Seberapa Besar Kemampuan Abraham Samad?
4 December 2011 | 5:45 pm | Dilihat : 1306
Hari Jumat (2/12) menjadi hari penting dalam kaitan pemberantasan korupsi di Indonesia. Komisi III DPR RI berhasil memilih Abraham Samad sebagai Ketua KPK periode 2011-2015. Dalam rapat pleno tersebut, Abraham memperoleh suara dominan yakni 43 suara (76,78%) dari 56 suara. Sementara pimpinan KPK lainnya, Busyro Muqoddas memperoleh 5 suara, Bambang Widjojanto 4 suara, Zulkarnaen 1 suara dan Adnan Pandu Praja 1 suara. Ketua Komisi II Benny K Harman menyatakan empat orang capim KPK memperoleh suara terbanyak yang dipilih oleh anggota Komisi III dengan sistim voting secara tertutup.
Mekanisme pemilihan berjalan lancar, dimana 56 anggota Komisi III DPR pada awalnya memilih empat capim dari delapan capim yang lolos seleksi dan diajukan ke DPR. Satu anggota Komisi III memilih empat nama capim KPK. Busyro Muqodas walau kedatangannya terlambat menyatakan siap bekerjasama dengan keempat pimpinan KPK lainnya. Hasil awal perolehan suara calon, Abraham Samad ( 55 suara), Bambang Widjojanto (55 suara), Adnan Pandu Praja (51 suara), Zulkarnaen dengan (37 suara), Yunus Husein terpental, karena menempati urutan kelima dengan 21 suara, disusul Aryanto Sutadi 3 suara, dan Abdullah Hehamahua 2 suara. Sedangkan calon yang berasal dari internal KPK Handoyo Sudrajat sama sekali tidak mendapatkan suara.
Nah dalam pemilihan empat orang tersebut, rapat pleno Komisi III DPR menentukan Abraham Samad memenangkan persaingan dengan suara mutlak. Abraham mampu menumbangkan dua calon unggulan, Busyro Muqodas dan Bambang Widjoyanto.
Setelah terpilih, Abraham Samad berjanji akan menuntaskan empat kasus besar yang msih menggantung dan belum selesai. Yang dimaksud adalah kasus Bank Century, Mafia pajak, Cek pelawat, dan Wisma Atlet SEA Games. Dia berjanji akan mundur dari jabatannya jika ternyata selama satu tahun pertama kepemimpinannya gagal atau diintervensi dalam pemberantasan korupsi. ”Saya tidak perlu diminta turun sebagai pimpinan. Satu tahun enggak bisa apa-apa, saya akan mundur. Percuma saya jauh-jauh dari Makassar tidak bisa berkomitmen,” tegasnya.
Terpilihnya Abraham Samad dipandang cukup mengejutkan. Ketua Komisi III DPR Benny K Harman menyampaikan, terpilihnya Abraham Samad sebagai ketua KPK cukup mengejutkan. Dia meminta agar masyarakat tetap melakukan pengawasan secara ketat terhadap pimpinan KPK yang baru. ”Kita mendukung sepenuhnya. Semoga KPK di bawah Abraham akan lebih baik dan konsisten untuk penegakan pemberantasan korupsi. Dia (Abraham) adalah ketua KPK termuda sepanjang sejarah.Tapi enggak masalah, jiwa muda lebih bagus,” kata Benny.
Abraham Samad SH, MH yang dilahirkan di Malassar pada 27 November 1966 adalah Doktor dari Universitas Hasanuddin. Dia menyelesaikan jenjang pendidikan hukum dari Strata 1 hingga Strata 3 di Universitas Hasanuddin. Gelar gelar doktor diraihnya pada 2010. Abraham Samad mengawali karier sebagai advokat, namun termasuk pengacara dengan latar belakang LSM. Abraham juga seorang konsultan hukum di Surabaya, aktivis anti korupsi, dan penggagas serta Ketua Anti Corruption Committe Sulawesi Selatan.
Apa yang menarik dari Abraham Samad? Nampaknya dengan latar belakang pendidikan dan kegiatan serta janjinya saat fit and propper test, Abraham dinilai cukup berani sebagai punggawa pemberantasan korupsi di negara yang oleh masyarakat internasional dinilai tingkat korusinya cukup tinggi. Fraksi Partai Golkar pada sesi akhir pemilihan berbalik arah, yang sebelumnya bersikukuh mendukung Bambang Widjojanto sebagai ketua KPK, akhirnya memilih Abraham karena keberaniannya. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo mengungkapkan, sikap dan ketegasan Abraham untuk memilih mundur sangat diapresiasi. ”Dia harus membuktikan janjinya,” imbuhnya. Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Hanura Syarifuddin Suding juga mengaku terpilihnya Abraham karena keberaniannya.
