Teroris di Indonesia kembali menjadikan AS sebagai target
28 October 2012 | 12:52 am | Dilihat : 583
Operasi besar penyergapan dari Densus 88 berhasil menangkap 11 orang yang diduga sebagai jaringan teroris di empat kota yaitu Jakarta, Madiun, Solo dan Bogor. Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Polisi Suhardi Alius menjelaskan di Mabes Polri Sabtu (27/10/2012) pihaknya masih melakukan pengembangan dari hasil penangkapan tersebut. Suhardi menjelaskan kelompok tersebut menamakan dirinya Haraqah Sunny untuk Masyarakat Indonesia (HASMI) dengan pimpinan jaringan adalah Abu Hanifah. "Abu Hanifah sudah tertangkap," kata Suhardi. Terbuka kemungkinan akan bertambahnya anggota kelompok HASMI lain yang akan ditangkap.
Kesebelas terduga teroris kelompok HASMI ditangkap di empat kota pada Jumat dan Sabtu (26,27/10/2012) itu adalah Agus Anto alias Torik, Warso alias Kurniawan, Abu Hanifah, Harun, Budiyanto alias Ali alias Ahmadun, Emirat alias Emir, Zainuddin, Usman, Azhar, Herman, dan Narto. Hingga saat ini belum diketahui apakah kelompok HASMI ini memiliki kaitan dengan jaringan sebelumnya atau tidak. Meski demikian, Suhardi memastikan, kelompok ini merupakan jaringan baru. "Kelompok HASMI ini, mereka punya kemampuan yang sama," kata Suhardi.
Kadiv Humas Suhardi menjelaskan, penangkapan terhadap 11 terduga teroris tersebut berawal dari penemuan sebuah bom rakitan di Madiun, Jawa Timur, Jumat (26/10). "Bom ditemukan di Madiun, orangnya di luar. Ini kelompok baru, masih didalami Densus afiliasinya ke mana masih didalami." Di Madiun polri menangkap dua terduga teroris di Puri Amartha Residence, Madiun yakni Agus Anto dan Warso. "Di perumahan Madiun ditemukan barang bukti sejumlah bom sudah siap ledak dan bahan baku," jelas Suhardi. Di Madiun diketemukan bom tabung elpiji tiga kilogram yang disita dari lokasi penangkapan. Menurut Suhardi, tabung sudah diisi bahan peledak berdaya ledak tinggi.
Dari pengembangan penangkapan di Madiun, Densus kemudian menangkap tiga orang terduga teroris di Solo, termasuk pimpinan dari HASMI, Abu Hanifah. Abu Hanifah ditangkap di Jalan Sumpah Pemuda, Wojosongo, Jebres, Solo pada pukul 11.00 WIB. Sementara dua orang lainnya yakni Harun dan Budiyanto alias Ali alias Ahmadun ditangkap di dan Jalan Lawu Timur, Solo. "Di Solo, bahan peledak sudah siap dan proses perakitan," jelas Suhardi.
Di waktu yang bersamaan pula Densus 88 melakukan penggerebekan di Leuwiliang, Desa Neglasari dan menangkap dua orang, yakni Emirat dan Zaenudin. Tersangka lainnya, Usman ditangkap di Desa Cikaret. Di Jakarta, menurut Suhardi, Densus melakukan penggerebekan di Palmerah, Jakarta Barat juga pada waktu yang sama yakni pukul 11.00 WIB, dan berhasil diamankan David Azhari, Herman serta Anto ditangkap di Kebon Kacang Jakarta Pusat.
Dari tiga lokasi Solo, Bogor dan Jakarta itu, polisi menyita bom siap ledak, bom masih dirakit, dan amunisi berbagai kaliber serta detonator. "Kalau dilihat perakitan sudah sedemikian, tentu perakitannya sudah cukup lama. Kalau kemampuan merakit bom kelompok baru kan masih tatar belajar. Tapi kalau sudah bisa merakit, ini sudah cukup waktu mereka mengembangkan," lanjut Suhardi.
Suhardi mengatakan, kelompok tersebut mempunyai keahlian merakit bom dan mempelajari merakit bom dari buku panduan. Ia mengungkapkan, Densus telah berhasil menyita sejumlah barang bukti dari jaringan tersebut di antaranya, bom rakitan siap ledak, material bom rakitan, detonator dan amunisi.
Selanjutnya Kadiv Humas Polri itu menjelaskan, "Orientasi kelompok ini adalah Konsulat Jendral Amerika di Surabaya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, Plaza 89 di depan Kedutaan Besar Australia di mana ada Kantor Freeport di sana, dan Mako Brimob di Jalan Srondol, Jawa Tengah," katanya.
Dari penangkapan, terlihat bahwa sel-sel jaringan teroris terus berkembang dan bahkan kini mencakup tiga provinsi di Pulau Jawa dan Ibukota Jakarta. Dari fakta sementara yang terungkap, seperti yang dikatakan Kadiv Humas Polri, jaringan ini adalah jaringan baru, tetapi melihat pola serta metoda teror yang mereka lakukan bukan tidak mungkin ini tetap terkait dengan jaringan lama.
Yang sangat menarik, sasaran atau target yang terungkap, dari empat target, tiga diantaranya adalah instalasi yang terkait dengan Amerika Serikat. Satu lainnya tetap terkait dengan target spesifik jaringan lama yaitu instalasi Polri. Dua target Amerika berada di Jakarta dan di Surabaya (Jawa Timur) dan target spesifik Mako Brimob di Srondol, Jawa Tengah.
Perkembangan pergeseran target teror yang kembali ke instalasi AS sebagai target jelas menarik perhatian, yaitu kedubes, konsulat dan kantor Freeport. Kelompok teroris bisa ditelusuri dari motif dan sasaran yang mereka tuju. Apakah kini ada kembali link antara Al-Qaeda dengan kelompok baru atau mungkin sempalan di Indonesia? Ini sebuah pertanyaan yang harus dijawab dan dibuktikan segera. Apabila benar, maka Indonesia kemungkinan akan dijadikan wilayah perseteruan antara AS dengan kelompok teroris yang berafiliasi dengan musuh bebuyutan AS di kawasan Timur Tengah, mungkin Al-Qaeda, jaringan Haqqani atau mungkin kelompok Taliban dari Afghanistan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyaad Mbai, mengatakan interogasi kelompok kemungkinan akan menunjukkan bahwa mereka terkait dengan Jamaah Islamiyah, yang terkait dengan kelompok Al-Qaeda di Asia Tenggara dan organisasi yang melakukan pemboman di Bali 10 tahun yang lalu. Kelompok "tampak baru pada awalnya, tapi kami telah menemukan bahwa mereka terhubung ke jaringan teroris sebelumnya," katanya.
Kita percaya dalam waktu yang tidak lama lagi, Densus yang sudah lebih mampu melakukan mapping akan segera membongkar jaringan HASMI ini. Yang dibutuhkan oleh Polri dan Densus adalah bantuan informasi masyarakat apabila mengetahui adanya keanehan serta kecurigaan adanya aktifitas teroris di lingkungannya. Demikian sedikit pendapat serta informasi tentang penangkapan jaringan teroris yang mulai lebih banyak memiliki safe house di Ibukota.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net
Ilustrasi gambar : tribunnews.com