Teroris Terus Berkembang, Lima Ditangkap Densus
18 April 2012 | 7:12 am | Dilihat : 884
Tim Densus 88 pada Selasa (17/4) pagi sekitar jam 05.00 di Desa Cibening Purwakarta telah menangkap tiga orang yang terkait dengan pelatihan teroris di Aceh tahun 2010. Mabes Polri melalui Kombes Boy Rafli menjelaskan bahwa mereka yang ditangkap berinisial U, AG dan D. Penangkapan di Purwakarta merupakan pengembangan penangkapan tersangka teroris di Bima pada hari Jumat (13/4) pagi.
Polisi menduga ketiganya berperan menyembunyikan KN selama melarikan diri di Jawa Barat. "Masih belum diketahui mereka punya peran aktif dalam jaringan tersebut," kata Boy.
Tersangka teroris yang ditangkap di Bima berjumlah dua orang itu disergap di Jalan Bougenvile, Rasane Barat, Bima, Jumat, 13 April 2012 pukul 15.15 WITA. Boy mengungkapkan, inisial para tersangka tersebut adalah KN alias Kamaludin alias Abdul alias Hamid alias Gilang Ridho Ilahi kelahiran Majalengka, 8 Maret 1981. KN merupakan tersangka yang masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus pelatihan teror di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2010.
Selain itu KN juga merupakan tersangka yang terlibat dalam perampokan di Purwakarta, Jawa Barat, disamping juga terlibat dalam kasus teror, perampokan Bank CIMB di Medan. Tersangka lain yang ditangkap bersama KN adalah adalah drg Y (Yuniardi), 41 tahun, yang menyembunyikan KN.
Ketiga tersangka yang ditangkap di Purwakarta karena membantu Kamaludin dan juga kepemilikan beberapa barang berbahaya yang masih ditelusuri darimana dan untuk apa. "Saya belum bisa sebutkan bentuk barang buktinya. Densus tidak ingin kecolongan karena bisa saja dalam pelarian Kamaludin terus merekrut dan merencanakan kegiatan teror," kata Boy.
Penangkapan KN mempunyai arti penting dalam menggulung jaringan teroris yang bersumber pada pelatihan di Jalin Jantho Aceh. Pelatihan di Aceh melibatkan beberapa nama besar yaitu Dulmation (Alm), Umar Patek(ditangkap dan sdalam proses peradilan), dan bahkan Ustadz Abubakar Ba'asyir juga diadili karena termasuk dalam pembiayaan latihan.
KN merupakan salah satu pemegang peran, khususnya spesialis pencari dana operasi dengan jalan perampokan, seperti CIMB Niaga di Medan dan toko emas di Purwakarta. Dalam pelariannya KN juga merekrut jaringan seperti di pesantren Bima. Melihat masa pelariannya yang lebih dari dua tahun, belum diketahui seberapa banyak sel-sel teror yang dibangun oleh KN. Karena itu, keberhasilan penangkapan KN sangat bermanfaat dalam pengembangan mapping selanjutnya.
Mereka terus berkembang, walau secara kwalitas menurun, kwantitas nampaknya terus naik. Aparat keamanan harus gigih dan tekun dalam menangani jaringan teror yang sudah terbentuk dan kerkembang di sebuah negara, terlebih apabila masyarakat acuh dan tidak merasa teror adalah ancaman publik. Prayitno Ramelan ( www.ramalanintelijen.net )