Keberanian Abraham mulai terlihat sejak seleksi awal di Komisi III. Saat itu dia menyatakan “Kalau terjadi korupsi di penegak hukum saya libas. Eggak boleh ada diskriminasi dalam pemberantasan korupsi,” kata Abraham Samad saat fit and proper test capim KPK di Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Senin (28/11/2011). Abraham mengatakan, mengenai kasus rekening gendut yang melibatkan para perwira tinggi Polri, kasus itu tetap harus ditangani jika penyidik memiliki cukup bukti. Ia menambahkan, dia maupun keluarganya sudah terbiasa menerima ancaman terkait pekerjaanya sebagai aktivis anti korupsi di Makasar, Sulawesi Selatan.
Nah, bagaimana kedepan? Apakah Abraham Samad demikian tangguh? Dia jelas terpilih karena para politisi di Komisi III menilai ia yang paling berani, dan mungkin agak nekat. Menghadapi kejahatan korupsi di Indonesia bukan hal yang seperti membalik telapak tangan. Korupsi di Indonesia sudah bukan budaya lagi tetapi sudah menjadi komoditas. Korupsi terorganisir dan menjadi momok berbahaya. Penulis pernah membuat beberapa artikel tentang beratnya tugas pimpinan KPK. Bahkan penulis pernah mengingatkan Ketua KPK yang terjungkir dan menjadi terdakwa kasus pembunuhan Antasari Azhar.
Beberapa judul yang pernah ditayangkan adalah; Antara KPK dan Kopkamtib ( http://ramalanintelijen.net/?p=1467 ), Anggodo Pelajaran Kedua Kasus Korupsi bagi Pejabat ( http://ramalanintelijen.net/?p=1589 ), Berita Antasari Menutup Semua Berita ( http://ramalanintelijen.net/?p=1466 ), KPK Setelah Ditinggalkan Panglimanya ( http://ramalanintelijen.net/?p=1468 ). Mafia dan Mafioso Indonesia ( http://ramalanintelijen.net/?p=1636 ). Antara Korupsi dan Corruption Perception Index, ( http://ramalanintelijen.net/?p=246 ).
Kini, kita akan melihat perjalanan kedepan dari Dr. Abraham Samad sebagai pimpinan KPK, dibantu empat wakil Ketua yang juga cukup terkenal. Abraham telah mengeluarkan janjinya, kasus-kasus berat yang kental bernuansa politis adalah tantangannya. Menurut Hambali, piranti korupsi umumnya menggunakan perlindungan politis dan penyalahgunaan kekuasaan. Interaksi sumber dan piranti menimbulkan klasifikasi, Manipulasi & suap (interaksi antara penyalah gunaan kekuasaan dan hegemoni elit), Mafia dan Faksionalisme (golongan elit menyalah gunakan kekuasaan dan membentuk pengikut pribadi), Kolusi dan Nepotisme (elit mapan menjual akses politik dan menyediakan akses ekonomi kepada keluarga untuk memperkaya dirinya, keluarga dan kroni), Korupsi Terorganisir dan Sistem (korupsi yang terorganisir dengan baik, sistematik, melibatkan perlindungan politik dari kekuasaan kelompok kepentingan).
Nah, mengaitkan beberapa ulasan tentang kemelut dan rangkaian masalah korupsi diatas, serta posisi dan kondisi para pimpinan KPK kini, maka Abraham harus menghitung benar musuh atau lawan yang dihadapinya. Lawannya mempunyai uang dan jaringan, tidak cukup dilawan hanya dengan keberanian belaka. Sebagai LSM, lawan Abraham belumlah mengkristal, tetapi sebagai Ketua KPK lawannya jelas sangat kuat dan terus beroperasi secara tertutup. Kekuatan pimpinan KPK berada pada UU dan dukungan politis serta dukungan publik. Kini Abraham dan empat wakilnya harus menyusun strategi "smart, efektif dan efisien." Pengalaman menunjukkan Antasari yang demikian superior akhirnya runtuh, selanjutnya pimpinan KPK tidak pernah berhenti digoyang.
Yang terpenting bagi para pimpinan KPK adalah dukungan politis harus dijaganya tetap tinggi. Melemah atau tanpa dukungan tersebut maka KPK justru hanya akan menjadi permainan politik itu sendiri. Kita faham bahwa setelah reformasi, politik adalah panglima di Indonesia. Semua yang dikatkan dengan politik akan sulit disentuh. Uang berada dibawah kekuasaan politik. Politik disini mempunyai arti kompromi. Karena itu KPK sebaiknya tetap harus berani dengan perhitungan dan jangan sampai dapat diajak berkompromi.
Selamat bertugas Dr. Abraham Samad, Pak Busyro Mas Bambang Pak Zulkarnain, dan Pak Adnan. Semoga berhasil, dan semoga selalu mendapat lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Berat memang melawan korupsi, yang menurut Transparency International, corruption perception index Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 berada pada angka 2,8. Ini berarti pemberantasan korupsi jalan ditempat. Yang perlu diingat, publik terus menyoroti langkah serta gerak gerik para punggawa baru yang selama ini dikenal cukup keras berbicara. Jangan menjadi lemas karena dilemaskan. Taruhannya adalah kredibilitas dan kejujuran anda sendiri. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net ).
Ilustrasi Gambar : pelitaonline.com