Ancaman Pembunuhan Terhadap Presiden SBY
23 March 2012 | 8:29 am | Dilihat : 649
Menarik membahas ancaman keselamatan presiden, di negara manapun mereka selalu menjadi target untuk di bunuh. Presiden adalah "prominent target," target utama, terpenting bagi mereka yang memusuhi negara, partai politik pendukungnya maupun karena masalah sakit hati dan tidak puas, disebut alasan personal. Kasus pembunuhan presiden yang sangat terkenal di dunia terjadi di AS dan Mesir. Presiden Jhon F Keneddy dibunuh dengan tembakan saat mengendarai mobil terbuka, sedang Presiden Anwar Sadat tewas ditembak saat menghadiri defile pasukannya sendiri. Nah, penulis mencoba mengulas apa yang dikeluhkan Presiden SBY tentang ancaman terhadap diri dan keluarganya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sambutan pembekalan kepada petinggi Demokrat di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (18/3/2012), malam mengatakan bahwa keselamatan dirinya dan Ibu Negara Ani Yudhoyono tengah dalam ancaman."Sekarang ini saya dijadikan sasaran tembak. Saya, SBY, kembali setiap saat begitu," kata SBY.
SBY mengatakan ada SMS yang ditujukan kepada Ibu Negara yang sedang menjalani operasi, banyak diantaranya berupa ancaman terhadap keselamatan dirinya dan Ibu Negara."Disamping ada yang mendoakan baik-baik, ada yang memberikan semangat bahkan ada yang mengancam keselamatan saya dan akan menjatuhkan di tengah jalan, dan sebagainya," kata SBY. Presiden tidak paham mengapa ada ancaman seperti itu. Yang jelas SBY mengaku ingin menceritakan ke rakyat yang sebenarnya mengenai kebijakannya hendak menaikkan harga BBM. Itulah sepenggal informasi apa yang disampaikan presiden terkait dengan rencana kenaikan BBM bersubsidi.
Pertanyaannya apakah sedemikian serius ancaman terhadap SBY? Menurut Kepala Badan Intelijen Negara (Ka BIN) Letjen TNI Marciano Norman, sejauh ini belum ada ancaman langsung terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Itu saya rasa ancaman-ancaman dari mereka yang tidak puas terhadap pemerintah," kata Marciano di kantor Presiden Jakarta, Rabu (21/3/2012), petang.
Kendati demikian, Marciano menegaskan tidak ada ancaman langsung ke Presiden. Marciano mengharapkan masyarakat memandang berita ancaman terhadap Presiden secara arif. "Jangan selalu ditunggangi dengan upaya menjatuhkan Presiden. Kalau menaikkan BBM kan sudah jelas dari Pak Presiden penjelasannya," ujarnya.
Jadi, mengapa presiden menyampaikan berita adanya ancaman itu? Ancaman yang dimaksud adalah ancaman diturunkannya presiden sebelum masa jabatannya berakhir pada 2014. Memang banyak beredar isu SBY akan diturunkan, bahkan beberapa elit Demokrat menyatakan keterlibatan mantan purnawirawan TNI. Nah, makin ramai diberitakan makin disukai media, begulir makin panas dan makin asyik dibahas.
Kali ini penulis mencoba mengajak pembaca sedikit membahas kasus informasi ancaman terhadap presiden. Presiden adalah pimpinan nasional, dia bukan individu tetapi sebuah lembaga, jadi memang pengamanannya harus sangat terjaga. Karena itu, sekecil apapun informasi adanya ancaman terhadap keselamatan presiden dan keluarganya, seharusnya aparat pengamanan presiden serta aparat keamanan lainnya harus segera melakukan tindakan cross check, istilahnya jangan mengambil resiko.
Sebagai contoh, dari beberapa dokumen Osama bin Laden yang terbunuh oleh pasukan Navy Seals Six di tempat persembunyiannya di Abottabat, pada 2 Mei 2011, ditemukan dokumen rencana pembunuhan terhadap Presiden Obama. Pimpinan Al-Qaeda itu memerintahkan jaringannya untuk mengatur sel-sel khusus di Afghanistan dan Pakistan untuk menyerang pesawat Presiden Obama dan Jenderal David H. Petraeus.
Perintahnya, "“The reason for concentrating on them,” kata Osama. Dengan membunuh dia, secara otomatis Wapres Joe Biden akan mengambil alih kursi kepresidenan. Biden dinilainya sama sekali tidak siap untuk posisi presiden, hal itu akan membawa AS kedalam krisis. Adapun Petraeus, ia adalah tokoh perang saat ini di Afghanistan, dengan membunuh dia maka jalan perang di Afghanistan akan berubah.
Osama bin Laden menginstruksikan kepada salah satu pimpinan Al-Qaeda, Atiyah Abd al-Rahman, agar menghubungi anggota jaringan teroris Pakistan, Ilyas Kashmir sebagai pelaksana. Sementara rencana tersebut masih dalam persiapan, Ilyas Kashmir kemudian terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak CIA, sebulan setelah Osama terbunuh. Dalam dokumen setebal 48 halaman itu, Strategi Osama adalah membunuh Presiden serta melakukan penyerangan di Amerika, bukan di negara-negara muslim. Menempatkan jaringan baru di AS dengan meminta mereka yang mempunyai saudara di AS untuk mendukung setiap rencana.
Nah, informasi diatas adalah sebuah contoh, dimana sebelumnya badan intelijen AS tidak memilikinya hingga ditemukannya dokumen tersebut. Sebuah perencanaan yang dibuat oleh penyerang yang ahli jelas sulit ditemukan oleh tindakan counter badan intelijen. Karena itu, keluhan Pak SBY jangan disikapi dengan sepintas atau enteng-enteng saja. Penjatuhan presiden adalah upaya yang dilakukan oleh mereka yang mungkin berambisi, mungkin anti SBY atau terlukai dengan kebijakan pemerintahan SBY.
Karena itu sudah tugas bersama masyarakat bersama aparat keamanan melindungi pimpinannya. Demo-demo seperti yang terjadi saat ini tentang penolakan kenaikan BBM ya bisa saja terjadi, karena dalam sistim demokrasi memang diperbolehkan. Akan tetapi apabila demo diarahkan untuk mencoba menurunkan presiden, rasanya tidak tepat. Ini yang sangat perlu dimonitor.
Aparat keamanan dan intelijen disarankan mendalami beberapa informasi yang harus terus didalami, tanpa menunggu ancaman menjadi nyata. Adanya beberapa dokumen yang ditemukan saat penangkapan kelompok teror di Medan, Cikampek dan Sidoarjo tentang rencana membunuh presiden perlu terus diikuti dan didalami. Juga informasi masuknya beberapa senjata runduk (sniper) kaliber besar secara gelap perlu terus didalami.
Nah, kali ini urusan demo, apakah murni demo? Apakah ada upaya pemanfaatan mahasiswa, generasi muda bangsa yang tercatat dalam sejarah sebagai alat efektif penggempur dan perontok penguasa? Kita boleh tidak suka BBM naik. Secara personal penulispun tidak suka bensin naik, tetapi jangan sampai isu ini dijadikan alat untuk menjatuhkan pemerintah secara inskonstitusional. Sayang kalau mahasiswa ada yang memanfaatkan, kalau aspirasi murni ya tidak apa-apa kan? Mahasiswapun mestinya juga waspada, jangan sampai dijadikan alat mereka-mereka yang tidak jelas itu.
Tak ada asap kalau tidak api, agar tidak terkena unsur pendadakan. Prayitno Ramelan ( www.ramalanintelijen.net )