Teroris Jaringan Jakarta-Depok Sembilan Orang

14 September 2012 | 7:18 am | Dilihat : 604

Tersangka teroris sial yang terkena bom rakitannya sendiri yang selama ini sementara disebut sebagai "Mr X" akhirnya meninggal dunia pada Rabu (12/9/2012) sore di RS Polri, Jakarta. Mr X adalah Wahyu Ristanto alias Anwar yang menghuni rumah di Bojong Gede. Karopenmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar menyatakan, "Mr X, hasil identifikasi, adalah Wahyu Ristanto, pemuda asal Karanganyar, Jawa Tengah," katanya. Wahyu Ristanto, dilahirkan di Karanganyar 30 Juni 1988, dengan alamat Dusun Banaran, RT 03 RW 06, Desa Jatiyoso, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Orang tuanya bernama Jatmiko dan Wariyem.

Kepastian identitas  Wahyu dipastikan setelah polisi menemukan   KTP  di TKP Beji Depok setelah ledakan dimana Wahyu menderita luka bakar dan hancur tangan kanannya dan kemudian di amputasi. Saat fotonya diperlihatkan kepada Muhammad Thorik, diapun mengenalnya sebagai Anwar. Wahyu atau Anwar adalah salah satu penghuni misterius yang rumahnya digerebek Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri (Densus 88 Antiteror Polri) di Kampung Warung Jambu, RT 03 RW 08, Desa Susukan, Bojong Gede, Bogor.

Lokasi Bojonggede dilakukan sebagai pengembangan jaringan teroris, setelah Thoriq menyerahkan diri. Mengenai identitas Mr "X", sempat dilakukan pengecekan DNA terhadap keluarga penyewa Pondok Bidara yang sempat menghilang setelah ledakan, diketahui bernama Yusuf Rizaldi alias Abu Toto yang sebelumnya diduga sebagai Mr X itu. Namun, hasil tes DNA ternyata  negatif. Yusuf adalah pengontrak rumah petak di Jalan Nusantara Raya, Beji, Depok, Jawa Barat, lokasi ledakan, Sabtu malam.

Wahyu (24) menurut Brigjen Boy Rafly dikatakan lebih mahir merakit bom dibandingkan rekan-rekannya termasuk Thoriq, diduga pernah mengikuti latihan perakitan bom. Menurutnya mereka masih dalam taraf belajar, terbukti adanya kegagalan-kegagalan dari dua lokasi di Tambora dan Beji Depok. Pada Kamis (13/9/2012) malam,  jenazah Wahyu telah dibawa keluarganya dari kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto (RS Polri) menuju kampung halamannya di Karanganyar.

Sementara M Yusuf Rizaldi pengontrak rumah di Beji Depok, kemudian menyerahkan diri kepada polisi di Langkat, Sumatera Utara, pada hari Rabu (12/9). Yusuf tinggal di Jalan Petojo Binatu 5, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu (9/9/2012).  Pada saat Densus 88 menggeledah rumahnya, Yusuf tidak berada dikediamannya, dimana  dia selama ini tinggal  bersama istrinya yang bernama  Siti Absoh (Oco), serta dua anak kembarnya, Toriq dan Taufik, yang berumur sekitar dua tahun. Keluarga tersebut pun ikut diamankan kepolisian. Yusuf pun sejak itu masuk daftar pencarian orang. Dari hasil pemeriksaan, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar menyampaikan hasil investigasi terhadap orang yang diduga kuat mengaku bernama M Yusuf Rizaldi memang benar terduga teroris yang menjadi buron polisi.

”Dan memang juga patut diduga kuat Yusuf Rizadi ini adalah Abu Toto yang disebut Thorik adalah Anwar. Dia terkait peristiwa di Beji, berperan sebagai pengontrak rumah yang meledak,”kata Boy. Yusuf menyerahkan diri atas dorongan dari orang tuanya yang merupakan warga Pangkalan Susu, Langkat. Kedua orang tuanya meminta Yusuf menyerahkan diri karena melihat berita tentang anaknya di televisi. ”Kedua orang tuanya juga mengantarnya ke kantor polisi, ”ungkap Boy. Yusuf pada hari Kamis (13/9) diterbangkan ke Jakarta untuk diperiksa.

Densus 88 hingga saat ini masih mengejar lima orang sisa anggota komplotan terduga teror bom Depok yang masih melarikan diri. Komplotan terdiri dari sembilan orang dimana empat anggota sudah tertangkap atau menyerahkan diri. Mereka adalah Muhammad Thoriq (menyerahkan diri), Yusuf Rizaldi (menyerahkan diri), Wahyu Ristanto (Anwar) tertangkap/meninggal, Arief Hidayat (tertangkap). Kelima anggota komplotan yang masih buron diketahui bernama Sofyan, Anton, Bram, Wan dan Jodi. Identitas kelimanya masih diselidiki lebih lanjut.

