No Easy Day, Kisah Penyergapan Osama bin Laden oleh Navy SEAL
5 October 2012 | 1:31 pm | Dilihat : 3671
No Easy Day adalah sebuah buku khusus yang menyangkut penyergapan Osama bin Laden, ditulis oleh seorang mantan anggota pasukan elit Angkatan Laut Amerika Serikat yang legendaris, Navy SEAL, mengaku bernama Mark Owen. Setelah ditelusuri, ternyata penulis buku bernama Matt Bissonnette, yang pernah tergabung dalam satuan lebih khusus lagi, yaitu Navy SEAL Six Team. Buku tersebut menjadi menarik dimana Departemen Pertahanan AS mengancam akan menuntutnya karena dianggap melanggar perjanjian kerahasiaan.
Dalam penyergapan tokoh utama Al-Qaeda tersebut pada tanggal 2 Mei 2011, yang disiarkan media elektronik, operasi klasifikasi utama itu diikuti secara langsung oleh Presiden Obama serta beberapa pejabat teras Amerika. Dalam operasi 45 menit itu secara resmi disebutkan oleh pemerintah AS bahwa Osama bin Laden saat itu bersenjata, setelah terpojok, dia mencoba untuk membela diri pada saat-saat terakhirnya, menatap lurus pada anggota SEAL yang akan menembaknya. Media menyebutkan bahwa serangan mereka sedang berubah menjadi sebuah film action yang buruk.
Dalam bukunya, Matt Bissonnette , yang pernah terlibat dalam 13 operasi intelijen tempur dengan team six secara berturutan, mencoba ingin meluruskan jalannya penyergapan tersebut. Matt berharap akan memberikan informasi langsung versi mendalam dan mengejutkan dari serangan terhadap Osama bin Laden dan cerita SEAL lainnya. Buku yang ditulis bersama dengan Kevin Maurer, dikatakannya bukan upaya membuka rahasia Navy SEAL, tetapi lebih menunjukkan bagaimana ketangguhan pasukan tersebut telah diciptakan.
Dalam operasi Abottabat yang melibatkan 79 anggota SEAl tersebut tercatat sekitar 24 anggota Six Team yang masuk ke gedung utama. Bissonnette menuliskan ditangga dimana Osama bersembunyi, para penyerang bertemu dengan Khalid, anak Osama, dan menembaknya. Menurut versi buku ini, kejadiannya berbeda krusial tetapi tidak material dari informasi lainnya. Penulis mengatakan bahwa seseorang mengintip dan kemudian ditembak oleh penembak jitu.
Setelah tim memasuki kamar, terlihat seseorang yang berbaring dilantai dan ditangisi oleh seorang wanita. Osama bin Laden ditembak lagi saat ia berbaring di lantai dengan kepala yang sudah terluka, dikatakannya bahwa bahwa SEAL menembak untuk membunuh. Dia pergi membuka lemari di kamar tidur, menemukan isinya sangat rapi. Ketika itu ia menemukan bahwa senjata Osama bin Laden dalam keadaan kosong, tidak diisi peluru,
Bissonnette kemudian menarik jenggot kiri Osama, untuk pengambilan foto identifikasi, setelah dipastikan mayat tersebut adalah orang yang paling dicari, mayat itu dimasukkan kekantong mayat. Jenazah Osama dimasukkan kedalam helikopter, yang penuh sesak, diletakkan di lantai dekat kakinya, karena pesawat penuh sesak, ada seorang anggota tim yang duduk diatasnya. Mayat Osama setelah selesai diidentifikasi, dikuburkan di laut.
Didalam organisasi Navy SEAL, terdapat sepuluh team, terdiri dari SEAL biasa unclassified, diatur dalam Tim 1 sampai 5 dan 7 sampai 10. Khusus Seal Team 6, disebut elit-elit, atau disebut sebagai "tim all-star."Tim khusus kemudian berganti nama menjadi Special US Naval Warfare Development Group , atau Devgru, yang dipilih khusus untuk penyergapan ke kompleks dimana the most wanted diperkirakan tersebut berada. Operasi ini menempati profil tertinggi dalam sejarah SEAL, karena itu dibutuhkan kelompok dengan keterampilan yang ulung, cerdas dalam menggunakan kekuatan dan mematikan dengan kondisi ambigu.
SEAL (Sea, Air and Land) dibentuk Presiden J.F Keneddy pada tahun 1962 sebagai cara untuk memperluas perang konvensional. SEAL Team Six kemudian dibentuk sebagai reaksi terhadap kegagalan misi penyelamatkan sandera Amerika di Iran pada tahun 1980, kemudian Pentagon melihat kebutuhan untuk membentuk Komando Operasi Khusus unit Angkatan Laut yang difokuskan pada kontraterorisme. Six Team dengan 300 personil diantara 3000 anggota tim SEAL lainnya, sebenarnya khusus untuk perang laut, tetapi dalam dekade setelah peristiwa 11 September 2001, mereka lebih banyak dioperasikan dalam operasi militer dan kontra teroris di Irak dan Afghanistan.
Itulah sepintas yang dituliskan penembak Osama dalam orperasi intelijen tempur di daerah Abottabat, Pakistan. Pengejaran tokoh utama Al-Qaeda itu merupakan jalan panjang sepuluh tahun dari dua pemerintahan di AS, Presiden George Bush dan Presiden Barack Obama. Mari kita kembali melihat mengapa AS menjadikan Osama menjadi the most wanted. Semua berpangkal dari perseteruan antara AS dengan Al-Qaeda.
