Taur Matan Ruak dulu Lawan TNI, kini Presiden
24 April 2012 | 2:59 pm | Dilihat : 6591
Jose Maria Vasconcelos yang lebih dikenal dengan nama Taur Matan Ruak, mantan Panglima Falintil- Forcas de Defesa de Timor-Leste (F-FDTL), pada bulan April ini menang dalam pemilihan umum sebagai Presiden Timor Leste. Mahkamah Agung Banding yang mengesahkan hasil Pemilu, Senin (23/4), mengonfirmasikan bahwa Taur Matan Ruak adalah pemenang pemilu kedua pada 16 April. Matan Ruak menang pada putaran kedua dalam pemilihan presiden Timor Leste pekan lalu.
Dia berhasil mengumpulkan 61,23 persen suara, sementara Francisco Guterres meraih 38,77 persen suara. Guterres (57) merupakan pemimpin partai oposisi Fretilin, sementara Matan Ruak maju dari jalur independen. Dengan kemenangannya ini, Ruak akan menggantikan Ramos-Horta yang kalah dalam putaran pertama pemilihan presiden yang digelar pada 17 Maret lalu. Taur Matan Ruak akan dilantik sebagai presiden pada tanggal 20 Mei 2012.
Presiden AS, Barack Obama langsung menyampaikan ucapan selamat pada Selasa (24/4), dengan pernyataan tertulisnya, "Saya mengucapkan selamat kepada Taur Matan Ruak atas kemenangannya dalam pemilihan presiden dan rakyat (Timor Leste) atas keberhasilan berpartisipasi dalam pemilihan yang damai, bebas dan transparan."
Sejarah militer Taur Matan Ruak
Pada tanggal 7 Desember 1975, ketika dimulainya Operasi Seroja, Timor Timur, Taur Matan Ruak melarikan diri ke bukit-bukit dengan Falintil, Angkatan Darat Fretilin yang baru terbentuk. Daerah operasinya meliputi Dili , Aileu , Maubisse , Ossu , Venilale , Uatulari dan akhirnya di Laga di pantai timur laut, di mana ia akhirnya menetap.
Ruak diperintahkan melakukan kegiatan gerilya di timur setelah kematian Komandan Nicolau Lobato pada Desember 1978. Taur Matan Ruak ditangkap TNI di daerah Viqueque dan pada 31 Maret 1979 ia berhasil melarikan diri dan bergabung kembali dengan pasukan Falintil lain di pegunungan. Pada Maret 1981 ia diangkat sebagai Asisten Kepala Staf Falintil, yang bertanggung jawab untuk daerah operasional di Sektor Timur dan kemudian Sektor Tengah. Pada Maret 1983, Taur Matan Ruak dipromosikan dan bertanggung jawab untuk melakukan perencanaan strategis dari komando operasi di sektor Timur pada bulan Maret 1983.
Antara tahun 1984 dan 1986 Ruak dipindahkan dan menjabat sebagai penasihat militer untuk daerah komando operasi di Sektor Barat. Setelah hampir 10 tahun pengalaman operasional ia dipromosikan menjadi Wakil Kepala Staf Falintil. Setelah 1986, dia bertanggung jawab untuk semua operasi komando di seluruh Timor Leste.
Pada November 1992, setelah Panglima Falintil, Xanana Gusmão ditangkap TNI di Dili, Taur Matan Ruak dipromosikan menjadi Kepala Staf Falintil. Ruak diangkat menjadi Panglima Falintil setelah Konis Santana meninggal pada tanggal 11 Maret 1998. Xanana Gusmao mengundurkan diri dari Falintil dan Taur Matan Ruak kemudian dipercaya sebagai Panglima Falintil. Setelah Restorasi Kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002 ia kemudian diangkat menjadi Chefe Estado Maior Umum Forcas Armadas (CEMGFA atau Panglima Angkatan Bersenjata). Falintil-Forças da Defesa de Timor-Leste disingkat FALINTIL-FDTL atau F-FDTL adalah Angkatan Bersenjata Timor-Leste yang merupakan cikal bakal dari FALINTIL. Pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal pada tahun 2009.
F-FDTL saat ini baru memiliki satu batalyon infanteri angkatan darat yang bermarkas di distrik Baucau dan satu kompi angkatan laut (componente naval) yang bermarkas di Hera, Dili, sedangkan angkatan udara belum ada. Selain itu terdapat pula satu unit Polisi Militer (PM).Saat itu pemerintah Timor Leste mengubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste.
Pada saat terjadinya krisis internal di Timor Leste pada tahun 2006, pada tanggal 2 Oktober 2006, Komisi PBB Penyelidik Khusus Independen membuat sejumlah rekomendasi, beberapa individu dituntut. Komisi menemukan bahwa Menteri Dalam Negeri Rogerio Lobato , dan Menteri Pertahanan Roque Rodrigues serta Panglima AB Taur Matan Ruak bertindak ilegal, ikut mentransfer senjata kepada warga sipil selama krisis selama krisis terjadi. Akan tetapi Taur Matan Ruak tidak pernah dituntut.
Perjalanan Politik Taur Matan Ruak
Ruak mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Panglima AB Timor Leste pada tanggal 1 September 2011. Pada saat itu ada spekulasi bahwa ia sedang mempertimbangkan mencalonkan diri sebagai presiden. Ruak kemudian menyatakan maju sebagai calon presiden dari jalur independen. Dia secara resmi dinonaktifkan oleh Presiden José Ramos-Horta pada tanggal 6 Oktober 2011. Dan kini Taur Matan Ruak (bahasa Tetun) atau dalam bahasa Inggris "Two Sharp Eyes" menang dalam pemilu, dia akan menghadapi kondisi negaranya yang masih mengalami masa sulit dan penuh tantangan.
Tapi jalan menuju negara yang berhasil menerapkan demokrasi demikian sulit. Terjadinya konflik dan perpecahan baik dalam kelompok militer dan polisi yang terjadi beberapa kali menunjukkan bahwa membangun kekompakan sangatlah sulit. Konflik dikalangan militer dengan terjadinya percobaan pembunuhan terhadap presiden Ramos Horta dan PM Xanana Gusmao menunjukkan adanya beberapa faksi di Timor Leste.
Walaupun bukan tanggung jawab secara langsung dari Ruak sebagai presiden, pemerintahan baru tersebut akan menghadapi cobaan, misalnya terdapat demikian banyak jalan yang rusak, rakyat kesulitan untuk mendapatkan air bersih atau kurang baiknya layanan kesehatan. Ibukota dipenuhi dengan bangunan yang terbakar habis dan ditinggalkan penduduk, dihuni tunawisma dan penduduk liar. Banyak penduduk yang berpenghasilan hanya 50 sen sehari.
Presiden tidak memiliki kekuasaan nyata, tetapi dapat bertindak sebagai pengarah selama masa sulit. Tugas Taur Matan Ruak akan berat, khususnya dalam pemilu. Jika pemilihan umum yang dijadwalkan pada tanggal 7 Juli 2012 berjalan dengan damai, maka rencana penarikan 400 pasukan perdamaian PBB akan dibahas kembali. Ruak mengatakan bahwa dia berada untuk semua golongan dan dia akan memberlakukan wajib militer di negaranya.
Demikian informasi tentang Taur Matan Ruak, bekas lawan pasukan Indonesia pada masa lalu. Kini, Ruak akan menjadi presiden, kita ucapkan selamat, semoga sukses menjadi pemimpin di negara yang baru berkembang dan memang masih sulit itu. Semoga hubungan bilateral kedua negara akan semakin baik, jangan ada dendam diantara kita.
Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net .