Karopenmas Polri, Brigjen Boy Rafli membenarkan informasi tersebut, "Dari pengakuan Thoriq, memang ada sembilan orang," katanya. Komposisi komplotan, Yusuf tokoh utama (kader aktif), Wahyu tehnisi perakit bom, Thoriq adalah calon "pengantin" yang akan meledakkan bom rakitan, bersama Wahyu diduga sebagai pendukung aktif. Sebagai barang bukti, ditemukan surat wasiat Thoriq kepada isteri dan ibunya. Sasaran Thoriq adalah Mako Brimob, Pos Polisi di Salemba, Kantor Densus 88 dan kantor komunitas masyarakat Budha.

Nah, kini yang menjadi pertanyaan, mengapa kedua tokoh terduga teror Thoriq dan Yusuf menyerahkan diri ke Polisi dan bom rakitan meledak sendiri? Seperti yang dikatakan oleh Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Brigjen Pol Tito Karnavian  pada seminat di Lemhannas (2/9), bahwa kuantitas serangan teroris di Tanah Air meningkat sejak 2009, meski kondisi ini tidak diikuti oleh kualitas serangan. Kuantitas serangan terlihat dari banyaknya jumlah teroris yang ditangkap. Pada 2010, jumlah tersangka yang ditangkap berjumlah  103 orang. Penyerahan diri dua terduga teror juga menunjukkan penurunan kualitas dan militansi pelaku.

Pada 2011, hingga Juli tahun ini, sudah 70 orang yang ditangkap terkait tindak terorisme. ”Padahal ini baru pertengahan tahun,”kata Tito. Dari data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia belum bebas terorisme. Kualitas serangan terjadi pada bom bali-1 (2002), JW Marriot (2003) dan Bom Kedubes Australia (2005), setelah itu serangan dengan kualitas tinggi berkurang. Serangan dilakukan dengan bom rakitan kecil dan serangan bersenjata.

Penulis berpendapat terhadap munculnya kasus teror pada akhir-akhir ini, diperkirakan kembali bergerak setelah mereka mendapatkan dukungan dana dari "suport agent" mereka di Medan. Rizky Gunawan (44), yang ditangkap di kediamannya, Jalan Ekawarni III No 4A, Medan Johor, Kamis (21/6/2012). Rizky diamankan bersama istrinya, Juwita Hermawati (35), ayahnya Kusnan Heriyanto (58), sepupunya, Tomi Irawan (16), dan seorang tamunya, Winansyah (19). Polisi juga  mengamankan sejumlah dokumen yang berkaitan dengan aktivitas Rizky yang mengelola aset senilai Rp 8 miliar. Dana yang dikumpulkan Rizky digunakan untuk mendanai sejumlah aksi teror, di antaranya peledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, pada 25 September 2011. Rizky juga dinyatakan mendanai kegiatan pelatihan militer di Poso dan pembelian senjata api.

Seperti diketahui dua tersangka teroris telah ditangkap bulan Juli 2012 di Poso, Sulawesi Tengah dan resmi ditahan pada Selasa (17/7), yakni Naim dan Qhoiribul Mujib. Keduanya diketahui mempunyai hubungan dengan Rizky Gunawan. Pada Mei 2012, Naim menyuplai ratusan amunisi kaliber 5,56 mm untuk latihan militer di pegunungan Malino. Peluru tersebut merupakan sisa yang didapatkan oleh tersangka saat kerusuhan Poso tahun 2000. Sementara tersangka lainnya, Qhoribul Mujib alias Mujiono alias Paklik juga terlibat dalam menyembunyikan DPO Santoso. Mujib juga juga menyembunyikan informasi tentang tersangka terorise Agung Prasetyo. Menurut Brigjen Boy Rafli, "Ini termasuk yang menerima (dana) dari Rizki. Dimanfaatkan untuk latihan militer di Poso," tegasnya.

Dengan demikian, nampaknya kelompok teror yang terjadi dibeberapa tempat seperti yang dikatakan oleh Kepala BNPT Ansyaad Mbai, memang mempunyai hubungan satu sama lainnya. Hanya mereka mampu menyembunyikan pola serta modus kegiatannya, karena gerakan clandestine yang mereka terapkan. Tugas aparat keamanan terpenting kini adalah memotong jalur pengumpulan dana untuk teror tersebut. Itulah kira-kira mengapa mereka kini kembali bangkit dan akan menyerang.

Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

 

 

 

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.