presiden Suriah Bashar al-Ashad, dokter lulusan Inggris yang mewarisi kediktatoran keras ayahnya, Hafez al-Assad mengirim militer dan tank ke wilayah yang bergolak, menindas demonstran dengan menembakinya.
Sejak itulah Suriah bergolak semakin keras. Hingga bulan November 2012, tercatat hampir 40.000 orang telah tewas, sebagian besar warga sipil, dan puluhan ribu lainnya telah ditangkap. PBB mendaftar lebih dari 400.000 pengungsi berada di negara-negara tetangga, sementara puluhan ribu lainnya tidak terdaftar. Selain itu, tercatat sekitar 2,5 juta warga Suriah membutuhkan bantuan dalam negeri, dan sekitar 1,2 jiwa sedang berusaha akan mengungsi.
Konflik di Suriah adalah konflik perpecahan etnis yang sangat mengakar. Para pendukung Presiden Assad terdiri dari elit bangsa Suriah , khususnya militer, berasal dari sekte Alawite (Syiah), jumlahnya sekitar 12 persen dari populasi 23 juta penduduk. Pemerintahan Presiden Assad memiliki keuntungan karena masih menguasai senjata berteknologi dan mampu menghancurkan serta kuatnya unit pasukannya yang setia yaitu pasukan elit. Walaupun semakin banyak terjadi pembelotan beberapa unit pasukannya. Sementara, dilain sisi para pemberontak adalah muslim Sunni, sebagai tulang punggung oposisi, jumlahnya sekitar 75 persen dari populasi.
Pemerintahan Assad walau dirongrong oleh pemberontak yang kini berjumlah lebih dari 100 kelompok tetap kuat karena dukungan dari Iran. Senjata Iran seperti roket, senjata anti tank, senapan serbu, granat dan mortir mengalir ke Suriah melalui jalur udara Irak yang tidak dapat dicegah oleh Amerika. Selain Iran, Rusia terus memasok senjata ke Suriah. Sistem pertahanan udara Suriah yang terintegrasi membuat segan baik AS maupun negara-negara Barat lainnya apabila akan melakukan serangan udara.
Ditengah perseteruan yang semakin kejam, dimana sekte Alawi pemerintah yang terus membantai oposisi yang mayoritas Sunni. Pada bulan Februari 2012, para pejabat kontraterorisme AS mengatakan bahwa militan Sunni yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda di Irak telah pindah ke Suriah untuk mengeksploitasi kekacauan politik. Di Suriah kelompok pemberontak yang didukung Al-Qaeda tersebut dikenal bernama Front Nusra (The Nusra Front).
Sekutu Front Nusra, (Al Qaeda di Irak), adalah kelompok gerilyawan Sunni yang menewaskan banyak tentara Amerika di Irak dan menabur perselisihan sektarian luas dengan pemboman bunuh diri terhadap Syiah, agama lainnya yang berlawanan dan ideologi lainnya. Kelompok Irak ini memainkan peran aktif dalam mendirikan Front Nusra dan menyediakan dukungan dana, keahlian dan personil tempur.
Amerika serta sekutu Barat lainnya berencana akan mem-black list Front Nusra sebagai organisasi teroris, karena khawatir dukungan dana dan senjata bisa mengalir dan membahayakan kepentingan Barat apabila Presiden Assad jatuh. AFP melaporkan, ketika para pimpinan pemberontak bertemu di Turki pada hari Jumat (6/12/2012) untuk membentuk struktur komando terpadu atas perintah Amerika Serikat dan sekutunya, kelompok jihad Front Nusra tidak diundang.
Dengan masuknya pengaruh Al-Qaeda ke Suriah, maka konflik etnis diperkirakan akan semakin sulit terselesaikan. Disatu sisi, Amerika mengkhawatirkan pemerintahan Presiden Assad akan menggunakan senjata kimia apabila posisinya sangat terdesak. Menlu AS Hillary Clinton telah lebih menegaskan bahwa AS akan mengambil langkah tegas apabila Suriah menggunakan senjata kimianya dalam perangnya.
Pada akhir Agustus, Presiden Obama mengancam akan melakukan intervensi militer terhadap Suriah jika pemerintah Presiden Bashar al-Assad mengunakan senjata kimia atau biologi. Itu peringatan Obama paling langsung dari intervensi Amerika di Suriah. "Kita tidak bisa memiliki sebuah situasi di mana kimia atau senjata biologi yang jatuh ke tangan orang yang salah," kata Obama di ruang briefing Gedung Putih. AS khaatir, karena intelijen melaporkan adanya peningkatan kegiatan di tempat penyimpanan senjata kimia Suriah.
Konflik Suriah semakin membahayakan dan kejam, pembunuhan warga sipil terus terjadi di Aleppo, tercatat terjadinya pembantaian dan perkosaan serta parampokan. PBB menjadi tidak berfungsi, karena setiap resolusi, Rusia dan China terus melakukan Veto. Dilain sisi, Amerika Serikat dan negara-negara di seluruh dunia mengutuk Presiden Assad, dan terus mengimbau agar Assad mengurangi tangan besinya. Kritik juga datang dari negara tetangga Suriah, Yordania, Turki, dan Liga Arab. Suriah dikeluarkan dari Liga Arab setelah menyetujui rencana perdamaian, yang ternyata hanya untuk meningkatkan serangan terhadap para demonstran.
Demikian gambaran konflik Suriah yang semakin memburuk, entah hingga kapan konflik akan selesai, yang jelas Suriah hanyalah obyek permainan negara-negara besar yang mempunyai kepentingan di wilayah tersebut. Bangsa Indonesia harus belajar dari konflik tersebut, yang telah menghancurkan tatanan serta norma dan budaya yang berbasis Islam, sementara kini konflik horizontal juga telah terjadi disini. Hanya kesadaran bersama dalam menjaga persatuan dan kesatuan yang akan menyelamatkan kita. Bisakah? Semoga, itulah harapan kita bersama. Kita mohon, Allah selalu melindungi kita bersama, tetap bersatu, Aamiin.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi gambar : Narciso Contreras/AP