Zulkarnaen, Dikejar Pemerintah AS Dengan USD 5 Juta
4 September 2011 | 9:50 am | Dilihat : 776
Menurut catatan dari Pusat Anti Teror Nasional Amerika (National Counterterrorism Center atau NCTC) dalam kalender 2011, ada lima nama teroris yang berasal dari Indonesia atau teroris asing yang beroperasi di Indonesia yang menempati rangking dan bersanding dengan teroris dunia lainnya. Para teroris tersebut tercatat sebagai anggota Jemaah Islamiyah Asia Tenggara.
Pertama adalah Hambali, diketahui sebagai Kepala Operasi Jemaah Islamiyah, ditangkap di Thailand pada Agustus 2003. Kedua, Azahari bin Husin, Jemaah Islamiyah, pembuat bom (bombmaker), WN Malaysia, diyakini bertanggung jawab atas serangan Bali pada 2002, tewas dalam tembak-menembak di Indonesia pada November 2005. Ketiga adalah Noordin Mohammad Top Noordin (Noordin M Top), WN Malaysia, salah satu anggota Jemaah Islamiyah yang paling berbahaya terlibat dalam beberapa serangan yang mematikan di Indonesia, termasuk serangan bom bunuh diri di Bali pada 12 Oktober 2002 dan serangan terhadap Hotel Marriott di Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2003. Dia terbunuh dalam serangan oleh kepolisian Indonesia pada bulan September 2009.
Keempat adalah Dulmatin, penjelasan dari NCTC, "Dulmatin menurut pengumuman pejabat keamanan Indonesia adalah seorang anggota Jemaah Islamiyah dan dia diyakini sebagai perencana serangan terhadap klub malam di Bali yang menewaskan 202 orang pada bulan Oktober 2002. Dulmatin tewas ditembak polisi Indonesia pada tanggal 9 Maret 2010.
Kelima, Umar Patek. Menurut catatan NCTC, Umar Patek adalah anggota Jemaah Islamiyah, diyakini menjabat sebagai asisten koordinator lapangan pada saat pemboman klub malam di Bali, Indonesia pada 2002, yang menewaskan 202 orang, termasuk tujuh warga negara AS. Patek adalah ekstraksi Arab Jawa. Kini Umar Patek dalam tahanan pihak keamanan Indonesia.
Keenam, Zulkarnaen alias Aris Sumarsono alias Daud. Menurut catatan NCTC Zulkarnaen dilahirkan di Jawa Tengah pada tahun 1963. Zulkarnaen adalah salah satu tokoh Al-Qaeda di Asia Tenggara dan merupakan salah satu dari sedikit orang di Indonesia yang memiliki kontak langsung dengan jaringan teror Osama Bin Laden. Zulkarnaen memperoleh gelar sarjana biologi dari Universitas Indonesia pada tahun 1980. Dia salah satu dari militan Indonesia pertama yang pergi ke Afghanistan untuk pelatihan menjadi ahli sabotase. Zulkarnaen diketahui memimpin sepasukan Laskar Khos disebut militan, atau "pasukan khusus," yang anggotanya direkrut dari sekitar 300 orang Indonesia yang dilatih di Afghanistan dan Filipina.
Zulkarnaen adalah anak didik Abdullah Sungkar, pendiri JI dari pesantren Al-Mukmin dimana Zulkarnaen dan militan senior lainnya mengikuti pendidikan. Pada pertengahan 1980-an, Abdullah Sungkar mengirim sekelompok kecil warga Indonesia ke Afghanistan untuk berlatih di sebuah kamp yang dipimpin oleh komandan mujahidin Abdul Rasul Sayyaf. Sebelum kematian Sungkar pada tahun 1999, Zulkarnaen sering terlihat berada di sisi mentornya, membantu untuk mengorganisir konferensi dan mengatur agenda radikal lainnya.
Zulkarnaen, yang nama aslinya adalah Aris Sumarsono juga disebut Daud oleh sesama kelompok militan. Pejabat intelijen AS dan pejabat Indonesia menyatakan bahwa Zulkarnaen menduduki jabatan sebagai kepala operasi Jemaah Islamiyah (JI) setelah Riduan Isamuddin (Hambali) ditangkap di Thailand. Zulkarnaen menurut beberapa rekannya diketahui sebagai pria berpostur kecil dan pendiam. Dia diyakini telah membantu mengatur pertempuran di kepulauan Maluku pada 1990-an, dan mengadakan pertemuan para militan yang pernah berlatih di Afghanistan pada waktu yang berbeda untuk bergabung bersama. Zulkarnaen kini diidentifikasikan kemungkinan sebagai pemimpin tertinggi teroris JI peringkat Asia Tenggara. Dia juga diyakini sebagai pemimpin tim elit yang membantu melaksanakan serangan bom bunuh diri di Hotel JW Marriott Jakarta yang menewaskan 12 orang pada tahun 2003 dan membantu mempersiapkan bom yang menewaskan 202 orang di Bali tahun 2002.
Kini, setelah Umar Patek yang kepalanya dihargai USD 1 juta tertangkap, pemerintah AS menawarkan hadiah kepada siapapun yang dapat memberikan informasi akses langsung keberadaan Zulkarnaen sebagai target. Biro Keamanan Diplomatik Departemen Luar Negeri AS ("Department of State's Bureau of Diplomatic Security") sebagai institusi yang mengatur program Reward For Justice, menawarkan hadiah USD5 Juta bagi siapapun juga yang dapat memberikan informasi langsung keberadaan Zulkarnaen.
Kini Zulkarnaen menjadi teroris berkewarganegaraan Indonesia yang paling dicari oleh pemerintah AS. Menurut penjelasan FBI, Jika Anda memiliki informasi mengenai orang ini, hubungi kantor setempat (Kedubes AS di Jakarta atau Konsulat terdekat), atau langsung mengirimkan informasi ke FBI jika berada di Amerika Serikat. Atau kirimkan informasi melalui email ke rfj@state.gov . Jika Anda memilih untuk menggunakan telpon langsung ke AS (1-800-877-3927 atau 1-800-US REWARDS). Pemberian hadiah serupa (RFJ) selama ini dinilai sebagai salah satu langkah yang sangat efektif dari pemerintah AS dalam memerangi terorisme. Sejak awal program RFJ, pemerintah AS telah membayar USD100 juta untuk lebih dari 60 orang yang telah memberikan informasi serupa.
Demikian sedikit infomasi tentang perkembangan tokoh terorisme. Bagi anda yang suka berburu hadiah, silahkan melakukan investigasi serta pengumpulan informasi tentang Zulkarnaen. Hadiahnya tidak main-main, USD 5 juta. Dengan kurs hari ini dimana 1 USD setara dengan Rp8.535 , maka hadiah apabila dikurskan akan menjadi sangat besar, Rp 42,675 milyar. Berapa kali lipat dari indikasi kasus suap di kantor Kemenekertrans sebesar Rp 1,5 milyar yang berhasil digerebeg KPK. Tetapi, nampaknya memang lebih mudah, walaupun belum tentu lebih aman memainkan dan mengorupsi APBN daripada ikut mengejar teroris barangkali. Entahlah?. Prayitno Ramelan ( http://ramalanintelijen.net )