Rudal Balistik Korut Mengancam Indonesia?
26 March 2012 | 8:39 am | Dilihat : 3576
Asisten Menteri Luar Negeri Amerika, Kurt Campbell dalam kunjungannya ke Australia, pada hari Kamis (23/3/2012) menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr bahwa bulan April mendatang, Korea Utara akan meluncurkan peluru kendali balistik antar benua (ICBM), dan diperkirakan akan mempengaruhi Australia, Indonesia dan Filipina. Pernyataan Campbell adalah, "If the missile test proceeds as North Korea has indicated, our judgment is that it will impact in an area roughly between Australia, Indonesia and the Philippines."
Pernyataan Asisten Menlu AS Campbell tersebut berkaitan dengan pernyataan Korea Utara yang akan meluncurkan satelitnya ke orbit pada bulan April mendatang. Amerika Serikat dan negara-negara lain dengan cepat dan mengutuk keras langkah tersebut, mengatakan bahwa peluncuran itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. AS menuntut agar Korea Utara menghentikan peluncuran rudal balistik antar benua yang akan membawa satelit ke ruang angkasa. Amerika Serikat dan Dewan Keamanan mengecam peluncuran satelit tersebut yang dinilainya sebagai kedok untuk pengembangan peluru kendali, yang akhirnya akan digunakan untuk memberikan kemampuan sebagai senjata nuklir antar benua.
Pengumuman itu terjadi hanya 17 hari setelah Korea Utara membuat kesepakatan dengan AS, dimana Korut setuju untuk menghentikan pengetesan senjata nuklir, peluncuran rudal dan pengayaan uranium. Korut juga menyetujui untuk menerima kembali para pemantau dari Badan Energi Atom Internasional untuk melakukan peninjauan ke kompleks Yongbyon di mana Korut memproduksi plutonium untuk senjata nuklir sejak tahun 2009. Korut diperkirakan memiliki cukup plutonium untuk membuat enam sampai delapan bom nuklir. Sebagai imbalannya, AS akan memberikan imbalan bantuan pangan sebayak 240.000 ton pada tahun depan.
Dilain sisi, Korea Utara mengklaim bahwa mereka memiliki hak untuk meluncurkan satelit di angkasa untuk tujuan damai, tetapi AS dan beberapa negara lainnya mengatakan peluncuran itu adalah kedok bagi uji coba rudal jarak jauh yaitu sistem pengiriman potensial senjata nuklir dengan peluru kendali balistik. Amerika Serikat bersama dengan negara lain yang terlibat dalam pembicaraan yaitu Rusia, Cina, Korea Selatan dan Jepang mendesak Korea Utara pada hari Jumat (16/3) untuk membatalkan peluncuran.
AS memperingatkan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan membatalkan perjanjian apabila kesepakatan dilanggar. Presiden AS Barack Obama akan berada bersama sekitar 50 pemimpin dunia, untuk bertemu pada pertemuan puncak di ibukota Korea Selatan Seoul hari Senin (26/3/2012) untuk membicarakan perlucutan senjata nuklir.
Peluncuran yang dijadwalkan antara tanggal 12 dan 16 April 2012, dimaksudkan untuk merayakan seratus tahun kelahiran Kim Il-sung, presiden pendiri Korut dan kakek dari pemimpin baru Kim Jong-Un. Kim Il-sung, lahir pada tanggal 15 April 1912, dimana dia dihormati bak seorang dewa di Korea Utara. Kim Jong-un, pemimpin yang mengambil kekuasaan pada Desember 2011 setelah kematian mendadak ayahnya Kim Jong-il mengatakan kepada rakyatnya, yang menderita selama bertahun-tahun kekurangan pangan.
Peluncuran itu akan menandai ulang tahun keseratus dan transfer dinasti baru kekuasaan dengan sebuah perayaan besar, dimana biasanya negara itu menampilkan kekuatan militer. Oleh karena itu Kim Jong-Un mengatakan akan mencanangkan perang apabila roket tersebut ditembak jatuh. Keputusan tersebut menurut beberapa analis, dinilai sebagai upaya Jong-Un untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya. Jepang menyatakan akan mencegat dan menambak jatuh roket tersebut apabila melintas diwilayahnya.
Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya telah lama mencurigai Korea Utara yang terus mencoba mengembangkan rudal jarak jauh dengan bermuatan hulu ledak nuklir dengan sasaran hingga Amerika Utara. Walaupun beberapa analis militer meragukan bahwa negara itu telah menguasai pengetahuan canggih tersebut. Pada pameran kekuatan militer tahun 2007, Korut memamerkan beberapa versi peluru kendalinya, dimana kini menurut beberapa analis militer, Korut telah mampu memodifikasi rudal Taepodong-2 (versi ICBM/Inter Continental Balistic Missile).
Sejak tahun 1998 Korea Utara diketahui telah dua kali mencoba meluncurkan roket ke ruang angkasa, tetapi dikatakan gagal menempatkan satelit ke orbitnya. Muatan serta roket diperkirakan telah jatuh ke Samudera Pasifik, meskipun pemerintah Korut mengklaim sebaliknya. Sampai hari ini, pejabat Korut terus membanggakan bahwa satelit telah berada dalam orbit, dan terus menyiarkan lagu-lagu patriotik memuji Kim Il-sung dan Kim Jong-il.
Dalam dua kali percobaan peluncuran sateli dengan roket besarnya, diketahui arah peluncuran menuju ke Timur. Untuk rencana peluncuran bulan April 2012 mendatang Korut menyatakan arah peluncuran ke Selatan. Yang dimaksudkan oleh Kurt Cambell, kemungkinan dampaknya adalah jatuhnya bagian roket tersebut di wilayah Asia Tenggara (Filipina dan Indonesia) serta Australia. AS mencurigai bahwa Korea Utara melakukan uji coba karena mengincar Australia sebagai sasaran rudal balistiknya. Dapat difahami karena Australia dimasa mendatang akan menjadi ancaman Korea Utara karena direncanakan akan menjadi pangkalan pasukan AS.
Demikian perkembangan informasi tentang rencana peluncuran rudal balistik Korea Utara yang dikhawatirkan oleh AS dan beberapa negara sekutunya. Apabila Korea Utara mampu meluncurkan peluru kendali balistik dan dapat mencapai AS dan Australia, maka Korea Utara akan menjadi negara yang harus sangat diperhitungkan, sulit diprediksi dan bersikap bermusuhan. Kemampuan menyerang dengan rudal nuklir akan membuat Amerika dan sekutunya tidak akan nyenyak dalam tidurnya. Tidak bisa dibayangkan ada sebuah peluru kendali bermuatan nuklir yang dijatuhkan di Washington DC dan di Darwin.
Indonesia sebaiknya juga mewaspadai kemungkinan kejatuhan runtuhan roket balistik Korea Utara apabila jadi diluncurkan pada bulan April mendatang. Rudal yang beratnya beberapa puluh ton, Bukan karena Indonesia yang dijadikan sasaran, tetapi kegagalan teknologi Korea Utara bisa menyebabkan roket tersebut bisa saja jatuh di wilayah manapun di Indonesia. Tanpa muatan nuklirpun, beberapa puluh ton material roket yang jatuh dari udara dengan kecepatan tinggi akan membawa akibat yang tidak ringan dan tak terbayangkan. Memang lebih baik apabila roket tidak jadi diluncurkan. Itulah yang harus kita waspadai. Prayitno Ramelan (www.ramalanintelijen.net )