Pesan Penting Manusia sebelum Meninggal Dunia
3 May 2012 | 7:54 am | Dilihat : 1315
Hidup dan mati manusia ditentukan oleh Allah semata, karena itu manusia sebaiknya beragama, karena agama mengajarkan dan menuntun manusia dengan ketentuan yang sahih bagaimana menyikapi dan menjalani hidup sebelum menghadapNYA. Semua diarahkan agar si manusia siap apabila sewaktu-waktu dia dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Umur manusia telah ditentukan jauh sebelum dia dilahirkan, mungkin saat dia masih menjadi angin. Nah setelah dia menjadi manusia, yang menjadi bagian terpenting, bukan berapa lamanya dia hidup, tetapi bagaimana kualitas dia selama menjadi manusia di dunia yang fana ini.
Tanggal 27 April lalu penulis menyusun sebuah artikel untuk yang kita hormati dan kasihi bersama Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kesehatan di KIB-II yang tergeletak tak berdaya karena terkena serangan kanker paru-paru. Judulnya "Sebuah Kisah untuk Ibu Endang dalam Berjuang Melawan Kanker"( http://ramalanintelijen.net/?p=5280 ). Akhirnya Ibu Endang mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada pukul 11.41 WIB, setelah pada hari Kamis(26/4) mengajukan pengunduran diri kepada Presiden saat di jenguk di RSCM.
Direktur Utama RSCM Jakarta, Akmal Taher mengaku pihaknya sudah bekerja keras untuk bisa menyelamatkan Menkes, tetapi takdir berkata lain. Menurutnya, Ibu Endang sudah tidak sadarkan diri di Ruang ICU RSCM, sejak Selasa (1/5/). Dua jam setelah dinyatakan meninggal, jenazah diantar ke rumah duka yang terletak di Jalan Pendidikan Raya III Blok J-55 kompleks IKIP Duren Sawit, Jakarta Timur. Rencananya jenazah akan dimakamkan di pemakaman San Diego Hills Karawang pada Kamis ini pukul 09.00 WIB dalam sebuah upacara semi militer. Rencananya, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan bertindak selaku inspektur upacara.
Kini, beredar di media sebuah tulisan dari almarhumah yang ditulisnya tanggal 13 April 2011 untuk menyambut penerbitan buku Berdamai dengan Kanker. Sambutan yang disampaikan lebih setahun lalu itu menunjukkan betapa tegarnya almarhumah yang dilahirkan di Jakarta, 1 Februari 1955 ini dalam menghadapi cobaan berat yang dihadapinya.
Sebelum membaca tulisan beliau, penulis teringat sebuah kisah yang disampaikan oleh Pak Mamat, seorang Ustadz yang beberapa tahun yang lalu sering berkunjung kerumah penulis. Pak Mamat tinggal di daerah Ciwidey, selalu menggunakan bus dari Bandung ke terminal Kampung Rambutan. Suatu hari begitu turun dari Bus, pak Mamat melihat kenek Bus memberi arah parkir kepada sopir untuk mundur, dan mendadak Bus mundur terlalu cepat, si kenek terjepit di belakang. Pak Mamat melihat si kenek sekarat dan sebagai Ustadz bertanya kepada sopir apakah si kenek muslim? Setelah jelas, dia langsung bertindak memangku kenek tadi dan menuntun "Ayo nak katakan La ilaha illallah." Berulang-ulang kenek tadi dituntunnya.
Tetapi, apa yang keluar dari mulut kenek yang kritis tadi, hanya kata-kata "Jakarta-Bandung, Jakarta-Bandung," dan Pak Mamat terus melafazkan La ilaha illallah, tetapi anak muda tadi tetap mengatakan Jakarta-Bandung, Jakarta-Bandung...hingga sakaratul maut menjemputnya. Pak Mamat merasa sedih sekali dan kemudian mendoakan kenek yang relatif masih muda itu agar diampuni segala dosa-dosanya. Menyedihkan sebagai muslim, pada saat yang akan menentukan nasibnya di akherat nanti dia sebagai muslim dia tidak mampu mengikuti tuntunan itu.
Mungkin dia hanya merekam dalam ingatannya dua kota saja, dan itulah yang ditinggalkannya di dunia. Dia tidak salah, mungkin selama ini tidak mendapat tuntunan beragama yang benar. Hidup baginya hanyalah dunia keras yang harus dilaluinya dengan perjuangan untuk hidup. Karena itu dia hanya merekam kalimat duniawi semata. Penulis mendoakan semoga kenek muda itu diampuni segala kesalahan dan dosa-dosanya,Amin.
Nah kembali kepada Almarhumah Ibu Endang, inilah tulisannya yang dibuatnya hampir setahun yang lalu, sesuatu yang ditinggalkannya untuk kita semua ;
"Saya sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker paru stadium empat baru ditegakkan lima bulan yang lalu dan sampai kata sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi, saya tidak bertanya "Why me ??". Saya menganggap ini adalah salah satu anugerah dari Allah SWT. Sudah begitu banyak anugerah yang saya terima dalam hidup ini. Hidup di negara yang indah, tidak dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik hati, dengan dua putra dan satu puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas dan berbakti kepada orang tua.
Hidup saya penuh dengan kebahagiaan. "So... Why not?" Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru? Tuhan pasti mempunyai rencana-Nya, yang belum saya ketahui, tetapi saya merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik.
Bagi rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerahNya dengan bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati.
Dan... jangan lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi. Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu."
Itulah kalimat yang dituliskan oleh seorang Endang Rahayu Sedyaningsih, wanita yang meninggal pada usia 57 tahun 2 bulan. Seorang wanita terbaik yang ikut membangun negara ini. Semua kini berpulang kepada kita yang ditinggalkan, selain kita mendoakan beliau, kita harus tafakur, mengingat dan membayangkan, apa yang akan kita tinggalkan di dunia ini, apa yang kita ingat. Sebuah prestasi, sebuah kebaikan, atau mungkin keburukan yang akan di cerca oleh demikian banyak manusia? Banyak dari kita yang sangat terpengaruh dengan urusan duniawi, seakan dia akan hidup seribu tahun lagi.
Selamat jalan Bu Endang, kami rakyat Indonesia bangga dengan apa yang engkau telah perbuat, apa yang telah engkau dharma baktikan kepada negara ini. Kami mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa mengampuni semua dosa dan kesalahanmu. Amin. Salam kesedihan dan kehilangan. Prayitno Ramelan ( www.ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : republika.co.id