Rusuh Merebak di Afghanistan Setelah Pembakaran Al Quran
2 March 2012 | 5:58 am | Dilihat : 252
Upaya beberapa petinggi AS dan NATO dalam meredam gelombang anti Amerika nampaknya kurang membuahkan hasil. Gelombang anti pasukan asing merebak dan meluas di Afghanistan setelah terjadinya pembakaran Al Quran oleh beberapa anggota pasukan AS di Afghanistan. Beberapa petinggi AS dan NATO telah bertemu dengan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, diantaranya Duta Besar Amerika Ryan C. Crocker, Komandan pasukan NATO di Afghanistan, Jenderal John R. Allen, dan Wakil Menteri Pertahanan, Ashton B. Carter.
Mereka meminta maaf dan menawarkan untuk bekerja sama sepenuhnya dengan pemerintah Afghanistan dalam penyelidikan internal apa yang menyebabkan terjadinya pembakaran Quran. Selain itu Presiden Barack Obama juga telah mengirimkan surat permintaan maaf kepada Presiden Hamid Karzai atas kasus pembakaran beberapa Quran tersebut.
Sebagai akibat kasus yang sangat sensitif tadi, telah terjadi gelombang demonstrasi keras di Afghanistan, yang mengakibatkan lebih dari 30 warga Afghanistan meninggal dunia. Gelombang anti AS yang melibatkan ribuan warga Afghanistan turun ke jalan , berakibat terjadinya serangan dan pembunuhan terhadap personil militer Amerika.
Serangan terhadap personil AS dan NATO terjadi di distrik Khogyani Provinsi Nangarhar ketika seseorang berseragam militer Afghanistan menembak mati dua tentara Amerika. Juga terjadi serangan di Provinsi Kunduz, di mana pengunjuk rasa melempar granat di dekat pangkalan militer, melukai sedikitnya enam staf Amerika. Serangan menakutkan terjadi di kota Kabul, di mana dua perwira militer Amerika yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri tewas ditembak di kepalanya oleh penyerang Afghanistan yang mampu memasuki daerah aman (secure area). Penyerang kemudian diketahui sebagai anggota intelijen Afghanistan.
Selain itu serangan juga terjadi pada hari Rabu (29/2), ketika seorang pembom bunuh diri menabrakkan kendaraannya ke konvoi tim rekonstruksi dari NATO di Lashkar Gah, Provinsi Helmand di selatan, melukai sedikitnya enam orang. Juga terjadi serangan bom mobil di luar sebuah bank di Provinsi Takhar di Afghanistan Utara yang melukai 12 orang, pegawai pemerintah dan polisi.
Jenderal John R. Allen dari Korps Marinir AS, Komandan Pasukan NATO di Afghanistan selain menyampaikan permintaan maaf, juga segera memerintahkan penyelidikan internal dengan hukum militer AS (AR15-6). Untuk menyelidiki mengapa beberapa anggota militer melemparkan Al Quran dan teks-teks agama Islam ke dalam lubang pembakaran di pangkalan militer Bagram sekitar seminggu yang lalu. Hasil pemeriksaan yang menyangkut pidana akan diumumkan segera setelah selesai ke publik.
Amerika menyadari bahwa kasus yang menyangkut kitab suci Al Quran merupakan kasus sensitif dan berbahaya. Hal serupa pernah terjadi Guantanamo Bay dan di Irak yang juga melibatkan personil militernya.
Taliban sebagai musuh AS utama di Afghanistan memanfaatkan isu tersebut dan menyampaikan bahwa peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar bagi Taliban, karena rakyat Afghanistan akan percaya bahwa keberadaan orang asing di Afghanistan untuk menghina buku dan budaya Islam. Abdurrahim Muqdader, salah seorang tetua suku di Provinsi Parwan, dimana pangkalan Bagram berada mengatakan kepada Bloomberg News, bahwa insiden itu mungkin akan meningkatkan serangan terhadap pasukan AS oleh tentara Afghanistan atau polisi. Dan beberapa kasus telah terjadi.
Demikian informasi tentang kasus sensitif yang mungkin karena kurangnya pengetahuan personil militer AS terhadap hal-hal yang sangat dihormati oleh warga Afghanistan dan muslim diseluruh dunia. Mereka perlu belajar dan kembali menghayati bahwa hal-hal serupa justru akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi AS dan negara-negara Barat lainnya dimasa mendatang.
Dalam perang, senjata pemusnah dan penakluk bukan hanya berupa senapan mesin, meriam dan alutsista belaka. Kini, norma, budaya dan kepercayaan merupakan pembangkit semangat dan bisa menjadi mesin pemersatu penghancur yang harus difahami dengan benar oleh para analis, ahli strategi dan personil militer dimanapun mereka berada. Prayitno Ramelan (www.ramalanintelijen.net )
Ilustrasi Gambar : Agence France-Presse — Getty Images