Teror terhadap Polisi di Solo, Satu Tewas Ditembak

31 August 2012 | 6:34 am | Dilihat : 738

Teror tidak hanya mengancam masyarakat, polisi sebagai aparat keamanan terus di teror oleh kelompok teroris di Solo. Pada bulan Agustus ini, serangan teror pertama  terjadi berupa penyerangan  Pos Pengamanan Lalu Lintas (Pos Pam) Lebaran 5 Polresta Solo di simpang empat Gemblekan pada tanggal 17 Agustus 2012, sekitar pukul 01.30 WIB, dua anggota polisi mengalami luka-luka  akibat tertembus peluru. Dua korban luka-luka tersebut yakni Briptu Kukuh Budiyanto (Satlantas Polresta Solo) dan Bripka Endro Margiyanto (Polsek Serengan).

Serangan kedua penyerangan terhadap pos polisi pos pengamanan Lebaran di Gladak, Polresta Solo berupa pelemparan bahan peledak yang diduga bom. Ledakan diduga bom dari sebuah barang dilempar pelaku ke pos pam Polisi di dekat bundaran Gladak pada hari  Sabtu (18/8/2012) sekitar pukul 23.32 WIB.

Kini terjadi serangan ketiga yaitu serangan penembakan di Pos Polisi Singosaren Solo, dimana  Bripka Dwi Data Subekti,  anggota Polresta Surakarta, tewas ditembak orang tak dikenal  tadi malam sekitar pukul 21.00 WIB.

Menurut keterangan beberapa saksi mata, pelaku berjumlah dua orang dengan mengendarai sepeda motor Suzuki Smash, yang menurut saksi dikatakan bernomor polisi AD 2434 HB. Salah satu pelaku turun dan mendekati Bripka Dwi kemudian menembak dari jarak dekat dan mengenai dadanya. Korban yang beristrikan Niken Sri Parawani, meninggalkan tiga orang putra. Rencananya jenazah akan dimakamkan hari ini. Sebelum dimakamkan jenazah akan disemayamkan di rumah duka di Jalan Bima Sakti RT 10 RW 22 Blok C No 28, Ngringo Indah,Palur,Karanganyar.

Padaa saat setelah terjadinya teror kedua di Solo, penulis diundang TV One untuk membahas soal teror Solo tersebut. Penulis menjelaskan bahwa teror tersebut kemungkinan besar dilakukan oleh jaringan teroris kelompok lama yang memang telah dibebaskan dan tidak dalam komando seperti pada masa lalu. Beberapa jaringan yang masih eksis, oleh BNPT dikatakan kwalitasnya menurun tetapi kwantitasnya naik.

Teror  yang dilakukan di Solo memang hanya menyerang polisi, tetapi efek serta gaungnya cukup keras. Mereka memanfaatkan momentum, terlihat dari serangan pertama pada hari kemerdekaan, kedua pada malam lebaran dan ketiga serangan dilakukan di Solo. Solo kini menarik  perhatian, karena walikotanya Jokowi akan bertanding pada putaran kedua melawan Fauzi Bowo pada 20 September 2012 mendatang dalam perebutan kursi DKI-1. Karena itu momentum panasnya suasana politik perebutan jabatan Gubernur DKI mereka manfaatkan agar menjadi berita besar.

Itulah ulah teroris, dengan hanya sebuah senjata pendek, dengan sasaran terpilih dan terkenal, pada waktu yang tepat, kondisi yang tepat maka baik rencana menakuti atau peninggalan pesan mereka akan makin membesar gaungnya. Kini, media terus mengejar pemberitaan penembakan itu, dan para teroris akan tersenyum dengan pemberitaan yang gratis.

Pemilihan sasaran teroris yang penulis identifikasikan dalam beberapa tahun terakhir adalah tempat ibadah (Masjid dan Gereja) serta polisi (pos ataupun personil). Dengan tiga serangan ini, rupanya para teroris lebih memilih polisisebagai prominent target mereka. Karena itu polisi harus cepat mengantisipasi baik pengejaran maupun pengamanan baik pam pribadi, pam organisasi dan pam kegiatannya. Serangan di Solo menurut penulis tidak terkait dengan masalah pencalonan Jokowi, tetapi memanfaatkan momentum terkenalnya Solo dan Jokowi sebagai Cagub DKI.

Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Ilustrasi Gambar : Bangka.Tribunews.com

 

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.