Ruhut Mau Mundur, Ada apa di Demokrat?

21 December 2011 | 9:59 am | Dilihat : 1206

Berita tersebar di media, Ruhut Sitompul memberi indikasi akan mundur dari Partai Demokrat. Menarik dibahas nampaknya. Ruhut Sitompul,SH ini seorang politikus yang berani, lantang berbicara, mau berdebat dan bahkan berteriak. Politikus yang dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, pada  24 Maret 1954 adalah juga seorang pengacara dan pemain sinetron.  Dia menjadi terkenal setelah memainkan perannya sebagai tokoh pongah Poltak yang mengaku Raja Minyak dari Tarutung di sinetron Gerhana. Ruhut kini menjabat sebagai salah satu Ketua DPP Partai Demokrat.

Secara terbuka Ruhut menyatakan kepada media, bahwa sudah tidak tahan lagi nama baiknya terus dijelek-jelekkan di depan Pak SBY, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Dia mengeluh karena ada yang menjulukinya pelindung Nazaruddin mantan bendahara Partai Demokrat, ada pula katanya yang menyebutnya sebagai mata-mata Partai Golkar.

Ruhut mengatakan orang itu adalah kawan dekat yang tidak terangkut ke Senayan. Dengan gaya khas Bataknya, Ruhut mengatakan kalau dia bukan penjilat, tapi penjaga, atau herdernya Partai Demokrat. Ruhut katanya tidak menjadi apa-apa di DPR, hanya anggota biasa. Kalau penjilat dia sudah menjadi pemimpin katanya.

Ruhut mengatakan masih bertahan  karena keterikatannya dengan SBY. Ditegaskannya kepada media "Ikatan saya di Demokrat hanya Pak SBY. Saya masih pegang pesan Mas Ibas pada saya yang dikirimkan via BBM, Mas Ibas minta agar saya tetap menjaga Pak SBY dan Partai Demokrat." Ruhut rupanya merasa tidak dihargai dengan semestinya, menurutnya bagi kader partai sebaiknya ada reward dan punishment.

Dia mengatakan bahwa sudah berjuang mati-matian di Demokrat, misalnya membela Menkumham Amir Syamsudin sebagai kader Demokrat saat diserang habis-habisan oleh Komisi-3 DPR, tidak ada yang membela selain dirinya. Juga dia berani membela SBY saat diobok-obok, juga membela Demokrat soal Century.

Sementara Saan Mustofa, Wakil Sekjen PD menyatakan tidak percaya Ruhut akan mundur, demikian juga Anggota Dewan Pembina PD Achmad Mubarok mengatakan tidak percaya. Ruhut nampaknya serius dan menyatakan akan kembali menjadi lawyer, main sinetron dan membina olah raga tinju.

Ruhut, terkenal sebagai politisi yang  sering mengeluarkan pernyataan bombastis dan kadang kontroversi, berani dan nekat. Kelihatannya Ruhut cukup enjoy berada di lingkungan politisi yang mana dia selalu menjadi bintang media.  Pada Pemilu 2009, Ruhut yang bergabung sebagai Koordinator Tim Sukses Susilo Bambang Yudhoyono - Budiono melontarkan pernyataan kontroversial dalam sebuah debat tim sukses. Ruhut melontarkan pernyataan bahwa "Arab tidak pernah membantu Indonesia". Hal ini menimbulkan kecaman dan reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat, khususnya kalangan keturunan Arab dan juga dari kalangan Islam. Kemudian Ruhut menyatakan permohonan maaf.

Pada Pansus Century 6 Januari 2010, Ruhut  berseteru dengan Gayus Lumbun hingga dia mengeluarkan kata-kata, menyebut Prof. Gayus sebagai "bangsat". Pernyataannya yang kemudianan dianggap kasar itu mengundang kontroversi. Bahkan  Ruhut juga pernah bersitegang dengan Prof Mahfud MD Ketua Mahkamah Konstitusi. Ada yang dilupakan oleh Ruhut, bahwa di politik itu oportunisme adalah bagian yang harus diperhitungkan, tidak ada teman yang setia, yang setia hanyalah kepentingan. Oleh karenanya kalau mau menjadi politisi disini ya harus siap berkorban dan dikorbankan.

