Tiga Bom Meledak di Afghanistan Saat Peringatan Hari Asyura

7 December 2011 | 4:54 am | Dilihat : 400

Tiga serangan bom terjadi  di tiga kota di Afghanistan pada hari Selasa (6/12/2011), saat jamaah muslim Syiah memperingati hari Asyura. Serangan bom tersebut telah menewaskan 52 orang dan melukai warga.  Ledakan pertama terjadi di kota Kabul, menewaskan 48. Pemboman kedua terjadi  di kota Mazar-i-Sharif, di mana empat orang meninggal orang meninggal dunia. Serangan dilakukan  oleh pembom bunuh diri yang  berjalan kaki. Serangan ketiga terjadi di Selatan kota Kandahar, dimana bom yang disembunyikan di sebuah sepeda motor yang diparkir meledak tapi tidak menyebabkan jatuhnya korban tewas.

Seorang juru bicara dari Kementerian Kesehatan Afghanistan, Ghulam Sakhi Kargar, mengatakan bahwa  jumlah warga yang terluka di Kabul tercatat 105 orang. Sementara juru bicara kepolisian  di Mazar-i-Sharif, Shirjan Duran mengatakan bahwa serangan bom bunuh diri tersebut telah menewaskan sedikitnya empat warga sipil dan melukai 20 orang lainnya. Dia mengatakan bahwa para  penyerang telah gagal untuk mengganggu perayaan Asyura karena ketatnya pengamanan.

Kepala Polisi Kandahar Abdul Razaq mengatakan bahwa serangan di Kandahar yang ditujukan pada perayaan Asyura yang dilakukan oleh jamaah  Syiah telah  melukai dua orang polisi dan tiga warga yang lewat. Hingga kini tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas terjadinya serangan, tetapi serangan bunuh diri di Afghanistan tersebut oleh aparat keamanan  Afghanistan sebagai ulah perbuatan dari  pemberontak Taliban atau kelompok-kelompok sekutunya seperti jaringan Haqqani .

Jamaah Syiah di Afghanistan adalah kelompok minoritas, dimana sebagian dari mereka berasal dari etnis Hazara. Selama ini konflik antara jamaah muslim Syiah dan muslim Sunni tidak terlalu sering terjadi di Afghanistan, berbeda dengan yang terjadi di Pakistan. Pada saat serangan, jamaah Syiah tersebut sedang melakukan prosesi agama, dimana mereka sedang menyakiti dirinya, memukuli dada mereka untuk menunjukkan kepercayaan mereka pada kesyahidan Imam Hussein. Bahkan beberapa dari mereka melukai dirinya dengan memukuli punggungnya dengan rantai berduri.

Hari Asyura yang jatuh setiap hari ke-10 pada bulan Muharram, diperingati oleh jamaah Syiah untuk menyatakan rasa berkabung atas meninggalnya Imam Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu dari Nabi Muhammad SAW pada pertempuran di Karbala. Pertempuran Karbala yang terjadi sekitar tahun 61 H atau 680 Masehi, berlangsung antara   70 orang pasukan Bani Hasyim yang dipimpin Hussein bin Ali melawan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin Ibnu Ziyad.  Pada hari itu hampir semua pasukan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, termasuk Hussein sendiri, tewas terbunuh. Namun, kaum perempuan dan anak Hussein yang sakit berhasil diselamatkan.

Di Jakarta peringatan hari Asyura dilaksanakan hari ini Selasa (6/12/2011), dimana hadir  sekitar 7.000 umat muslim Syiah di Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi yang berpakaian serba hitam. Para jamaah mengikuti acara yang bertemakan "Derap Langkah Al Husain Wujudkan Keutuhan Bangsa." Tulisan "Setiap hari adalah Asyura dan setiap tempat adalah Karbala," tampak di setiap sudut tempat peringatan. Perayaan dilaksanakan dengan menyewa tempat di gedung Puri Ardhya Garini, Halim Perdana Kusumah, Jakarta Timur. Peringatan dilaksanakan dengan tema, "Dengan Gerap Langkah Imam Husein Kita Perkuat Persatuan Bangsa dan Umat." Perayaan berlangsung dengan aman.

Demikian informasi kembali telah  terjadi tindak  kekejaman di Afghanistan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berperikemanusiaan dan haus darah. Bom bunuh diri tetap menjadi trend bagi para teroris, tidak memandang belas kasihan, bisa dilakukan dimana saja termasuk di tempat ibadah yang seharusnya jauh dari  tindak kekerasan. Tetapi kini rasa welas asih telah hilang bagi sekelompok orang yang percaya akan sesuatu yang justru menggunakan dalil-dalil agama dan surga adalah harapannya.

Bangsa Indonesia harus tetap waspada terhadap kemungkinan serangan serupa. Kini memang para teroris di tanah air sedang mengendap, mereka terus dikejar kemanapun bersembunyi, ditekan oleh aparat keamanan. Tetapi dengan prinsip pertempuran, dimana penyerang adalah pemegang inisiatif, mereka bisa sewaktu-waktu melakukan serangan. Masyarakat harus ikut terlibat secara aktif dan menjadi bagian dalam pengamanan obyek. Paling tidak masyarakat menjadi bagian dari "early warning" bagi aparat.

Sasaran teror yang menurut  penulis perkirakan tetap belum bergeser dari penelitian masa lalu, yaitu masjid, gereja, pos polisi dan presiden. Itulah sasaran terkenal yang efek beritanya besar, dan itulah keinginan mereka. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )

Ilustrasi Gambar : Massoud Hossaini/Agence France-Presse

This entry was posted in Hankam. Bookmark the permalink.