Anas Prominent Target ?
23 December 2011 | 12:29 pm | Dilihat : 834
Dalam sebuah taktik pertempuran, terlebih dalam laporan intelijen, ada yang disebut prominent target. Arti harfiah dari prominent adalah terkemuka, menyolok, menonjol. Dalam pengertiannya prominent target, adalah target terpenting, yang harus ditangkap, dihancurkan, dibersihkan atau di lebur. Nah, penulis melihat Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat kini namanya makin keras disebut oleh mantan bendahara Partai Demokrat ikut terlibat korupsi, bahkan sebagai handler proyek. Penulis membacanya, dan coba mengulas Anas sebagai prominent target.
Nazaruddin, Nunun Nurbaeti juga sempat menjadi prominent target KPK karena melarikan diri ke luar negeri saat dilakukannya dugaan korupsi yang melibatkan keduanya. Akhirnya keduanya tertangkap baik oleh aparat keamanan, Imigrasi, Kemlu dan KPK. Sulit bagi seseorang di Indonesia untuk melepaskan diri dari jeratan hukum, terlebih apabila dia sudah menjadi prominent target dari aparat pemerintah. Yang dihadapi adalah sebuah sistem kekuasaan dalam pengawasan publik yang lebih transparan, bebas dan berani.
Nazaruddin yang dahulu demikian gagah saaat menjadi bendahara partai penguasa, kini harus menjalani pengadilan sebagai terdakwa kasus suap Wisma Atlit. Didalam pengadilan, Nazar terus membeberkan data menyerang Ketua Umum Partai Demokrat tersebut. Dikatakannya Anas terlibat dalam proyek Hambalang, Bogor, sebesar Rp 1,2 Triliun, menerima komisi dari PT Adhi Karya, kontraktor proyek tersebut. Selain itu Nazar juga menyebut beberapa bekas temannya yang terlibat dalam proyek tersebut. Selain itu Nazar juga menyebut Anas juga berperan dalam beberapa proyek lain yang berkait dengan PT Adhi Karya.
Nazar sebenarnya juga sudah menyampaikan ke media tentang beberapa kasus keterlibatan Anas sejak masa pelariannya dahulu. Diantaranya upaya untuk memenangkan pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat, dimana Anas mempergunakan komisi proyek Hambalang sebedsar Rp 50 miliar. Juga dia menyebutkan kepemilikan 30 persen saham Anas di PT Anugerah Nusantara.
Yang menarik, Ketua DPP Partai Demokrat yang kabarnya akan mengundurkan diri menyatakan rela apabila Anas dan Angie (Angelina Sondah) diperiksa KPK. Dikatakan oleh Ruhut ""Siapapun jika setelah dilakukan pengembangan kasus ada sinyalemen kader kami terlibat, silahkan (diperiksa)" tegasnya. Bambang Wijoyanto, Wakil Ketua KPK mengatakan tidak tertutup kemungkinan memanggil dan memeriksa Anas. Bukti-bukti Nazaruddin akan diselidiki olek KPK dan akan dikonfirmasikan sebagai petunjuk sebagai alat bukti. Ketua KPK Abraham Samad mengatakan akan melakukan penyelidikan, apabila didapat bukti akan menjadikannya sebagai tersangka. Semuanya sama dimata hukum, demikian tegas Samad.
Apa pendapat Anas sendiri? Pada tanggal 8 Desember 2011 Anas menyatakan " Saya tidak pernah berurusan dan meminta proyek. Saya tidak terlalu berminat menanggapi hal-hal yang tidak perlu." Kepada media, saat pengukuhan Pengurus Pusat Ikhwanul Mubalighin di Pesantren Kempek, Cirebon, Anas hanya menjawab pendek terhadap serangan Nazaruddin. Dikatakannya "Pertanyaannya, apakah pernyataan (Nazaruddin) itu layak dikutip?"
Nah, bagaimana kita melihat kasus ini? Penulis menyayangkan kemelut tidak dapat diselesaikan segera oleh elit Partai Demokrat, khususnya yang menyangkut celoteh Nazaruddin. Memang banyak pihak yang takut berbicara tentang Nazar, Hambalang, pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat serta beberapa proyek yang disebutkan oleh Nazar. Siapapun bisa dijadikan saksi, bahkan tersangka oleh KPK. Semua celoteh Nazar kental dengan aroma korupsi yang demikian keras dicanangkan harus diberantas justru oleh Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Lantas, apakah kasus akan dibiarkan bergulir terus?
Kerasnya teriakan Nazaruddin di Pengadilan jelas sangat menarik perhatian media dan publik, khususnya lawan politik SBY dan partainya. Inilah kesempatan emas menjatuhkan kredibilitas keduanya. Karena kasus menyentuh soal korupsi, berarti semuanya harus diselesaikan melalui jalur hukum agar terang benderang. Anas sebagai Ketua Umum ruling party sebaiknya segera menyelesaikannya apabila menginginkan nama dan citranya tidak semakin hancur. Kerusakan namanya langsung ataupun tidak akan menyeret partai yang dipimpinnya menuju ke jurang keruntuhan. Konstituennya, kader dan simpatisannya bisa pindah ke partai lain. Yang kadang dilupakan, walau bebas dalam jeratan hukum, memperbaiki citra jauh lebih sulit, karena publik masa kini mampu membaca kejadian apapun secara transparan.
Dilain sisi, inilah sebuah ujian dari Ketua KPK yang Baru Abraham Samad, yang tampil mengesankan sebagai sosok penggiat anti korupsi saat terpilih. Menghadapi kasus di partai besar di negara ini jelas bukan tugas yang mudah, berat kalau boleh dikatakan demikian. Abraham pada awal pengabdiannya di KPK harus berani dan tegas melakukan langkah hukum. Jangan memandang enteng masalah pertentangan antara Nazar-Anas. Kejatuhan Ketua KPK, Antasari Azhar yang justru kini mendekam di tahanan perlu menjadi pertimbangan kehati-hatian. Berani tetapi penuh dengan perhitungan. Waspada, itulah kira-kira terjemahannya.
Sebuah pertanyaan tersisa, kenapa Anas Urbaningrum kini nampaknya menjadi "prominent target?." Disatu sisi Nazaruddin jelas merasa sakit hati yang sangat mendalam terhadap Anas, mungkin merasa tidak diluindungi atau bahkan ada rasa dikorbankan. Nah dia kini melakukan upaya balas dendam. Serangan dari seorang kecil seperti Nazzar mungkin seperti duri yang mencocok kaki, tidak mematikan tetapi membuat tubuh meriang dan panas dingin. Kita tidak bisa memaksa terus tersenyum sementara tubuh panas dingin. Duri harus dicabut, dokter harus dikunjungi, apapun resikonya, tujuannya satu mengobati. Ataukah memang ada yang menggoreng kasus Nazaruddin untuk meremukkan atau menghancurkan Anas? Itulah teka-teki atau misteri dikalangan politik, yang sering menonjol kepentingan dan oportunisme didalamnya.
Semoga persoalan di tubuh Partai Demokrat bisa segera selesai. Walaupun bagaimana partai ini juga milik bangsa ini dalam sebuah sistem demokrasi. Apabila terus dibiarkan menggantung, kita sayang kepada Partai besar itu dan juga kepada KPK. Penulis selalu menyampaikan satu hal "Didalam hidup ini, hal yang paling sulit adalah mengambil keputusan." Publik akan melihat bagaimana keputusan yang akan diambil, baik para pimpinan dan elit yang ada di Partai Demokrat maupun di KPK. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )
Ilustrasi gambar : lensaindonesia.com