Perseteruan Amerika dengan Al-Qaeda
Al-Qaeda menjadi organisasi yang diklasifikasikan sebagai musuh utama pemerintah AS setelah penyerangan teror yang meruntuhkan gedung World Trade Center dan menyerang gedung Pentagon pada tanggal 11 September 2001. Sebenarnya Al-Qaeda sudah dikaitkan sebagai musuh, bertanggung jawab atas penyerangan beberapa fasilitas AS baik di dalam maupun luar negeri. Diantaranya, pemboman WTC pada bulan Februari 1993, pemboman barak pasukan AS di Arab Saudi, Juni 1996, serangan kedutaan AS di Kenya dan Tanzania, Agustus 1998, dan gempuran ke kapal perang AS USS Cole, Oktober 2000. Sejak 2001, Al-Qaeda dengan Osama bin Laden sebagai tokoh utamanya menjadi organisasi dan secara personal dijadikan musuh utamanya.
Secara umum, tujuan-tujuan dasar kebijakan Amerika Serikat pada waktu itu tidak berubah, tetap fokus dalam menekan persaingan keamanan di Eropa dan Asia, mencegah munculnya negara-negara besar yang bermusuhan, mendorong ekonomi dunia yang lebih terbuka, melarang penyebaran senjata pemusnah massal (SPM) dan menyebar-luaskan demokrasi dan menghormati hak azasi manusia (George W Bush, "A Distinctly American Internasionalism ," 19/11/1999). Akan tetapi menurut Stephen M.Wald, bahwa kampanye melawan terorisme global merupakan tujuan utama kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika Serikat, dan tujuan-tujuan internasional lainnya berada di bawah tujuan besar ini.
Pengejaran mulai dilakukan pasukan AS di Afghanistan, dimana pada bulan Desember 2001, diawali dengan penggempuran terhadap benteng Al-Qaeda di pegunungan Afghanistan "Tora Bora" yang berbatasan dengan Pakistan. Dibawah hujan bom, Osama bin Laden berhasil melarikan diri dan kemudian dia raib dan menjadi tokoh misterius yang sulit ditemukan. Penyembunyian ikon Al-Qaeda ini selama sepuluh tahun benar-benar banyak menguras energi pasukan AS yang harus menghadapi lawan di Afghanistan, selain Al-Qaeda, juga Taliban dan kelompok Haqqani.
Sejak pemerintahan Presiden Obama, kebijakan operasi lawan teror lebih di khususkan kepada operasi intelijen dibawah CIA dengan pesawat tanpa awak (UAV/Drone). Perang teknologi ini banyak menimbulkan korban dikalangan petinggi-petinggi Al-Qaeda. Kebocoran informasi keberadaan Osama pada awalnya terjadi karena terdeteksinya kurirnya di Abottabat, yang kemudian diperdalam dengan pengintaian pesawat tanpa awak. Kepastian keberadaan Osama di kompleks Abottabat pada awal penyerangan menurut Direktur CIA, Leon E. Panetta pada awalnya hanya sekitar 60 persen, tetapi kemudian setelah SEAL masuk ke kompleks, keyakinan naik menjadi 80 persen, Osama berada di dalamnya. Panetta mengatakan komando membuat "sepersekian detik keputusan" untuk menembaknya.
Kematian Osama merupakan keberhasilan operasi intelijen CIA dengan pesawat tanpa awak (drone) yang semakin canggih. Beberapa tokoh Al-Qaeda telah terbunuh dengan mesin perang senyap yang canggih tersebut. Misalnya pada bulan Agustus 2011, Atiyah Abd al-Rahman, seorang Libya yang telah mengambil alih sebagai perencana utama operasional Al Qaeda, tewas dalam serangan pesawat tak berawak. Pesawat tanpa awak ini telah membuat para teroris jauh lebih sulit untuk berkomunikasi dan melaksanakan rencana serangan.
Pada Oktober 2011, sebuah rudal pesawat tak berawak menewaskan Anwar al-Awlaki, seorang ulama kelahiran Amerika yang merupakan anggota terkemuka dari Al-Qaeda di Semenanjung Arab bagian Al-Qaed di Yaman. Pada bulan Juni 2012, para pejabat Amerika mengatakan bahwa Abu Yahya al-Libi tewas dalam serangan drone di daerah suku Pakistan. Mr Libi adalah seorang komandan Al-Qaeda yang berhasil melarikan diri dari tahanan AS pada tahun 2005 dan menjadi wakil pemimpin kelompok setelah kematian Osama bin Laden pada tahun 2011.
Penutup
Demikian sedikit informasi tentang perseteruan antara Amerika Serikat dengan Al-Qaeda yang hingga kini terus terjadi. Memang Osama bin Laden sebagai ikon Al-Qaeda yang dikatakan mampu membeli pemerintahan Taliban untuk melindunginya pada masa lalu telah tewas. Akan selesaikah terorisme di dunia? Nampaknya Amerika akan terus menghadapi ancaman teror, karena kinipun jaringan Al-Qaeda masih eksis dalam pergulatan melawan Amerika, seperti di Libya tercium keterlibatan sel Al-Qaeda hingga terbunuhnya Dubes Christopher Stevens dan adanya informasi lain tentang keterlibatan Al-Qaeda dalam konflik di Suriah.
Indonesia juga harus tetap waspada, karena dalam fatwanya, Osama jauh hari menyatakan perang dan perintah penyerangan dan wajib bunuh terhadap warga AS serta fasilitas AS dimanapun di dunia. Mereka menyatakan anti dengan modernisasi ala Barat dan penerapan demokrasi, itulah intinya. Indonesia pernah merasakan serangan bom terhadap sasaran AS seperti di Bali, Hotel JW Mariott dan Kedubes Auatralia pada masa lalu. Walau kini serangan teror ditujukan kepada Polri, sasaran terhadap AS dan sekutunya bukan tidak mungkin akan terjadi lagi di Indonesia. Semoga bermanfaat.
Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net