Nah, itulah sekelumit tentang Ruhut, lawyer, artis sinetron yang cukup bersinar dan menarik hati di dunia politik. Siapapun Ruhut, kenekatannya membela partai serta Pak SBY cukup diacungi jempol. Selama ini dia hanya memainkan peran sebagai politisi yang vulgar, berani dan menjurus nekat. Bukan  berarti dia asal bicara, walau bagaimana perannya, Ruhut tetap seorang lawyer yang faham dengan masalah hukum. Dan dia mampu berperang berakting bak pemain sinetron dilayar kaca. Kalau dia mundur, pemirsa akan kehilangan tokoh menarik untuk ditonton, karena tokoh politik lainnya justru membosankan.

Kini, yang menjadi pertanyaan adalah  Partai Demokrat itu sendiri. Ruhut hanyalah sebuah puncak gunung es dilautan yang luas. Kita tidak pernah tahu ada apa dibawah permukaan. Melihat kondisi Partai Demokrat, nampaknya ada penurunan semangat dibandingkan partai papan atas lainnya. Ruhut saja yang berani, nekat dan vulgar-pun akhirnya mengeluh dan mau mundur. Apakah ini indikasi ikatan erat di internal partai sudah mulai retak? Ketua Partai Demokrat selalu mengatakan bahwa Demokrat baru akan berbicara tentang capresnya nanti pada 2014. Sebuah kondisi yang menurut penulis kurang baik bagi sebuah parpol besar.

Semestinya mulai kini PD sudah mempunyai gambaran siapa capres mereka, Golkar sudah mempunyai gambaran Aburizal Bakrie, PDIP walau masih pecah pendapat sudah mempunyai calon Megawati dan Puan Maharani, PAN lebih berani akan mengusung Hatta Rajasa. Apakah kedudukan Anas sebagai Ketua Umum kurang mendapat dukungan? Itulah pertanyaan yang perlu segera difahami oleh kadernya. Greget sebagai sebuah parpol besar sangat tidak terasa.

Dalam sebuah partai politik, kepentingan organisasi sebaiknya diletakkan diatas kepentingan golongan atau perorangan. Walau parpol dikelola secara demokratis, masalah yang mengganjal sebaiknya segera diselesaikan. Apabila kondisi stagnan dan dibiarkan, kita tidak percaya Demokrat akan tetap menjadi partai unggulan papan atas. Terlebih Demokrat baru saja rusak citranya dengan kasus Nazaruddin.

Dalam beberapa survey, tercatat kader Demokrat banyak yang kembali ke Golkar. Dan bukan tidak mungkin Ruhut-pun akan diambil kembali. Golkar sudah bergerak dengan sangat serius, keinginannya besar untuk menang dan menjadikan Aburizal Bakrie menjadi RI-1. Sementara PDIP masih memiliki Megawati sebagai ikon patron terunggul. Lantas Demokrat apa yang diunggulkan?.

Memang betul nampaknya, seperti penulis katakan dalam beberapa artikel terdahulu. Yang besar adalah Pak SBY, besarnya Partai Demokrat hanya  mengikuti kebesaran Ketua Dewan Pembinanya itu. Sayang memang partai besar itu, lemahnya kepemimpinan secara langsung atau tidak akan mempengaruhi semangat anak buah, ini prinsip dalam leadership. Penulis teringat sebuah ungkapan "Lebih baik sekelompok domba yang dipimpin oleh seekor singa, dari pada sekelompok singa yang dipimpin oleh seekor domba." Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net ).

 

This entry was posted in Politik. Bookmark the permalink.