Bom di Kedutaan Besar RI di Paris, Terus Apa?
22 March 2012 | 9:17 am | Dilihat : 281
Sebuah paket yang diduga sebagai bom telah meledak di depan KBRI Paris, Rabu sekitar pukul 05.15 waktu setempat. Bom yang cukup kuat tersebut menyebabkan kerusakan pada radius 50 meter, tidak menyebabkan timbulnya korban jiwa, hanya mengakibatkan kerusakan dua mobil KBRI yang diparkir diluar pagar kedutaan dan juga menyebabkan pecahnya kaca-kaca bagian depan kedutaan.
Kepala Polisi Paris Michel Gaudin mengunjungi tempat kejadian setelah ledakan. Ia disertai kepala stafnya, yang mengatakan kepada wartawan bahwa tas itu terlihat oleh pekerja pembersih sampah di bawah jendela Gedung KBRI yang terletak di Rue Contambert. "Dia melihat ke dalam tas, membukanya dan berpikir itu adalah bom, karena dia melihat tabung yang melekat pada kabel. Dia sempat membawa tas itu hingga dekat persimpangan Rue Contambert dan Rue Nicolo. Petugas pembersih sampah itu kemudian menjatuhkan tas tersebut di sana, melaporkan kepada polisi. Beberapa lama kemudian, paket itu meledak," katanya.
Menanggapi meledaknya paket bahan peledak tersebut, Menteri Luar Negeri Indonesia mengatakan, "We are obviously deeply concerned by the explosive explosion in Paris which occurred earlier this morning at approximately 5:15 a.m. at our facility in our embassy in Paris. We're yet to ascertain whether the explosion actually directed against Indonesia embassy or whether by coincidence it was located or took place by the embassy"(AP).
Menurut Menteri Marty, Kedutaan Besar RI di Paris akan terus dibuka, paket bom tidak menghalangi kegiatan kita, hanya diperlukan peningkatan kewaspadaan. Terlalu dini untuk mengatakan apakah ada kaitan antara bom Rabu dinihari tersebut dengan serangan terhadap sebuah sekolah Yahudi di Perancis Selatan awal pekan ini yang menewaskan tiga anak dan seorang rabi.
BIN (Badan Intelijen Negara) juga tidak yakin bahwa bom tersebut ditujukan kepada KBRI Paris. Kepala BIN Letjen TNI Marciano Norman di Kantor Presiden, Rabu (21/3/2012) menyatakan "Bukan, memang karena Kedubes RI letaknya dipinggir dekat trotoar dan bom ini diletakkan di depan trotoar. Saya tidak yakin kalau itu ditujukan untuk kedubes RI." Dari hasil kordinasi dengan pihak polisi dan intelijen di Paris, mereka sedang mengejar tiga orang yang diindikasikan meletakkan paket tersebut.
Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa bom meledak diluar pagar KBRI, berarti diwilayah Perancis, sehingga banyak kemungkinan yang terjadi.
Dalam gerak cepatnya, Satuan Anti Teror Perancis pada pukul 05.45 waktu setempat diberitakan oleh harian Paris Le Monde Paris berhasil menangkap tiga orang tersangka yang diduga meletakkan paket peledak tersebut. Ketiganya kemudian ditahan oleh polisi Perancis (MetroTV 21/3).
Sementara, VOA News, mengabarkan, pejabat Perancis mengungkapkan, sebuah kelompok yang tidak dikenal mengaku bertanggung-jawab atas ledakan bom di muka kedutaan Indonesia di Paris, lewat sebuah email yang dikirim kepada polisi. Kelompok itu mengaku bernama Front Islam Perancis dan menuntut dibebaskannya dua orang yang dihukum penjara karena terlibat ledakan bom di Paris dalam tahun 1990-an.
Kasus serupa pernah terjadi di kawasan KBRI Paris, dimana sebuah bom pernah meledak pada hari Jumat pagi, 8 Oktober 2004. Tidak diketahui asal bom, tapi pemadam kebakaran setempat menyebutkan ada tujuh orang terluka, empat di antaranya staf. Pada peristiwa tersebut tidak ada korban jiwa, namun 10 orang mengalami cedera dan luka ringan. "Saat itu tidak ada hasil investigasi yang konklusif," kata Marty di depan halaman kantor kepresidenan.
Nah, dengan terjadinya bom di KBRI Paris, nampaknya Kemlu RI perlu meningkatkan derajat keamanan perwakilan kita di luar negeri. Memang secara standard, pengamanan KBRI selalu dikerjasamakan dengan polisi setempat, berupa pemasangan alarm yang langsung berhubungan dengan mereka. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama polisi akan datang. Disamping itu patroli polisi juga secara rutin terus melakukan pengawasan.
Bagaimana menyikapi pengamanan KBRI? Pada umumnya KBRI kita diluar negeri menurut penulis termasuk kedutaan yang mudah diserang, baik serangan bersenjata maupun berupa bom. Umumnya hanya diberi kelengkapan standard pengamanan, terlalu mengandalkan kepada aparat kepolisian setempat. Penulis pada waktu aktif bertugas banyak mengunjungi beberapa Kedutaan, dan bahkan selama tiga tahun pernah bertugas di KBRI New Zealand. Bagaimana apabila terjadi serangan seperti yang terjadi di Kedutaan Besar Australia pada tahun 2004? Apakah seluruh staf dan pengamanan internal siap menghadapi kemungkinan terburuk? Itu pertanyaannya. Kalau melihat beberapa kantor kedutaan asing di Jakarta, terlihat pengamanannya sangat ketat dan dilengkapi dengan barrier material yang cukup kuat.
Kini, nampaknya perlu dilakukan pemeriksaan sekuriti, diprioritaskan KBRI dinegara-negara dimana terdapat kelompok ekstrim yang memusuhi Indonesia, ataupun kelompok teror yang memusuhi negara bersangkutan. Jaringan teroris internasional bisa menyerang dimanapun sasaran yang sudah mereka jadikan TO (target operasi) berada, KBRI bisa saja dijadikan sasaran antara untuk menekan negara bersangkutan. Karena itu kesadaran sekuriti perlu lebih ditanamkan kepada para staf yang ditugasi di KBRI. Agar kita tidak terkena unsur pendadakan. Semoga bermanfaat. Prayitno Ramelan (www.ramalanintelijen.net )
Ilustrasi Foto : AFP