Anwar Al-Awlaki Propagandis AS-Qaeda Tewas Disergap
3 October 2011 | 2:48 pm | Dilihat : 292
Pada hari Jumat (30/9/2011) Kementerian Pertahanan Yaman menyampaikan bahwa Anwar Al-Awlaki (40) seorang imam terkenal dan kontroversi karena berhubungan dengan Al-Qaeda tewas karena diserang pesawat tak berawak Amerika Serikat di propinsi al-Jawf, delapan km dari kota Khashef, 140 km dari ibukota Sanaa. Awlaki selama ini diburu oleh pemerintah Yaman dan AS dikenal sebagai propagandis Al-Qaeda, berkewarganegaraan ganda AS dan Yaman.
Presiden Barrack Omaba menyampaikan penghargaan yang tinggi terhadap komunitas intelijen AS, menyebutkan bahwa Awlaki adalah seseorang yang bertanggung jawab telah melakukan pembunuhan terhadap pria, wanita dan anak-anak diseluruh dunia. Awlaki juga dituduh bertanggung jawab atas pembunuhan banyak warga Yaman. Selanjutnya Obama memperingatkan bahwa Al-Qaeda walaupun semakin lemah, tetap masih berbahaya di Semenanjung Arab.
Pejabat senior Gedung putih mengonfirmasi tewasnya Awlaki ditengah kerusuhan yang terjadi di negara Semenanjung Arab yang miskin tersebut, di mana para demonstran terus melakukan protes sejak bulan Februari 2011 yang menuntut pengunduran diri Presiden Ali Abdullah Saleh yang menjabat sejak tahun 1978.
Pengejaran Awlaki telah dilakukan sejak tahun lalu, dan dia pernah coba disergap sebanyak tiga kali tetapi gagal oleh pesawat UAV (Unmanned Aerial Vehicle), pesawat tak berawak yang dikontrol oleh CIA. Para pejabat AS mengatakan dalam melakukan propagandanya, pesan Awlaki dalam posisinya sebagai propagandis Al-Qaeda menyebarkan pesannya melalui sebuah blog, media sosial dan pertukaran email. John Brennan, penasihat kontraterorisme Presiden Omaba menyatakan pada bulan Januari 2011, bahwa Awlaki memiliki hubungan dengan Mayor Nidal Hasan, yang diduga menembak mati 13 orang di pangkalan militer Fort Hood di Texas pada bulan November 2009.
Pada bulan Juli 2010, pemerintah AS menempatkan Awlaki dalam daftar sebagai pendukung terorisme, membekukan aset keuangannya dan melarang warganya bertransaksi dengan dia. Demikian pentingnya peran Awlaki , dimana tewasnya yang disebutkan sebagai kerugian besar bagi Al-Qaeda. Dilain sisi, berkembang berita, berhasilnya penyergapan UAV yang membunuh Awlaki dengan peluru kendali "hellfire" karena dia memang diserahkan oleh Presiden Ali Abdullah Saleh kepada pemerintah AS dengan membocorkan posisinya. Presiden Yaman dinilai para analis media khususnya, yang mencoba untuk meyakinkan AS bahwa ia tetap merupakan sekutu penting dalam perang melawan al-Qaeda di Semenanjung Arab. Dikatakan Ali Abdullah berusaha untuk mengurangi tekanan AS agar dia mundur dari jabatannya.
Informasi lain yang sedang diselidiki oleh pejabat intelijen AS, bahwa diantara yang tewas bersama Awlaki, terdapat nama Ibrahim Hassan Asiri, seorang tokoh Al-Qaeda lainnya. Ibrahim adalah warga Saudi dan dikenal sebagai ahli pembuat bom. Dia dituduh ikut melakukan serangan Al-Qaeda di Semenanjung Arab. Selain itu Asiri dikenal mampu membuat dan menyembunyikan bom untuk menghindari prosedur keamanan. Para analis FBI percaya bahwa Asiri yang merancang dan membuat bom yang disembunyikan di dalam cartridge printer pada bulan Oktober 2010 yang kemudian dikirimkan dalam kargo untukmenyerang target di AS, termasuk sebuah pusat perkumpulan kaum Yahudi di Chicago.
Sidik jari Asiri juga ditemukan pada bom yang disembunyikan dalam pakaian Umar Farouk Abdulmutallab, seorang pria Nigeria yang berhasil menyelundupkan perangkat bom dari deteksi aparat keamanan di bandara Amsterdam pada Hari Natal 2009 dan kemudian naik ke pesawat menuju Detroit. Upaya pemboman gagal, karena saat Umar sedang merakit bom di toilet pesawat, para crew pesawat berhasil membekuknya.
Dalam kasus Awlaki dan Asiri, menarik yang disampaikan oleh Profesor Ameen al-Himyari, dari universitas di Qatar, yang juga dikenal sebagai analis Yaman. Ameen mengatakan kepada Al Jazeera "terorisme merupakan fenomena yang perlu dipelajari." Membunuh pemimpin di lingkaran utama teroris tidak akan menyelesaikan masalah terorisme. Yang penting kita perlu tahu apa alasan para teroris tersebut. Sekarang kita membunuh orang yang paling dicari di dunia, tetapi besok kita kembali akan memiliki orang yang paling dicari di dunia. "Jadi, kapan ini akan berakhir? Yang terpenting kita perlu menemukan solusinya, "katanya.
Demikian informasi perkembangan perang global yang terus terjadi antara kelompok teroris Al-Qaeda dengan Amerika Serikat. AS memang kini terus melakukan penyerangan "senyap" dengan UAV dimanapun tersangka teroris berada. Pergeseran kebijakan operasi clandestine dengan "air intelligence system" nampaknya merupakan pilihan yang terbaik dan nilainya jauh lebih murah, serta dengan resiko terkecil dalam melemahkan dan meniadakan peran serta kemampuan teroris.
Penginderaan dan penyerangan dengan "drone" jelas membutuhkan akurasi informasi tingkat tinggi. Informasi intelijen tersebut nampaknya juga sudah kita miliki tetapi masalahnya belum terpusat, sehingga para teroris kadang berada satu langkah dimuka aparat. Hal-hal seperti ini nampaknya yang perlu ditegaskan dalam RUU intelijen yang terus diributkan. Kuncinya hanya satu. Sebagai salah satu sub sistem pelindung negara, intelijen memang harus terpusat. Perlu di tegaskan BIN (Badan Intelijen Negara) harus jelas diberikan kewenangan mengordinasikan semua organisasi intelijen di negara ini. Dengan demikian, diharapkan pada masa mendatang, rakyat atau orang awam tidak menuduh intelijen kecolongan. Semoga bermanfaat. Prayitno Ramelan (http://ramalanintelijen.net )
Sumber : www.kompasiana.com/prayitnoramelan