TAJUK, Fenomena Calon Independen

4 February 2012 | 10:17 pm | Dilihat : 708

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menjadi menarik setelah Mahkamah Konstitusi pada pada tahun 2007 memutuskan terkait pengajuan uji materiil terhadap UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana  akhirnya MK memutuskan, membolehkan calon independen maju dalam pilkada.

Banyak pihak menilai putusan MK yang membolehkan calon independen ikut pilkada merupakan satu angin segar. Sebaliknya, bagi kalangan partai politik-meski terlihat tak keberatan, pembolehan calon independen merupakan suatu tantangan tersendiri, terkait popularitas parpol.

Jelas wajar apabila para elit parpol mencemaskan maraknya calon independen di pilkada, yang cepat atau lambat  akan menggerogoti popularitas dan legitimasi parpol di mata publik. Bila ke depan banyak kandidat independen muncul dan ternyata berhasil memenangkan pilkada, itu tentu akan semakin memperburuk krisis kepercayaan terhadap parpol.

Penulis dengan niat ingin menyumbangkan sedikit pengetahuan, pengalaman yang dimiliki, pada tanggal 9 Januari 2012 mendeklarasikan sebagai calon independen dalam Pilkada di DKI Jakarta yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2012.

Pada hari ini, penulis membaca  "Tajuk" dari Harian Seputar Indonesia, dimana penulis juga merupakan salah seorang kontributor artikel opini di harian terseut. Tajuk yang ditayang hari Sabtu (4/2/2012) berjudul "Fenomena Calon Independen" merupakan sebuah informasi yang komprehensif dan bagus untuk disimak baik oleh masyarakat maupun para elit politik di negeri yang kita cintai bersama ini. Secara lengkap penulis copas lengkap.

"TAJUK, Fenomena Calon Independen" (Seputar Indonesia, Saturday, 04 February 2012)

Riuh rendah gelaran demokrasi pemilihan gubernur (pilgub)  dan wakil gubernur di DKI Jakarta makin terasa.

Berbagai  deklarasi dilaksanakan oleh berbagai elemen dengan bermacam-macam nama dengan tujuan menunjukkan ketaklidan pada salah satu pasangan calon. Bahkan ketaklidan sudah ditunjukkan ketika pasangan calon belumlah diresmikan.  Berbagai deklarasi itu terlihat begitu optimistis, yaitu dengan mengatasnamakan semua penduduk Ibu Kota. Jika berpegangan pada fenomena itu, seharusnya penduduk Jakarta sudah tidak khawatir lagi suaranya tak terwakili.Namun ada fenomena menarik, yaitu munculnya beberapa calon independen seperti Faisal Basri- Biem Benyamin, Prayitno Ramelan-Teddy Suraatmadja, serta Hendardji Supandji yang belum menentukan pasangan.

Sekalipun persyaratan sangat sulit, ternyata beberapa pasangan calon independen sudah mampu memenuhi syarat minimum dukungan di Jakarta sebanyak 500.000 dari penduduk Jakarta yang  jumlahnya sekitar 9,5 juta jiwa.Fenomena ini menunjukkan bahwa  masyarakat belum yakin suara mereka terwakili.Dukungan lewat  pengumpulan fotokopi KTP adalah bukti nyata masyarakat berusaha  agar suaranya didengar dan berharap kepada calon independen.

Sebagai fenomena politik, calon independen muncul sebagai  akibat krisis kepercayaan masyarakat terhadap partai politik  dalam melaksanakan fungsinya dalam mengartikulasi kepentingan masyarakat. Selama ini partai politik telah mengalami dekadensi yang cukup akut.Sudah tak terhitung banyaknya pembahasan mengenai buruknya kinerja partai politik sebagai salah satu  pilar demokrasi.  Belum lagi masalah oligarki parpol yang kian kuat membuat  aliran aspirasi dari bawah mandek. Bahkan untuk memajukan  tokoh yang secara elektabilitas sudah dibuktikan oleh survei  semacam Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi) saja sangat susah.

Begitu banyak pertimbangan dari partai yang membuat tokoh  yang menjadi role model pemimpin daerah yang baik—sekalipun  dalam lingkup kecil—itu tidak dilempar ke medan laga Pemilihan Gubernur Jakarta 2012.  Untuk saat ini, ada baiknya kita mendukung keberadaan calon  independen.Bukan berarti pula calon independen itu pasti lebih baik  dari calon yang diajukan parpol.Tidak penting calon mana yang  didukung ataukah nanti di bilik suara tetap memilih calon dari partai.

Namun yang penting adalah sebagai penduduk yang sangat berkepentingan  dengan kemajuan Jakarta, mendorong calon independen  untuk berkompetisi dengan calon dari partai pasti akan menguntungkan.  Karena para calon independen ini akan membuat para calon dari  parpol berjibaku dan mengeluarkan janji-janji yang lebih konkret.  Dan juga akan menciptakan efek domino di Nusantara.  Parpol pun tak perlu terlalu khawatir melihat fenomena ini.  Bagaimanapun, fenomena ini bukannya menafikan parpol. Karena seburuk apa pun demokrasi berjalan dalam sebuah negara demokratis, parpol tetap merupakan salah satu tonggak demokrasi. Fenomena ini adalah pengingat bagi parpol bahwa jika parpol  tidak berniat untuk mendengarkan dan menyalurkan aspirasi rakyat, rakyat tetap memiliki jalan lain.

Partai harus berusaha membenahi diri agar lebih aspiratif dan dapat dipercaya oleh masyarakat dan calon potensial. Mekanisme reward and punisment terhadap partai politik akan terbentuk secara sendirinya dalam masyarakat.

Jika partai politik dirasa tak  memuaskan, akan muncul calon independen, sehingga partai politik  tak dapat bersekongkol membentuk pola oligarki yang menguntungkan  partai-partai besar dan menutup ideologi atau kepentingan  lain untuk masuk.Jika suatu saat sebut saja 10–15 tahun lagi  parpol sudah dapat dipercaya, fenomena calon independen tentunya  akan berkurang dengan sendirinya.●

Nah itulah Tajuk yang sangat menarik. Apabila kita melirik ke Amerika, calon independen presidenpun diperbolehkan disana. Tetapi hingga kini tidak ada satupun calon independen yang mampu menang. Rahasianya, kedua parpol disana Partai Republik dan Partai Demokrat telah berhasil memerankan dirinya sebagai parpol yang baik dan dipercaya.

Karakter kepemimpinan (Umaro) yang kini dijadikan referensi atau dasar pegangan pasangan RamelanTeddy (RT) untuk maju, dicontoh dari sifat-sifat Rasulullah, yaitu Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah. Nampaknya ini akan menjadi kekuatan melebihi kekuatan atau teori apapun dalam mejalankan roda pemerintahan di DKI Jakarta. Terlebih  tagline yang diusung adalah "Bismillah...Kami Tegas dan Independen." Disinilah kelebihan calon independen, berkarya, mengabdi tanpa beban. Prayitno Ramelan.

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.